TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Konsep Keagaman Moderat Dipaparkan Wamenag Zainut Tauhid

Keagamaan moderat beri ruang perbedaan dengan orang lain

Ilustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Bandar Lampung, IDN Times - Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI, KH Zainut Tauhid Sa'adi menghadiri dan memberikan kuliah umum pada kegiatan Studium Generale di Institut Agama Islam (IAI) An Nur Lampung akhir pekan lalu. Dalam kegiatan itu ia memaparkan Kementerian Agama terus menggalakkan dan menggaungkan kampanye Moderasi Beragama dalam rangka mengajak masyarakat untuk memberikan pemahaman keagamaan yang moderat.

Bagaimana konsep keagamaan yang moderat dipaparkan Zainut Tauhid? Berikut IDN Times rangkum ulasannya.

Baca Juga: Potret Toleransi di Vihara Bandar Lampung, Pengurus Beragama Islam 

1. Keagamaan moderat beri ruang perbedaan dengan orang lain

http://truepapua.com

Menurut Wamenag, keagamaan moderat memberikan ruang perbedaan terhadap yang berbeda dengan orang lain, berbeda seiman, dan tidak sesuai dengan pemahaman keagamaan dengannya. Hal ini dilakukan karena masyarakat Indonesia yang Bhinneka maka diperlukan adanya saling toleransi, saling memahami, dan terciptanya serta terwujudnya masyarakat yang rukun, dan damai di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Moderasi Beragama itu berasal dari kata Moderat yakni tengah. Moderat diambil dari Bahasa Arab yaitu tawasuth. Semua agama hakikatnya adalah moderat. Semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kasih sayang, dan hal-hal yang baik untuk umat manusia. Sesungguhnya jati diri agama itu sudah moderat. Jadi, yang perlu kita moderatkan adalah pemahaman kita dalam beragama,” kata Zainut dilansir dari lampung.kemenag.go.id, Senin (17/1/2022).

Moderasi beragama imbuhnya, adalah cara pandang dalam beragama secara moderat yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem. Baik ekstrem kanan (pemahaman agama yang sangat kaku atau bersifat konseptual) maupun ekstrem kiri (pemahaman agama sangat liberal).

2. Alasan agama perlu dimoderatkan

Ilustra/Net

Zainut menjelaskan, alasan agama perlu dimoderatkan karena praktiknya ada cara-cara pemahaman keagamaan yang ekstrem, berlebihan, tatharruf, ghuluf. "Cara-cara inilah yang perlu kita tarik ke tengah. Jadi moderat itu berada pada titik tengah antara kutub yang paling ekstrem kanan maupun ektrem paling kirim,” tegasnya.

Ia menambahkan, sesuai dengan tema pemahaman dalam beragama perlu dimoderatkan, sehingga dalam kehidupan memahami agama tidak menuju ke arah ekstrem. "Ini yang harus kita ubah dan kembalikan pada pemahaman yang sesungguhnya, agar kita tidak terjebak dalam hal saling menyalahkan," ujarnya.

Apakah moderasi beragama penting untuk Indonesia? Menurut Zainut sangat penting, karena Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat religius dan sekaligus majemuk. Meskipun bukan negara berdasar agama tertentu, masyarakat kita sangat lekat dengan kehidupan beragama.

"Tidak ada satu pun urusan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan agama. Itu mengapa, kemerdekaan beragama juga dijamin oleh konstitusi kita. Tugas kita adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama itu dengan komitmen kebangsaan untuk menumbuhkan cinta Tanah Air,” imbuhnya.

3. Solusi ciptakan kerukunan dan harmoni sosial

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Wamenag menyampaikan, moderasi beragama penting hadir di Indonesia karena bisa menjadi solusi untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial, sekaligus menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama. Selain itu, menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan, serta tidak terjebak pada ekstremisme, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama," ucap Wakil Menteri Agama.

Ia menyatakan, moderasi beragama adalah tanggung jawab bersama. Moderasi beragama tidak mungkin berhasil menciptakan kerukunan kalau hanya dilakukan oleh perorangan atau institusi tertentu saja, seperti Kementerian Agama. Untuk itu, perlu bekerja sama dan saling bergandengan tangan, mulai dari masyarakat luas, pegiat pendidikan, ormas keagamaan, media, para politisi, dunia birokrasi, dan aparatur sipil negara.

“Moderasi beragama itu sesungguhnya adalah jati diri kita sendiri, jati diri bangsa Indonesia. Kita adalah negeri yang sangat agamis, umat beragama kita amat santun, toleran, dan terbiasa bergaul dengan berbagai latar keragaman etnis, suku, dan budaya," jelas Wamenag.

Baca Juga: Melongok Indahnya Toleransi Beragama di Labuhan Dalam Bandar Lampung

Berita Terkini Lainnya