Edukasi Bahaya Judi Online Lewat Film Arang: Dari Penasaran Jadi Candu

- Judi online bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga psikologi dan kriminalitas
- SMAN 2 Bandar Lampung memberikan kritik konstruktif terhadap film Arang: Dari Penasaran Jadi Candu
- Guru dari kedua sekolah mengapresiasi sosialisasi bahaya judi online oleh mahasiswa dan dosen Itera
Bandar Lampung, IDN Times - Film berjudul Arang: Dari Penasaran Jadi Candu menjadi salah satu media utama dalam menyosialisasikan bahaya judi online. Film tersebut disosialisasikan oleh tim Boopskiii, kelompok mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) yang menjadi delegasi finalis nasional Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di dua sekolah.
Kedua sekolah itu adalah SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dan SMAN 2 Bandar Lampung. Mereka hadir bersama dosen Desain Komunikasi Visual untuk memberikan edukasi lewat pendekatan yang lebih dekat dengan dunia remaja.
Film Arang: Dari Penasaran Jadi Candu menggambarkan bagaimana rasa ingin tahu seorang remaja berubah menjadi jerat kecanduan, lengkap dengan konflik emosional dan dampak sosial yang ditimbulkannya.
1. Judi online tidak lagi sekadar isu ekonomi yang memiskinkan, tetapi telah berkembang jadi persoalan psikologi

Di SMA Al-Kautsar, materi disampaikan oleh Ketua Kelompok Keilmuan Ilmu-ilmu Kemanusiaan Itera, Sunarsih serta dosen pembina finalis LIDM, Nufikha Ulfah. Keduanya menekankan bahwa upaya pencegahan harus dimulai dari penguatan karakter berbasis nilai Profil Pelajar Pancasila.
Sunarsih menyebut judi online tidak lagi sekadar isu ekonomi yang memiskinkan keluarga, tetapi telah berkembang menjadi persoalan psikologi hingga kriminalitas. Ia menegaskan bahwa sekolah perlu menjadi ekosistem pertama yang siap membentengi siswa melalui literasi digital.
“Guru memiliki peran vital dalam menanamkan nilai bernalar kritis, berintegritas, dan mandiri sebagai benteng siswa dari praktik judi online,” ujarnya.
Sementara itu, Nufikha Ulfah menambahkan, guru perlu hadir sebagai pendamping digital, terutama di tengah derasnya arus konten berisiko dan iklan judi yang menargetkan remaja.
2. Diskusi interaktif di SMAN 2 Bandar Lampung, siswa beri kritik untuk film Arang: Dari Penasaran Jadi Candu

Di SMAN 2 Bandar Lampung, fokus edukasi diarahkan pada modus judi online yang banyak menjerat remaja, mulai dari iming-iming hadiah, sistem referral, hingga manipulasi algoritma. Film Arang: Dari Penasaran Jadi Candu kembali menjadi pintu masuk diskusi, yang kemudian berkembang menjadi sesi tanya jawab yang cukup interaktif.
Seorang siswa, Raphael, memberikan kritik konstruktif mengenai alur cerita film tersebut. “Ide ceritanya kuat, tapi bagian akhir masih kurang klimaks. Kalau diperkuat, pesannya akan jauh lebih terasa,” ujarnya.
Sementara siswi lainnya, Salma, memuji aspek teknis film. Menurutnya, sinematografinya keren dan beda dari video pembelajaran biasa. sehingga lebih menarik buat ditonton.
3. Pihak sekolah memberi apresiasi untuk sosialisasi bahaya judi online tersebut

Guru SMAN 2 Bandar Lampung, Evi Malyana, menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa dan dosen Itera. Ia menilai kegiatan ini membantu guru memperkuat upaya perlindungan siswa di tengah maraknya kasus judi online yang mulai menyasar pelajar.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Al-Kautsar, Tatang Bahtiar mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, materi yang dibawakan sangat relevan dan membantu guru memahami pola-pola baru dalam kasus judi online yang kian masif.



















