KB Pascapersalinan Cara Jitu Cegah Stunting
Stunting juga bukan hanya persoalan kemiskinan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pesawaran, IDN Times - Kualitas generasi di masa datang ditentukan kualitas keluarga kita saat ini. Karena keluarga yang baik akan melahirkan putra-putri berkualitas baik. Terlebih dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045, keluarga memiliki peran sangat penting menyiapkan generasi berkualitas dan berkarakter sebagai sumber daya manusia menjadi aset pembangunan negara.
Peran keluarga menjadi semakin penting, karena saat ini negara kita menghadapi permasalahan cukup serius dan harus menjadi perhatian bersama, yaitu kasus stunting angkanya masih cukup tinggi. Data global menunjukkan prevalensi stunting Indonesia berada di peringkat ke-108 dari 132 negara. Dari peringkat itu pula, Indonesia menjadi negara dengan angka kekerdilan tertinggi ketiga di kawasan ASEAN setelah Timor Leste dan Laos Demokrat.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting pada anak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan perkembangan fisik.
Seiring bertambahnya usia, stunting dapat menyebabkan anak memiliki kecerdasan di bawah rata-rata sehingga prestasi akademiknya tidak bisa maksimal, sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga memicu anak mudah sakit dan anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit jantung, penyakit diabetes, kanker, bahkan stroke. Dari sisi finansial, stunting juga memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara sebesar 2-3 persen dari produk domestik bruto per tahun.
Stunting bukan hanya persoalan kemiskinan
Melihat kondisi saat ini, dari total kelahiran 5 juta bayi selama setahun, 1,2 juta di antaranya dalam kondisi kurang gizi kronis atau stunting. Walaupun angka prevalensi stunting Indonesia 2021 menurun menjadi 24,4 persen setelah pada tahun 2018 sebesar 30,8 persen, namun hasil ini masih berada diatas ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menghendaki stunting kurang dari 20 persen.
Angka tersebut disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi. Karena 29 persen dari 5 juta itu lahir prematur dan ukuran bayi tidak cukup besar secara fisik untuk dilahirkan. Tidak hanya itu, angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal namun tumbuh dengan asupan gizi yang kurang memadai sehingga mengakibatkan stunting. Artinya, risiko stunting bisa muncul saat kehamilan, juga dari bayi lahir normal, namun mengalami kekurangan asupan nutrisi.
Di sisi lain, stunting juga bukan hanya persoalan kemiskinan. Tidak sedikit keluarga mampu yang anaknya stunting karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya stunting. Untuk itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kemudian melirik pada pendekatan faktor spesifik, yakni pendampingan mulai dari calon pengantin, sebelum hamil, selama hamil, dan pasca persalinan.
Termasuk peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan seribu hari pertama kehidupan (1.000 HPK) kepada keluarga yang memiliki bayi dibawah usia dua tahun. Hal ini bertujuan untuk mencegah stunting sekaligus menurunkan angka kematian ibu.
Tanpa adanya upaya optimal pencegahan stunting, BKKBN memprediksi 2024 Indonesia akan memiliki 24,35 juta balita stunting. Dengan prediksi ada penambahan kasus 4,85 juta di tahun 2022, penambahan 4,9 juta di tahun 2023 dan 5 juta di tahun 2024. Sementara itu, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 menargetkan di tahun 2024 maksimal hanya ada 14 persen kasus stunting atau hanya 3,409 juta balita stunting. Tentu ini menjadi tugas besar BKKBN yang ditunjuk Presiden RI sebagai Ketua Pelaksanaan Percepatan Program Penurunan Stunting di Indonesia.
Baca Juga: Delay System dan Kelancaran Arus Balik Mudik di Pelabuhan Bakauheni