Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Tes Pengendalian Emosi Seseorang Melalui Merakit Furnitur  

ilustrasi merakit furnitur (unsplash.com/David Schultz)
Intinya sih...
  • Merakit furnitur adalah cara unik untuk menguji pengendalian emosi seseorang dalam menyelesaikan masalah dan berkomunikasi saat ada tantangan.
  • Reaksi seseorang terhadap manual yang membingungkan atau kesalahan dalam merakit furnitur mencerminkan cara dia mengelola emosi di kehidupan sehari-hari.
  • Cara seseorang menghadapi perbedaan pendapat, kesalahan, dan hasil akhir dari merakit furnitur bisa menjadi indikator bagaimana dia mengelola emosinya dan menangani tekanan.

Merakit furnitur bareng orang lain bukan cuma sekadar kegiatan menyusun papan dan baut, tapi juga bisa jadi cara unik buat mengetes pengendalian emosi seseorang. Dalam situasi ini, kamu bisa melihat gimana seseorang menghadapi tekanan, menyelesaikan masalah, dan berkomunikasi saat ada tantangan.

Kadang, yang tadinya dikira gampang malah jadi sumber stres karena instruksi yang ribet atau bagian yang sulit dipasang. Justru dari sinilah sifat asli seseorang bisa terlihat, apakah dia tetap tenang atau gampang terpancing emosi.

Sering kali, orang gak sadar kalau tindakan mereka saat merakit furnitur bisa mencerminkan cara mereka mengelola emosi di kehidupan sehari-hari. Apakah dia cepat menyerah, menyalahkan orang lain, atau malah mencari solusi dengan kepala dingin?

Nah, berikut lima cara mengetes pengendalian emosi seseorang lewat aktivitas merakit furnitur bareng.

1. Respons saat menghadapi instruksi yang rumit

ilustrasi merakit furnitur (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Saat merakit furnitur, biasanya ada manual yang harus diikuti. Beberapa orang langsung membaca dengan teliti, sementara yang lain asal lihat gambar dan nekat pasang.

Ketika instruksi terasa membingungkan, ini jadi momen penting buat melihat bagaimana seseorang bereaksi. Orang yang punya pengendalian emosi yang baik biasanya akan tetap sabar, mencoba memahami langkah-langkahnya, dan mencari solusi kalau ada kesulitan.

Sebaliknya, orang yang gampang emosian bakal frustrasi, menyalahkan instruksi yang “gak jelas”, atau bahkan marah-marah tanpa mencoba menyelesaikan masalah. Cara seseorang menghadapi manual ini bisa jadi gambaran bagaimana dia menangani situasi sulit dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau dia langsung menyerah atau mengeluh tanpa mencari solusi, bisa jadi di kehidupan nyata juga cenderung menghindari masalah ketimbang mencari jalan keluarnya. Tapi kalau tetap tenang dan mencari alternatif solusi, itu tanda kalau dia punya kemampuan mengelola emosi dengan baik.

2. Tahan menghadapi kesalahan

ilustrasi merakit furnitur (vecteezy.com/thanuthattaphong)

Kesalahan itu wajar saat merakit furnitur, entah itu memasang baut di tempat yang salah atau salah membaca ukuran. Hal yang jadi penilaian adalah gimana seseorang menyikapi kesalahan itu.

Orang yang bisa mengendalikan emosinya cenderung lebih santai dan menganggap kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Mereka bakal mencari cara buat memperbaikinya tanpa panik atau menyalahkan orang lain.

Tapi kalau reaksinya langsung marah atau menyalahkan kamu yang jadi partnernya, itu tanda kalau dia gampang terpancing emosi. Ketahanan seseorang dalam menghadapi kesalahan juga bisa terlihat dari bagaimana dia menyikapi kegagalan.

Kalau dia berusaha tetap fokus dan mencari cara buat memperbaiki kesalahan tanpa banyak drama, berarti dia punya kontrol diri yang cukup baik. Tapi kalau dia malah membesar-besarkan masalah, membentak, atau menyerah begitu saja, itu bisa jadi tanda kalau dia belum terbiasa mengatur emosinya dengan baik.

3. Kemampuan berkomunikasi saat terjadi perbedaan pendapat

ilustrasi merakit furnitur (vecteezy.com/lek.jorruang943231)

Saat bekerja sama merakit furnitur, ada kemungkinan kamu dan partnermu punya cara berbeda dalam menyusun bagian-bagiannya. Ini bisa jadi tantangan tersendiri karena perbedaan pandangan sering kali memicu ketegangan.

Orang yang bisa mengendalikan emosinya akan mendengarkan pendapat orang lain, berdiskusi dengan tenang, dan mencari titik tengah. Mereka gak langsung memaksakan kehendak atau menyepelekan pendapat orang lain.

Sebaliknya, orang yang gampang emosian biasanya akan keras kepala dan sulit diajak kompromi. Mereka bisa jadi langsung ngegas kalau idenya ditolak atau malah menyepelekan cara kerja orang lain.

Dari sini, kamu bisa lihat apakah seseorang cenderung terbuka terhadap masukan atau justru mudah tersulut emosinya ketika menghadapi perbedaan pendapat.

4. Kesabaran saat proses berjalan lebih lama dari diharapkan

ilustrasi merakit furnitur (pexels.com/cottonbro studio)

Merakit furnitur gak selalu berjalan sesuai rencana. Kadang ada bagian yang sulit dipasang, baut yang hilang, atau bahkan hasil akhirnya gak seimbang. Ini adalah ujian kesabaran yang bagus buat melihat bagaimana seseorang mengelola emosinya.

Orang yang sabar akan tetap mencoba, mencari solusi, atau bahkan bisa bercanda buat meredakan ketegangan. Mereka memahami bahwa gak semua hal bisa selesai dengan cepat dan sempurna.

Sebaliknya, orang yang mudah frustrasi mungkin akan menunjukkan tanda-tanda stres seperti menggerutu, mengeluh, atau bahkan meninggalkan pekerjaan di tengah jalan. Kesabaran dalam merakit furnitur ini bisa jadi cerminan bagaimana seseorang menangani situasi dalam kehidupan nyata. Kalau dia cenderung tetap tenang dan fokus menyelesaikan masalah tanpa terburu-buru, itu pertanda baik.

5. Sikap setelah proyek selesai

ilustrasi merakit furnitur (vecteezy.com/Yan Krukau)

Setelah semuanya selesai, ada dua jenis orang yaitu yang merasa puas dan menikmati hasil kerja kerasnya, atau yang tetap kesal karena prosesnya bikin capek dan stres. Cara seseorang menyikapi hasil akhir ini bisa jadi indikator seberapa baik dia mengelola emosinya.

Orang yang punya kontrol emosi baik akan melihat pengalaman itu sebagai sesuatu yang positif, bahkan kalau prosesnya agak melelahkan. Mereka akan lebih fokus pada pencapaian daripada kesulitan yang dihadapi.

Di sisi lain, kalau setelah selesai dia masih mengeluh soal proses yang sulit, kesalahan kecil, atau rasa capek yang berlebihan, itu bisa menunjukkan dia lebih fokus pada hal negatif daripada menikmati pencapaian. Ini bisa jadi tanda kalau dalam kehidupan sehari-hari dia lebih cenderung melihat masalah ketimbang solusi, yang bisa berdampak pada cara dia menghadapi tantangan lainnya. Kebiasaan seperti ini seringkali memperburuk keadaan, karena perasaan frustrasi yang berlarut-larut bisa menghalangi kemajuan dan membuatnya sulit untuk menemukan jalan keluar.

Lewat aktivitas sederhana seperti merakit furnitur bersama, kamu bisa melihat banyak hal tentang bagaimana seseorang menangani tekanan, bekerja sama, dan mengelola emosinya. Kalau kamu penasaran dengan cara seseorang mengendalikan emosinya, ajak aja dia buat merakit furnitur bareng, siapa tahu kamu bisa melihat sisi lain dari dirinya yang gak terlihat dalam keseharian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us