5 Cara Menilai Red Flag Pasangan dengan Melihat Sifat Orang Tuamu

- Polanya komunikasi orang tua dapat mencerminkan pola komunikasi pasangan
- Cara orang tua menyelesaikan konflik dan manipulasi emosional dapat terbawa ke dalam hubungan
- Perlakuan orang tua terhadap orang lain bisa mencerminkan perilaku pasangan di masa depan
Tidak semua orang bisa langsung sadar kalau pasangannya itu red flag. Sering kali, kita terlalu larut dalam perasaan sampai mengabaikan tanda-tanda bahaya yang ia tunjukkan.
Tapi ada cara yang cukup efektif buat memahami red flag dalam hubungan, yaitu dengan melihat sifat orang tuamu. Nah, kalau ada sifat orang tuamu yang sering bikin kamu gak nyaman, ini bisa jadi tanda buat lebih peka menilai pasanganmu.
Berikut lima cara menilai red flag pasangan dengan melihat sifat orang tuamu.
1. Perhatikan cara mereka menghadapi konflik

Setiap hubungan pasti punya konflik, tapi cara menyelesaikannya yang menentukan apakah hubungan itu sehat atau tidak. Coba pikirkan, bagaimana orang tuamu menghadapi konflik?
Apakah mereka sering bertengkar tanpa solusi, saling menyalahkan, atau bahkan diam-diaman berhari-hari? Kalau iya, ada kemungkinan besar kamu menganggap pola ini sebagai sesuatu yang normal.
Sekarang, lihat pasanganmu. Apakah dia punya pola yang sama? Misalnya, kalau ada masalah, dia lebih memilih ngambek daripada ngobrol baik-baik? Atau dia selalu menghindari pembicaraan serius?
Kalau jawabannya iya, ini bisa jadi red flag yang besar. Hubungan yang sehat harus bisa menyelesaikan masalah dengan komunikasi yang baik, bukan dengan menghindari atau memperburuk situasi.
2. Apakah mereka sering menggunakan manipulasi emosional?

Manipulasi emosional sering kali terjadi dalam hubungan tanpa disadari. Coba ingat-ingat, apakah salah satu orang tuamu sering memainkan peran korban saat ada masalah?
Misalnya, ibumu selalu merasa paling menderita dalam keluarga atau ayahmu suka membesar-besarkan kesalahannya supaya kamu merasa bersalah? Pola ini bisa terbawa ke dalam caramu memilih pasangan.
Kalau pasanganmu sering bikin kamu merasa bersalah atas sesuatu yang bukan salahmu, ini tanda bahaya. Misalnya, setiap kali kamu keberatan dengan sikapnya, dia malah balik menyalahkan kamu dan bilang kamu yang terlalu sensitif.
Hubungan yang sehat gak boleh dipenuhi perasaan bersalah yang dipaksakan. Kalau ini terjadi, kamu perlu mengevaluasi ulang hubungan kalian.
3. Lihat pola komunikasi dibangun

Komunikasi adalah kunci utama dalam hubungan, tapi sayangnya, gak semua orang tumbuh dengan pola komunikasi yang sehat di rumah. Kalau orang tuamu terbiasa berbicara dengan nada tinggi atau selalu menyisipkan sindiran dalam percakapan, kemungkinan besar kamu juga menganggap ini sebagai cara komunikasi yang wajar.
Perhatikan bagaimana pasanganmu berbicara padamu. Apakah dia sering meremehkan pendapatmu atau membalas argumen dengan sarkasme? Kalau iya, ini bisa jadi red flag.
Komunikasi yang sehat harus didasarkan pada saling menghargai, bukan sekadar ingin menang sendiri atau menjatuhkan pasangan. Jika dia gak bisa diajak ngobrol dengan baik tanpa menyisipkan sindiran, ada baiknya kamu mempertimbangkan ulang hubungan ini.
4. Apakah mereka menghargai batasan?

Setiap orang punya batasan, tapi gak semua orang tahu bagaimana menghormatinya. Misalnya, kalau sejak kecil kamu melihat ayahmu selalu mengatur ibumu sampai hal-hal kecil seperti cara berpakaian atau dengan siapa dia boleh berteman, bisa jadi kamu tumbuh dengan anggapan bahwa kontrol dalam hubungan itu hal yang wajar.
Sekarang, perhatikan pasanganmu. Apakah dia sering memaksakan kehendaknya tanpa peduli perasaanmu? Misalnya, dia selalu ingin tahu kata sandi ponselmu atau merasa berhak melarang kamu melakukan sesuatu tanpa alasan jelas.
Ini adalah tanda red flag besar. Pasangan yang baik harus bisa menghormati batasanmu tanpa merasa berhak mengendalikannya. Kalau kamu merasa kebebasanmu terus dikekang, mungkin ini saatnya mengevaluasi kembali hubungan kalian.
5. Bagaimana mereka memperlakukan orang lain?

Cara seseorang memperlakukan orang lain bisa jadi cerminan dari sifat aslinya. Coba ingat kembali, bagaimana orang tuamu memperlakukan orang di sekitar mereka?
Apakah mereka cenderung kasar pada pelayan di restoran atau suka berbicara buruk tentang orang lain di belakang? Kalau iya, bisa jadi kamu tumbuh tanpa sadar menganggap perilaku ini biasa.
Sekarang, perhatikan pasanganmu. Apakah dia sering meremehkan orang lain, kasar pada orang yang dianggapnya lebih rendah, atau selalu merasa lebih baik dari orang lain? Kalau iya, ini bisa jadi red flag besar.
Orang yang terbiasa memperlakukan orang lain dengan buruk kemungkinan besar akan memperlakukan pasangannya dengan cara yang sama seiring berjalannya waktu. Jangan abaikan tanda ini hanya karena kamu belum merasakannya langsung.
Menilai red flag pasangan dengan melihat sifat orang tuamu bukan berarti kamu harus menilai hubungan mereka dengan keras. Menyadari hal ini, kamu bisa lebih peka dalam menilai pasangan dan menghindari hubungan yang berpotensi toxic. Gak ada hubungan yang sempurna, tapi yang terpenting adalah kamu dan pasangan bisa belajar bersama untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan bahagia.