TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gejala Anosmia hingga Sakit Tenggorokan Sudah Pasti Kena COVID-19?

Anosmia bisa berdampak serius

express.co.uk

Bandar Lampung, IDN Times - Gejala COVID-19 saat ini semakin beragam bahkan hampir berbeda pada setiap orang. Beberapa dokter mengatakan tingkat keparahannya bergantung pada kondisi imun setiap orang.

Beberapa gejala COVID-19 sering dialami adalah hilangnya kemampuan mencium bau dan rasa sakit di tenggorokan. Namun apakah seseorang mengalami gejala tersebut sudah pasti terinfeksi COVID-19?

Berikut IDN Times rangkum penjelasan lengkapnya.

1. Proses terjadinya anosmia

loveworldplus.tv

Kehilangan kemampuan mencium bau akhir-akhir ini kerap dialami masyarakat. Menurut Dokter Spesialis THT-KL Muslim Kasim, kondisi tersebut disebut anosmia.

Menurutnya, proses penciuman terjadi ketika bau yang masuk ke dalam hidung diterima oleh sel-sel saraf pembau. Sel-sel saraf pembau ini kemudian melanjutkan sinyal tersebut ke otak untuk di proses hingga mampu mengidentifikasi bau.

"Gangguan pada proses inilah penyebab munculnya anosmia," kata dokter yang bertugas di Rumah Sakit Pertamina Bingang Amin itu. 

Baca Juga: Cara Mempercepat Proses Penyembuhan Anosmia

2. Anosmia bisa jadi gejala satu-satunya COVID-19

Ilustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Ia menjelaskan, sebagian kasus anosmia mungkin bukan hal serius. Artinya bisa sembuh sendiri seperti saat terkena flu, sinusitis atau alergi.

Namun di tengah pandemik COVID-19 saat ini harus lebih waspada sebab anosmia adalah salah satu gejala yang dialami oleh sebagian penderita COVID-19.

"Bahkan bisa jadi anosmia adalah gejala satu-satunya yang muncul pada penderita COVID-19," jelas dr Muslim Kasim. 

Namun anosmia juga bisa disebabkan oleh penyakit serius seperti polip atau tumor hidung, tumor otak, cedera kepala, paparan racun/insektisida. Serta banyak kelainan seperti saraf multiple sclerosis, aneurisma otak, parkinson atau alzheimer.

3. Anosmia sudah ditetapkan sebagai gejala COVID-19

Ilustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Dr Muslim Kasim menyampaikan, 33,9 - 68 persen pasien COVID19 menderita gangguan penciuman. Kemudian, 85,6 persen pasien COVID di Eropa dilaporkan ada gangguan fungsi penghidu dan 79,6 persen melaporkan kehilangan total fungsi penghidu.

Menurutnya, berdasarkan catatan AAOHNS sejak 26 Maret 2020 telah menetapkan anosmia sebagai gejala yang berhubungan dengan COVID-19.

"Periksakan ke dokter, jika muncul keluhan tidak bisa mencium bau, terutama bila gejala sudah berlangsung lama. Lakukan swab/PCRA untuk memastikan COVID-19 atau bukan," ujar dr Muslim Kasim.

4. Tenggorok bukan lokasi utama infeksi virus

ilustrasi sakit tenggorokan (freepik.com/freepik)

Gejala lain sering dialami penyintas COVID-19 adalah sakit tenggorokan. Dr Muslim Kasim mengatakan
hal ini cukup rasional mengingat virus COVID-19 ini dihirup dan masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut dan dapat singgah di tenggorok terlebih dahulu.

"Di tenggorok, virus bisa mereplika diri mereka hingga dapat menyebabkan iritasi dan sakit tenggorok," ujarnya.

Namun tenggorok bukanlah lokasi utama dari infeksi virus, tapi batuk yang muncul karena infeksi corona juga dapat mengiritasi tenggorok.

5. Sakit tenggorok bukan gejala spesifik penyakit, termasuk corona

pixabay.com/Anastasia Gepp

Menurutnya, saat mengalami infeksi di saluran pernapasan seperti pada penyakit corona, kamu akan mengalami postnasal drip, sebuah kondisi di mana banyak lendir berlebih yang menumpuk dan menetes di bagian belakang tenggorok. Kondisi ini juga dapat menyebabkan sakit tenggorok.

"Faktanya, sakit tenggorok ternyata bukan merupakan salah satu gejala umum COVID-19. Penelitian menunjukkan hanya 5-13,9 persen penderita corona yg merasakan sakit tenggorok," bebernya.

Dr Muslim Kasim menjelaskan, sakit tenggorok merupakan keluhan yang sering muncul dan bukan gejala spesifik dari satu penyakit, termasuk corona.

Baca Juga: Tips Atasi Demam Anak, Kenali Tandanya Ketika Jadi Bahaya

Berita Terkini Lainnya