Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Rubah pemakan kepiting merupakan spesies bisa kamu temui di Amerika Selatan. Mereka berada dalam famili Canidae dengan nama ilmiah Cerdocyon thous.
Panjang tubuhnya kisaran 60-70 cm dengan berat 5-8 kg. Agar kamu bisa membedakannya dari rubah lain, mereka mempunyai kaki pendek dan panjang, ekornya juga panjang dan lebat.
Warna bulunya bervariasi, mulai dari abu-abu, cokelat hingga kekuningan. Terdapat garis hitam di sepanjang kaki belakang dan tulang belakangnya.
Di bagian moncong, telinga dan cakar cenderung berwarna lebih kemerahan. Sementara itu, ujung kaki, ekor dan telinganya berwarna hitam. Berikut fakta menarik tentang mereka.
Berikut fakta unik lainnya rubah pemakan kepiting
1. Wilayah penyebaran rubah pemakan kepiting
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Lpadovese) Rubah pemakan kepiting berada di bagian tengah Amerika Selatan. Penyebarannya mulai dari Kolombia dan Venezuela hingga sejauh Uruguay, Paraguay dan bagian utara Argentina.
Animalia menginformasikan mereka menghuni sabana dan hutan, tapi juga tersebar di area berhutan dan pinggirannya. Rubah ini lebih memilih area tinggi selama musim hujan dan berpindah ke dataran rendah ketika musim kemarau.
2. Rubah pemakan kepiting adalah omnivora
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Bernard Dupont) Berdasarkan informasi dari Animal Diversity, rubah pemakan kepiting adalah omnivora. Dalam satu studi, dietnya terdiri dari 25,3 persen mamalia kecil, 24,1 persen reptil, 0,6 persen marsupial, 0,6 persen kelinci, 10,3 persen burung, 35,1 persen amfibi dan 5,2 persen ikan.
Sementara itu, di studi lainnya, proporsi makannya berbeda-beda dan menunjukkan perilaku pemakan oportunis. Mungkin juga menyesuaikan dietnya dengan pergantian musim.
Selama musim hujan di dataran rendah Ilanos, mereka terlihat mengonsumsi kepiting dan krustrasea lainnya. Sementara saat musim kemarau, rubah ini lebih banyak memangsa serangga.
Baca Juga: 5 Fakta Unik Nanotyrannus, Dinosaurus Bikin Heboh Awal 2024!
3. Rubah pemakan kepiting lebih teritorial saat musim kemarau
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Bernard Dupont) Rubah pemakan kepiting cenderung noktural tapi juga aktif saat fajar. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dalam sarang digali oleh hewan lainnya. Spesies ini menjelajah bersama pasangannya tapi berburu sendirian. Wilayah jelajahnya kisaran 0.6 hingga 0.9 kilometer persegi.
Di musim kemarau, rubah pemakan kepiting cenderung lebih teritorial dibandingkan musim hujan. Walaupun begitu, wilayah mereka terkadang tumpang tindih juga.
4. Rubah pemakan kepiting berbagi habitat yang sama dengan rubah pampas
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Bernard Dupont) Rrubah pemakan kepiting sepertinya bisa menoleransi keberadaan hewan lain di wilayahnya sebab mereka tidak teritorial. Melansir A-Z Animals, mereka berbagai habitat yang sama dengan rubah pampas dengan membagi jam untuk bergantian setiap harinya. Rubah pampas lebih aktif di tengah malam dan 4:00 pagi dan juga saat siang hari.
5. Rubah pemakan kepiting setia pada pasangannya
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Bernard Dupont) Sistem perkawinan rubah pemakan kepiting adalah monogami. Mereka biasanya berkembang biak sebanyak dua kali dalam setahun dengan jeda 7-8 bulan. Puncak melahirkan terjadi di bulan Januari, Februari dan terkadang Maret. Kemudian itu terjadi lagi di bulan September hingga Oktober.
Masa kehamilan betina berlangsung selama 52-59 hari dan melahirkan 2-6 bayi rubah. Mereka lahir tidak berdaya dan tanpa gigi, butuh waktu 14 hari untuk matanya terbuka. Rubah pemakan kepiting mulai mencerna makanan padat di usia 30 hari dan mencapai dewasa reproduktif saat usia 9 bulan.
6. Populasi rubah pemakan kepiting terancam infeksi patogen dari anjing
Rubah pemakan kepiting (commons.m.wikimedia.org/Bernard Dupont) Ancaman utama dari rubah pemakan kepiting adalah infeksi patogen dari anjing. Mereka mencari makan di tempat pembuangan sampah manusia bersama anjing peliharaan yang tidak divaksinasi di perbatasan habitatnya berada. Selain itu, habitatnya berangsur-angsur menyusut akibat aktivitas manusia dan perambahan anjing liar di wilayahnya.
Walaupun tidak ada total populasi pasti rubah pemakan kepiting, mereka saat ini diklasifikasikan sebagai Least Concern oleh IUCN. Populasinya saat ini masih stabil.