TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cagar Budaya Rumah Dokter Saksi Sejarah Perkembangan Kota Metro

Lindungi cagar budaya, TACB Metro terbitkan buku sejarah

Sejarah Rumah Dokter Kota Metro. (IDN Times/Istimewa).

Metro, IDN Times - Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Metro bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Metro menerbitkan buku berjudul Dokterswoning : Sejarah Rumah Dokter Kota Metro.

Ketua TACB Metro, I Made Giri Gunadi, mengatakan, perjalanan panjang sejarah rumah ini menjadi salah satu saksi sejarah perkembangan Kota Metro. Rumah Dokter yang menurut sumber sejarah mulai dibangun Agustus 1939 dan selesai Februari 1940.

“Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang, menetapkan bangunan Rumah Dokter ini ke dalam daftar inventaris cagar budaya. Ini tercantum dalam Surat Keputusan Kepala BPCB Serang Nomor: 429/CB4/LL/2015 tentang Daftar Inventaris Cagar Budaya di Kota Metro,” katanya dalam pernyataan tertulis, Sabtu (12/12/2020).

1. Peserta didik dapat diajak refleksi masa lalu dan situasi saat ini

Ilustrasi Pelajar. (IDN Times/Mardya Shakti)

Sejarawan Universitas Muhammadiyah (UM) Metro Kian Amboro, menjelaskan, kajian Rumah Dokter (dokterswoning) dapat menjadi bahan refleksi sejarah. Peserta didik dapat diajak untuk berefleksi dari apa yang telah dipelajari dari masa lalu dan bagaimana situasinya saat ini.

“Mencari tahu apa yang telah berubah dan apa yang masih bertahan, atau mengenai kemajuan dan kemunduran yang terjadi di Metro, “ jelas pria yang juga menjadi salah satu penulis buku ini.

2. Aspek sejarah Kota Metro patut digali

Ilustrasi Kota Metro. (Dok. Info Kyai)

Dosen IAIN Metro, Ahmad Muzaki, mengatakan Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang menyimpan dan memiliki bentang serta fase sejarah yang cukup panjang. Kronologis dan aspek sejarah Kota Metro patut untuk digali, diketahui dan dipublikasikan keberadaannya.

“ Memoar apik yang terpendam di dalamnya supaya diketahui dan dinikmati oleh masyarakat. Saat ini masyarakat hanya tinggal menikmati hasil jerih payah para pejuang dan pendiri Kota Metro tanpa atau tidak mau ikut merasakan bagaimana pergulatan dan pergumulan para perintis melakukan babad alas saat itu,” ungkapnya

Baca Juga: 85 persen pengunjung ePusda Kota Metro Kaum Gen Z dan Milenial

Berita Terkini Lainnya