Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mitos dan Fakta Seputar BPA dalam Galon Polikarbonat

Ilustrasi galon. (IDN Times/Istimewa).
Intinya sih...
  • Penelitian menunjukkan paparan BPA dalam galon guna ulang berada dalam batas aman untuk kesehatan manusia.
  • BPA dalam galon masih aman dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh lembaga yang mengatur zat kimia pada makanan.
  • Mitos tentang BPA menyebabkan gangguan pertumbuhan anak, kanker, dan obesitas belum memiliki bukti ilmiah yang kuat.

Isu terkait kandungan BPA dalam galon guna ulang (GGU) kerap dibicarakan di media. Informasi miring terkait bahaya BPA dalam kemasan galon guna ulang berbahan PC mengandung BPA memicu kebingungan masyarakat.

Alhasil, kondisi tersebut memicu perdebatan apakah benar paparan BPA dalam galon guna ulang bisa berdampak bagi kesehatan manusia. Atau, hanya mitos belaka yang dikembangkan untuk tujuan tertentu?

Berikut ulasan terkait mitos dan fakta bahaya BPA dalam GGU.

1. Mitos BPA dalam galon polikarbonat dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin?

ilustrasi ibu hamil (pexels.com/Kampus Production)

Terkait hal itu, meskipun ada penelitian menunjukkan potensi efek BPA terhadap sistem reproduksi, paparan yang terjadi dari penggunaan galon polikarbonat umumnya berada dalam batas yang dianggap aman.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo menerangkan, tidak ada hubungan antara kandungan BPA dalam galon kemasan isi ulang dengan gangguan kehamilan apalagi kemandulan. Belum ada pembuktian valid dan benar terkait dampak BPA ke tubuh sehingga masih diperlukan penelitian yang lebih besar lagi.

"Belum ada penelitian yang konsisten dan dapat dibuktikan terkait efek dari air mineral kemasan," katanya.

Kemandulan disebabkan karena faktor lain yakni gaya hidup semisal merokok, gangguan hormon atau yang dikenal dengan PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) dan lingkungan. Selain itu, usia juga merupakan faktor gangguan kehamilan.

2. Mitos BPA dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada pria dan wanita

ilustrasi masalah pada organ reproduksi (freepik.com/freepik)

BPA dapat memengaruhi hormon, tetapi bukti menunjukkan paparan dalam jumlah kecil tidak cukup untuk menyebabkan gangguan reproduksi yang serius. Banyak studi menunjukkan bahwa tingkat paparan BPA yang dihasilkan dari kemasan berbahan BPA masih jauh dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh lembaga yang memiliki otoritas mengatur ambang batas zat kimia pada makanan dan obat atau semacam BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)  di Indonesia.

Teranyar, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin menyatakan, hasil penelitian tidak menemukan adanya migrasi BPA dari galon PC ke dalam air. "Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," katanya.

Artinya, kadar BPA dalam galon masih sangat aman dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), BPOM dan Standar Nasional Indonesia (SNI). "Penelitian ini menunjukkan semua sampel air minum yang diuji terbukti aman untuk dikonsumsi masyarakat dan telah sesuai dengan standar serta regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga standar internasional," katanya.

3. Mitos BPA berkontribusi pada gangguan pertumbuhan anak

Para balita stunting bersama orang tua mengikuti outing class yang diselenggarakan Rumah Pelita naik bus wisata keliling Kota Semarang, Rabu (6/11/2024). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Beberapa penelitian mengaitkan BPA dengan potensi gangguan perkembangan pada anak, tetapi banyak ahli menyatakan faktor lingkungan dan nutrisi lebih berpengaruh. Kalaupun ditemukan, paparan BPA dalam penggunaan galon cenderung rendah dan dianggap aman.

Dokter Spesialis Anak sekaligus Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Rini Sekartini mengatakan, hingga saat ini belum ada bukti bahwa air galon Polikarbonat bisa menyebabkan penyakit autis pada anak.

