Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perajin Tahu Tempe Lampung Masih Andalkan Kedelai Impor

WhatsApp Image 2025-10-28 at 8.42.41 PM.jpeg
Ilustrasi perajin tahu tempe di Jalan Morotai, Kelurahan Jagabaya, Kecamatan Way Halim. (IDN Times/Istimewa).
Intinya sih...
  • Kedelai impor memiliki kualitas lebih bagus dibanding lokal
  • Daya beli masyarakat lesu
  • Harga kedelai stabil
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Perajin tahu dan tempe di Provinsi Lampung menyatakan, kualitas kedelai impor dinilai lebih baik dibandingkan kedelai lokal. Selain itu, harga dan ketersediaan stok kedelai impor saat ini terbilang masih stabil.

Alhasil, perajin masih menggantungkan bahan baku dari kedelai impor membuat tahu dan tempe. Seperti dilakoni Sendi Ferdian, perajin tahu tempe asal Kelurahan Jagabaya III, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung.

Ia mengatakan, harga kedelai saat ini kisaran Rp9.400 per kilogram. Harga itu stabil dengan harga dari bulan sebelumnya. Pasokan kedelai untuk usahanya relatif masih lancar dan stabil. Sebulan Sendi rata-rata membeli hingga empat ton kedelai.

1. Kedelai impor memiliki kualitas lebih bagus dibanding lokal

Ilustrasi kacang kedelai (pexels.com/Polina Tankilevitch)
Ilustrasi kacang kedelai (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Menurut Sendi, kedelai impor memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan kedelai lokal. “Kalau pun kedelai lokal lebih murah, kami tetap pilih yang impor karena hasilnya lebih bagus,” tambahnya.

Tapi disisi lain, ia menjelaskan, kenaikan harga kedelai bisa berdampak langsung pada produksi. Jika harga bahan baku naik signifikan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe.

Namun langkah itu tak mudah dilakukan karena bisa memicu protes dari konsumen. “Konsumen biasanya langsung tanya ke pedagang kenapa ukurannya mengecil,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (28/10/2025).

2. Daya beli masyarakat lesu

ilustrasi penurunan daya beli (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi penurunan daya beli (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setali tiga uang, Amuh, perajin tahu asal Kelurahan Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung, mengatakan, harga kedelai saat ini berada di kisaran Rp9.500 per kilogram, turun cukup jauh dibandingkan tahun 2024 lalu yang sempat mencapai Rp12 ribu per kilogram.

Ia tak menampik, biasa menggunakan kedelai impor yang beredar di pasaran. “Sudah puluhan tahun gak ada kedelai lokal,” ujarnya.

Menurut Amuh, kenaikan harga kedelai akan langsung berpengaruh pada penghasilan perajin. Namun menaikkan harga jual produk tahunya bukanlah Solusi, karena daya beli masyarakat sedang menurun.

“Kalau harga naik penghasilan otomatis turun. Gak bisa langsung naikin harga, paling ukuran yang dikurangi. Itu pun kalau harga kedelai sudah di atas Rp12 ribu,” tuturnya.

Ia menilai, kendala utama saat ini adalah lesunya daya beli masyarakat. “Pasokan aman, tapi pasar sepi. Jadi kalau stok kedelai banyak tapi pembeli enggak ada, ya percuma juga,” katanya.

3. Harga kedelai stabil

seseorang memegang beberapa lembar uang rupiah (https://unsplash.com/@black0ut)
seseorang memegang beberapa lembar uang rupiah (https://unsplash.com/@black0ut)

Umiati, distributor kedelai di Purwodadi Dalam, Lampung Selatan, menjelaskan, harga kedelai super kini Rp9.500 per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp10 ribu. Ia mendapat pasokan dari pengepul dan menjualnya ke perajin tahu tempe.

“Sekarang ini pembelian berkurang. Dulu ambil sembilan ton habis dalam 25 hari, sekarang enam ton bisa sebulan,” ujarnya.

Ia menambahkan, penurunan pembelian bukan hanya karena produksi berkurang, tetapi juga karena banyaknya pedagang keliling yang menjual kedelai dengan kualitas tak terjamin. Meski begitu, stok kedelai di wilayahnya masih aman dan mampu memenuhi kebutuhan perajin.

4. Produksi tahu dan tempe turun

Reni pedagang tahu tempe di Pasar Suka Ramai Medan (IDN Times/Yurika Febrianti)
Reni pedagang tahu tempe di Pasar Suka Ramai Medan (IDN Times/Yurika Febrianti)

Bintang Bayu, Ketua Paguyuban Tahu Tempe Dusun 3 Desa Purwodadi Dalam, Lampung Selatan mengutarakan, harga kedelai di koperasi tempatnya saat ini kisaran Rp9.500 per kilogram. Ia menilai, harga tersebut masih ideal.

“Gak terlalu tinggi, gak terlalu rendah. Masih ada margin sekitar empat ratus sampai lima ratus per kilo,” katanya.

Namun, Bintang menyatakan, produksi tahu dan tempe di daerahnya sedang menurun. Selain faktor harga bahan baku, munculnya pesaing dari Bandar Lampung yang menawarkan harga jual lebih murah sehingga ikut memengaruhi pasar.

“Sekarang ini produksi turun karena banyak produk dari luar daerah yang masuk ke pasar sini. Meski begitu,pasokan kedelai dari distributor masih lancar, bahkan sering kali stok datang sebelum habis," tukasnya.

5. Pasokan kedelai nasional aman

Ilustrasi biji kedelai (freepik.com/jcomp)
Ilustrasi biji kedelai (freepik.com/jcomp)

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suragala, mengatakan, harga kedelai di pasaran Lampung yang berkisar Rp9.400 sampai Rp9.500 per kilogram normal dan wajar. Itu imbas kenaikan harga kedelai di pasar global beberapa hari terakhir.

Harga jual kedelai di tingkat importir saat ini sempat naik dari sebelumnya Rp8.700/kg menjadi Rp8.800-Rp8.850/kg. “Diharapkan sampai dengan akhir tahun 2025 tidak terjadi gejolak kenaikan harga yang terlalu tajam, sehingga para perajin tempe dan tahu nasional bisa tetap berproduksi dan mendapatkan keuntungan,” ujar Hidayat.

Akindo juga memastikan pasokan kedelai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe untuk dua bulan ke depan, berkisar antara 220.000 hingga 250.000 ton per bulan. Hidayat menyebutkan, permintaan kedelai nasional dalam lima tahun terakhir relatif stagnan antara 2,6 ton sampai 3 juta ton per tahun.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest News Lampung

See More

Peningkatan Atmosfer, Masyarakat Lampung Diimbau Waspada Cuaca Ekstrem

28 Okt 2025, 23:02 WIBNews