Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Itera Dorong Peran Sains dan Rekayasa Hadapi Ancaman Bencana

Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana"
Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana" (Dok.Itera)
Intinya sih...
  • Bencana hidrometeorologi di Sumatra bukan hanya isu teknis, tetapi tantangan bersama yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
  • Riset interdisipliner penting dalam menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan di tingkat global.
  • Risiko bencana harus dipahami secara utuh sebagai fungsi dari ancaman bahaya, kerentanan, keterpaparan, dan kapasitas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lampung Selatan, IDN Times - Meningkatnya ancaman bencana hidrometeorologi di Sumatra dan sejumlah wilayah Indonesia mendorong Institut Teknologi Sumatera (Itera) untuk mengambil peran aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana. Melalui diskusi publik bertajuk Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana, Itera mempertemukan akademisi, peneliti, dan pemangku kepentingan lintas sektor guna merumuskan strategi mitigasi bencana berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Diskusi digelar di Aula Gedung Kuliah Umum (GKU) 1 Itera tersebut menghadirkan pakar dari dalam dan luar negeri, yakni Bagus Muljadi dari University of Nottingham, Inggris, serta Guru Besar Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Pembangunan Itera, Harkunti Pertiwi Rahayu sebagai pemantik diskusi.

Kegiatan ini juga diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pimpinan dan akademisi perguruan tinggi di Lampung, perwakilan BMKG dan Perumdam, hingga organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang lingkungan dan konservasi, seperti Yayasan Konservasi Way Seputih, Wanacala, Rumah Kolaborasi Nusantara, serta kelompok tani.

1. Bencana hidrometeorologi di Sumatra bukan hanya isu teknis

Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana"
Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana" (Dok.Itera)

Rektor Itera yang diwakili Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum, Arif Rohman menjelaskan, diskusi publik ini merupakan tindak lanjut dari rangkaian dialog yang telah dilakukan Itera bersama pemerintah kota dan Pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Menurutnya, persoalan bencana hidrometeorologi di Sumatra bukan hanya isu teknis, tetapi tantangan bersama yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.

“Masalah bencana tidak bisa ditangani oleh satu pihak saja. Dibutuhkan ruang diskusi bersama untuk merumuskan rekomendasi pencegahan dan penanganan bencana yang komprehensif,” ujar Arif.

Arif mengatakan, BMKG saat ini telah menyampaikan peringatan terkait keberadaan tiga sistem siklon tropis yang berpotensi meningkatkan cuaca ekstrem dan risiko bencana hidrometeorologi di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Siklon Bakung yang berkembang di wilayah barat daya Lampung. Kondisi tersebut, menurut Arif, mempertegas urgensi diskusi dan kolaborasi antara kampus, pemerintah, dan masyarakat.

“Diskusi ini penting untuk membahas upaya mitigasi. Kampus juga tengah terlibat aktif dalam kontribusi pengurangan risiko bencana di Sumatera. Harapannya, ketika bencana terjadi, kita sudah lebih siap, meskipun tentu kita tidak menginginkannya,” kata Arif.

2. Riset tidak seharusnya berhenti pada penanganan pascabencana

Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana"
Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana" (Dok.Itera)

Dalam pemaparannya, Bagus Muljadi menyoroti pentingnya riset interdisipliner dalam menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan di tingkat global. Ia menekankan, kolaborasi lintas disiplin menjadi kunci untuk menghasilkan solusi ilmiah yang tidak hanya kuat secara akademik, tetapi juga relevan dan berdampak nyata bagi masyarakat serta lingkungan.

Menurut Bagus, peran perguruan tinggi dalam mitigasi risiko bencana tidak dapat dilepaskan dari pendekatan riset yang berorientasi pada pencegahan. Riset, kata dia, tidak seharusnya berhenti pada penanganan pascabencana, melainkan harus menjadi bagian integral dari proses mitigasi sejak tahap perencanaan pembangunan.

3. Risiko bencana harus dipahami secara utuh

Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana"
Itera gelar diskusi publik bertajuk, "Peran Rekayasa dan Sains dalam Mengurangi Risiko Bencana" (Dok.Itera)

Sementara itu, Harkunti Pertiwi Rahayu menegaskan pentingnya penerapan manajemen risiko bencana untuk menekan dampak dan korban jiwa. Ia menjelaskan bahwa risiko bencana harus dipahami secara utuh sebagai fungsi dari ancaman bahaya, kerentanan, keterpaparan, dan kapasitas.

“Upaya pengurangan risiko dilakukan dengan menekan kerentanan dan keterpaparan, sekaligus meningkatkan kapasitas. Karena itu, pengelolaan risiko bencana harus melibatkan berbagai disiplin ilmu,” jelasnya.

Ia mencontohkan, bencana gempa bumi yang memiliki tingkat ketidakpastian tinggi, sehingga memerlukan pendekatan lintas keilmuan. Dampak gempa terhadap bangunan, misalnya, membutuhkan peran teknik sipil, sementara bencana siklon tropis berkaitan erat dengan ilmu kelautan, lingkungan, hingga sosial.

Harkunti juga menyinggung peristiwa Siklon Seroja pada 2021 sebagai pelajaran penting, mengingat fenomena siklon tropis relatif jarang terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, perkembangan teknologi saat ini memungkinkan prediksi bencana dilakukan lebih dini, terutama melalui pembangunan dan penguatan sistem peringatan dini (early warning system).

“Kapasitas dalam menghadapi bencana harus terus ditingkatkan. Mengurangi risiko bukan pilihan, melainkan kewajiban dalam penanggulangan bencana,” tegasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest News Lampung

See More

Angka Umur Harapan Hidup Pringsewu Lampaui Rata-rata Provinsi Lampung

21 Des 2025, 11:16 WIBNews