Dosen Arsitektur Itera Pamerkan Konsep Hunian Net-Zero di Forum Taiwan

- Hunian masa depan harus efisien, rendah emisi, dan meningkatkan kesejahteraan sosial penghuninya
- Fokus utama aksi pengurangan emisi karbon bangunan rendah karbon di Taiwan
- Simposium internasional dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai negara dengan tema integrasi teknologi cerdas dan keberlanjutan nol karbon
Bandar Lampung, IDN Times - Gagasan inovatif dosen Program Studi Arsitektur Itera, Stirena Rossy Tamariska mencuri perhatian International Symposium on Intelligent Zero-Carbon Building 2025 digelar di National Taiwan University of Science and Technology. Rossy tampil sebagai keynote speaker, mewakili Indonesia dalam forum arsitektur cerdas mempertemukan para pemikir besar dari berbagai negara.
Dalam paparannya bertajuk “Toward Net-Zero Living: Upgrading Existing Communities through Smart and Social Design in Indonesia”, Rossy menyoroti kondisi fundamental perumahan Indonesia sedang menghadapi double crisis: backlog perumahan yang tak kunjung tuntas serta ancaman perubahan iklim yang makin mendesak.
1. Hunian masa depan tidak hanya harus efisien dan rendah emisi

Dihadapan para akademisi, praktisi industri, dan perwakilan pemerintah, ia memaparkan pendekatan baru yang menggabungkan Smart Design dan Social Design sebagai landasan transformasi menuju hunian rendah karbon yang tetap menonjolkan nilai kemanusiaan.
Rossy menekankan, Smart Design harus diarahkan pada efisiensi energi, adaptasi teknologi hijau, serta integrasi perangkat cerdas dalam hunian. Sementara itu, Social Design menempatkan masyarakat sebagai pusat perubahan, dengan penguatan praktik gotong royong, ruang produktif warga, hingga skema pendanaan campuran (blended finance) agar transformasi lingkungan hidup tidak hanya ramah bumi, tetapi juga inklusif secara sosial.
“Hunian masa depan tidak hanya harus efisien dan rendah emisi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial penghuninya,” ujar Rossy.
Ia juga mengangkat Indonesian Green Affordable Housing Program (IGAHP) sebagai contoh nyata bagaimana konsep tersebut mulai diterapkan dalam konteks Indonesia.
2. Fokus utama aksi pengurangan emisi karbon bangunan rendah karbon

Wakil Menteri Dalam Negeri Taiwan, Tung Chien-hung, menegaskan, transisi menuju bangunan rendah karbon merupakan pilar penting strategi nasional untuk menghadapi perubahan iklim dan dinamika populasi menua. Ia menjelaskan, pemerintah Taiwan sedang mendorong revolusi konstruksi melalui inovasi material, metode pracetak, hingga teknologi bangunan cerdas, dengan menekankan investasi berbasis prinsip ESG.
Tung juga menguraikan tiga fokus utama dalam Rencana Aksi Unggulan Pengurangan Emisi Karbon Bangunan Rendah Karbon, yakni peningkatan efisiensi energi bangunan, perpanjangan usia bangunan lama serta perumahan sosial, dan pengembangan talenta berkeahlian hijau. Melalui agenda tersebut, Taiwan menargetkan diri menjadi model global bangunan hijau di wilayah subtropis sekaligus motor pendorong bagi negara-negara Asia Tenggara dalam perjalanan menuju emisi nol bersih.
3. Dihadiri lebih dari 200 peserta

Simposium internasional ini merupakan kolaborasi antara Architecture and Building Research Institute, Ministry of the Interior dan Taiwan Smart Net-Zero Building Alliance, dengan tema besar “Integrasi Teknologi Cerdas dan Keberlanjutan Nol Karbon untuk Memperpanjang Umur Bangunan Eksisting.”
Acara ini mempertemukan pakar dari Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Taiwan, serta dihadiri lebih dari 200 peserta dari sektor industri, pemerintah, akademisi, dan lembaga riset. Fokus utamanya adalah membedah strategi implementasi teknologi bangunan cerdas nol emisi pada infrastruktur eksisting yakni isu yang relevan bagi negara-negara berkembang dan maju.

















