ITERA Kembangkan Inovasi Produk Kulit Ramah Lingkungan

Produksi kulit akan dibuat dengan tumbuhan alami

Lampung Selatan, IDN Times - Institut Teknologi Sumatera (ITERA) tengah mengembangkan inovasi produk lembaran kulit ramah lingkungan berbahan baku tumbuhan. Inovasi itu sebagai alternatif kulit hewan dan kulit sintetis, umumnya digunakan dalam industri kerajinan kulit.

Guna menggali potensi pengembangan inovasi kulit ramah lingkungan tersebut, tim ITERA dipimpin langsung Rektor I Nyoman Pugeg Aryantha, melakukan penjajakan kerja sama dengan Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) di Sekretariat DPP APKI Yogjakarta, Selasa (18/7/2023).

Baca Juga: Dosen ITERA Bentuk Tim Investigasi Kecelakaan Lift Sekolah Az Zahra

1. Kulit ramah lingkungan diharapkan mampu kurangi jejak karbon

ITERA Kembangkan Inovasi Produk Kulit Ramah Lingkunganilustrasi jejak karbon industri (unsplash.com/@chrisleboutillier)

Rektor ITERA menyampaikan, sebagai kampus baru ITERA ingin membangun jejaring luas, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih luas untuk masyarakat.

"Untuk itu, ITERA menjajaki kerja sama dengan DPP APKI, yang selama ini bergerak dalam industri pengolahan kulit," kata Pugeg.

Ia berharap, penggunaan kulit ramah lingkungan mampu mengurangi jejak karbon (carbon footprint) atau jumlah karbon gas rumah kaca dihasilkan dari berbagai aktivitas industri turut berkontribusi menyebabkan pemanasan global.

2. Bahan digunakan membuat kulit ramah lingkungan

ITERA Kembangkan Inovasi Produk Kulit Ramah LingkunganPexels.com/Alena Koval

Terkait pengembangan produk lembaran kulit ramah lingkungan, rektor menyampaikan, bahan-bahan  dikembangkan menjadi produk tersebut adalah produk tumbuhan alami latek, dengan kombinasi tumbuhan lain selama ini menjadi salah satu potensi sumber daya alam di Provinsi Lampung.

“ITERA memiliki tanggungjawab mengembangkan sumber daya alam dimiliki Lampung, sehingga diharapkan memberikan manfaat kepada masyarakat luas, khususnya dalam pengembangan produk kulit ini,” ujar Rektor.

Pertemuan tersebut menurut Pugeg memberikan masukan berharga untuk pengembangan riset kulit ramah lingkungan yang telah dilakukan ITERA.

3. Industri kulit nasional sedang kurang baik

ITERA Kembangkan Inovasi Produk Kulit Ramah LingkunganPekerja Rorokenes sedang sibuk bekerja untuk pembuatan tas kulit anyaman di ruang produksi yang berlokasi di Jalan Bukit Putri No 17, Ngesrep, Banyumanik, Kota Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)toningrum)

Chairman Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APKI Budi Purwoko, menyambut hangat diskusi sebagai penjajakan kerja sama dilakukan ITERA. Budi juga memberikan gambaran industri kulit nasional, menurutnya sedang kurang baik, sejak Pandemi COVID-19.

Meski demikian, ia mengapresiasi upaya ITERA yang mencoba berinovasi mengembangkan bahan kulit alternatif.

“Ide dari ITERA sangat bagus dan perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan industri kulit saat ini, dan kami berharap akan ada tindak lanjut dari pertemuan ini,” ujar Budi.

4. Perlu kajian lebih dalam

ITERA Kembangkan Inovasi Produk Kulit Ramah LingkunganIlustrasi pengrajin tas kulit (Pexels.com/Andre Piacquadio)

Dalam pertemuan tersebut, tim APKI juga memberikan beberapa masukan, terkait penyempurnaan produk kulit ramah lingkungan akan dikembangkan ITERA seperti, mengatasi kulit agar tidak berbau, memiliki kekuatan tarik yang sesuai, lentur, dan memiliki pori-pori dan tekstur yang menyerupai kulit asli, dan daya tahan dari air.

“ Untuk itu, perlu dilakukan kajian lebih mendalam, agar produk kulit ramah lingkungan yang dikembangkan ITERA dapat lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan,” ujar tim APKI.

Baca Juga: Wisuda ke 15 ITERA, Dua Lulusan Toreh Prestasi Internasional

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya