Bersiap Menuju PON, Paralayang Lampung Rekrut Mahasiswa jadi Atlet

- Atlet muda dilatih di Batu Alif Paragliding Site setiap Sabtu dan Minggu
- Batu Alif Paragliding menjadi destinasi wisata paralayang favorit dengan panorama Gunung Anak Krakatau
- Akses jalan menuju area take-off masih berupa tanah berbatu, menghambat perkembangan paralayang di Lampung
Bandar Lampung, IDN Times – Pengprov Paralayang Lampung mulai tancap gas mempersiapkan atlet jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXII 2028 di NTT-NTB.
Ketua Paralayang Lampung, Letkol Laut (T) Gatot Suryono mengatakan, salah satu langkahnya adalah merekrut mahasiswa dan warga lokal untuk dilatih menjadi pilot paralayang.
Ia menambahkan, saat ini Paralayang Lampung sudah memiliki empat pilot muda putra maupun putri. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari mahasiswa Universitas Lampung (Unila), Institut Teknologi Sumatera (Itera), hingga masyarakat sekitar lokasi latihan.
“Salah satunya Ade Anisa, pemilik lahan Batu Alif Paragliding. Ada juga Haris, Doku, dan Manda dari Mapala Unila, serta Nova dari Itera. Perkembangan mereka cukup menjanjikan,” katanya, Kamis (4/9/2025).
1. Latihan rutin di Batu Alif

Untuk mematangkan kemampuan, para calon atlet muda ini berlatih rutin setiap Sabtu dan Minggu di Batu Alif Paragliding Site, Dusun Kayu Tabu, Desa Klawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan.
Latihan digelar dengan dukungan peralatan pinjaman dari komunitas paralayang, serta bantuan dua set peralatan dari Dispora Lampung dan satu parasut dari TNI AU.
“Ke depan, mereka akan segera diuruskan lisensi FASI supaya bisa ikut Pra-PON,” jelas Gatot.
2. Venue baru jadi magnet wisata

Batu Alif Paragliding sendiri resmi dibuka sejak November 2024. Lokasi ini langsung jadi favorit karena menawarkan panorama Gunung Anak Krakatau, Gunung Rajabasa, hingga Pulau Sebesi.
“Batu Alif adalah destinasi wisata paralayang pertama di Lampung. Banyak pilot dari luar daerah sudah mencoba terbang di sini,” ujar Gatot.
3. Terkendala akses jalan

Meski potensinya besar, masih ada satu kendala yang menghambat. Akses jalan sepanjang 700 meter menuju area take-off masih berupa tanah berbatu sehingga sulit dilalui kendaraan, terutama saat hujan.
“Kami berharap pemerintah daerah bisa ikut membantu memperbaiki akses jalan ini. Dengan begitu, paralayang di Lampung bisa berkembang lebih cepat,” tuturnya.