Senada, Psikolog Anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto menyampaikan, tidak ada anak yang dilaporkan autis setelah mengonsumsi air dari galon guna ulang. "Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon," katanya.

4. Mitos BPA menyebabkan kanker

ilustrasi kanker ovarium (freepik.com/freepik)

Meskipun ada kekhawatiran mengenai hubungan antara BPA dan kanker, penelitian yang ada tidak menunjukkan hubungan yang jelas. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, belum ada bukti BPA terdapat dalam galon PC dapat memengaruhi kesehatan dan menyebabkan kanker.

Bukti ilmiah mengungkapkan kanker lebih banyak disebabkan oleh obesitas, gaya hidup kurang olahraga dan pola makan tidak sehat. Aru melanjutkan bahwa pengaruh zat kimiawi dari lingkungan sangat kecil dibanding tiga faktor tersebut. "BPA belum bisa dikaitkan dengan kanker karena datanya belum ada, data belum cukup," kata Aru.

5. Mitos BPA menyebabkan obesitas

ilustrasi orang obesitas di Amerika (pixabay.com/taniadimas)

Beberapa studi menunjukkan kemungkinan hubungan antara BPA dan obesitas, tetapi hubungan ini kompleks dan masih diteliti. Banyak faktor lain, seperti pola makan dan aktivitas fisik, lebih dominan dalam penyebab obesitas.

Dokter spesialis anak, Diatrie Anindyajati menjelaskan, hingga saat ini belum ada studi empiris satupun yang membuktikan mengonsumsi air dari galon PC bisa menyebabkan obesitas. Dia menegaskan bahwa kegemukan disebabkan karena asupan kalori berlebih.

Artinya, sambung dia, mengonsumsi air dalam galon guna ulang tidak berbahaya sama sekali alias aman karena sudah mendapatkan sertifikasi dari lembaga terkait, termasuk BPOM.  "Kalau kita bicara obesitas itu kan surplus kalori, nah air kan nggak ada kalorinya, (berpikir) secara logika saja dulu," kata Diatrie.

6. Perspektif perlu diketahui

ilustrasi konsultasi kesehatan reproduksi (freepik.com/freepik)

Dokter Spesialis Gizi Klinis, Karin Wiradarma menjelaskan, 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan oleh tubuh melalui urine dan feses. Sedangkan 10 persen sisanya masih sangat kecil dan jauh dari ambang batas aman untuk dapat mengganggu kesehatan.

Badan kesehatan, seperti FDA (Food and Drug Administration) dan WHO (World Health Organization), menetapkan ambang batas paparan BPA yang masih dalam batas aman. Penggunaan galon polikarbonat yang sesuai standar tidak menghasilkan paparan BPA yang melebihi batas ini, sehingga aman digunakan.

Pengamat Hukum Persaingan Usaha, Dr Ningrum Sirait mensinyalir, ramainya isu BPA belakangan dapat saja dipicu oleh adanya persaingan merebut pasar AMDK. Masyarakat diminta untuk aktif mencari informasi dan lebih cerdas dalam menyikapi isu tersebut.

Perlu diperhatikan adalah penelitian terkait BPA tidak pernah dilakukan spesifik pada BPA dalam galon, namun secara umum pada kemasan berbahan BPA seperti botol susu, kemasan makan dan lainnya. Secara keseluruhan, ada banyak kemasan pangan yang menggunakan BPA lebih tinggi dari pada galon.

Dari fakta fakta di atas dapat disimpulkan belum ada bukti sangat kuat memperlihatkan hubungan antara berbagai penyakit dengan migrasi BPA pada kemasan galon air minum yang digunakan sehari hari. Penting untuk dicatat, BPA yang masuk ke dalam tubuh akan melalui proses metabolisme, di mana tubuh akan memecah dan mengeluarkannya secara otomatis melalui urin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us