TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Unik Beruk Ekor Babi Kepulauan Sunda, Endemik Asia Tenggara!

Beruk ini bisa ditemukan di Sumatra, Borneo, dan Malaysia

Beruk ekor babi kepulauan sunda (inaturalist.org/Chen Zhiyang)

Intinya Sih...

  • Populasi beruk ekor babi kepulauan sunda terus menurun karena kerusakan habitat dan ulah manusia.
  • Upaya konservasi telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi pencinta alam untuk melindungi spesies ini.
  • Beruk ini hidup dalam kelompok dengan hierarki tersendiri, dipimpin oleh betina dominan, dan memiliki peran masing-masing dalam kelompoknya.

Monyet atau beruk jadi primata yang cukup dekat dengan manusia karena sering terlihat di hutan, kebun, ladang, sawah, sampai area pemukiman. Mereka sering bergelantungan di pepohonan bahkan tak jarang merusak tanaman para petani.

Namun walau kerap dianggap hama nyatanya banyak spesies beruk terancam punah dan dilindungi, lho. Salah satunya adalah Macaca nemestrina atau beruk ekor babi kepulauan sunda.

Seperti namanya, primata ini merupakan hewan endemik Asia Tenggara dan hanya bisa ditemukan di wilayah Kepulauan Sunda. Populasinya terus menurun karena kerusakan habitat dan ulah manusia.

Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat hewan ini sudah mulai sulit ditemukan di alam liar. Ia juga punya banyak keunikan dan salah satu yang paling terlihat adalah ekor pendeknya menyerupai ekor babi. Namun tak hanya itu, primata ini juga punya keunikan lain yang akan segera kita bahas.

1. Berstatus sebagai hewan terancam atau endangered

Melansir IUCN Red List beruk ekor babi kepulauan Sunda dikategorikan sebagai hewan yang terancam atau endangered. Populasinya terus menurun dan hal ini diakibatkan oleh beberapa hal, seperti kerusakan habitat, deforestasi hutan, perburuan liar, kehadiran hewan invasif, adanya penyakit menular, sampai konflik dengan manusia.

Jika terus dibiarkan bukan tidak mungkin kalau primata ini bisa punah di masa mendatang. Untungnya, upaya konservasi sudah dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari pemerintah dan berbagai organisasi pencinta alam.

Upaya yang dilakukan juga beragam, seperti melakukan monitoring di alam, memberikan sanksi tegas kepada pemburu, mengedukasi masyarakat, sampai membuat suaka margasatwa bagi hewan ini. Namun semua upaya tersebut tidak akan berjalan maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat lokal. Karenanya masyarakat juga harus mendukung dan mensupport upaya konservasi yang ada.

2. Kerap ditemukan memanjat pohon-pohon tinggi

Dilansir Thai National Parks, secara umum monyet ini termasuk hewan terestrial kerap beraktivitas di daratan. Namun dalam banyak kesempatan ia juga terlihat memanjat pepohonan tinggi.

Bahkan ia juga termasuk pemanjang ulung karena bisa bergerak dengan lincah dan cepat di lebatnya pepohonan. Kemampuan memanjat ini didukung oleh beberapa hal, seperti ototnya yang kuat, tangannya yang panjang, gerakannya yang cepat, dan kakinya yang didesain untuk mencengkeram ranting pohon.

Selain memanjat, ia juga termasuk perenang cukup baik. Kemampuan berenang ini sering digunakan untuk kabur dari predator.

Dengan semua keahlian yang dimiliki monyet berwarna cokelat ini punya kehidupan sangat fleksibel. Dalam satu waktu ia bisa mencari buah-buahan di atas pohon. Di kesempatan lain ia juga terlihat mengorek lubang di tanah untuk mencari serangga. Bahkan hewan ini juga tak jarang terlihat berenang di sungai yang tenang.

Baca Juga: 5 Alasan Hidung Kucing Selalu Basah dan Dingin

3. Punya ekor pendek menyerupai ekor babi

Penamaan ekor babi yang dimiliki hewan ini bukanlah sesuatu yang entah datang darimana. Justru penamaan beruk ekor babi merujuk pada ekornya yang pendek dan melengkung yang mana mirip dengan ekor babi.

Hal ini cukup unik mengingat kerabat-kerabatnya seperti Macaca fascicularis atau beruk ekor panjang punya ekor panjang dan berguna untuk mencengkeram ranting pohon saat memanjat. Namun selain ekornya yang unik sebenarnya beruk ini tak jauh berbeda dari beruk lain.

Badannya dipenuhi rambut berwarna gelap seperti abu-abu, cokelat, hitam dan putih. Ototnya cukup besar yang membuat primata ini punya tubuh yang kuat.

Kepalanya membulat dengan mata menghadap ke depan yang membuat hewan ini punya penglihatan binokular. Jika berbicara ukuran monyet ini terbilang tidak terlalu besar dengan bobot yang berkisar antara 4 sampai 14 kg.

4. Hidup berkelompok dipimpin seekor betina dominan

Seperti kebanyakan primata, beruk ekor babi kepulauan Sunda hidup dalam kelompok terdiri dari 15 sampai 40 individu. Saat malam menjelang beruk ini akan berkumpul dalam upaya melindungi diri dari serangan predator.

Barulah saat pagi menjelang mereka akan berpencar dan membentuk kelompok kecil untuk mencari makan secara mandiri dilansir dari iNaturalist. Kelompok ini juga punya hierarkinya sendiri dan di hierarki ini tiap individu punya peran dan kedudukannya masing-masing.

Hierarki yang ada dibagi menjadi dua, yaitu hierarki jantan berdasarkan kekuatan dan hierarki betina berdasarkan keturunan. Kelompok beruk ini dipimpin oleh seekor betina dominan yang mana jika betina tersebut melahirkan beruk betina maka anaknya tersebut langsung berkedudukan di atas betina lain di kelompok.

Karena dipimpin oleh individu betina maka individu jantan punya peran lain. Dalam hal ini individu jantan terkuat lebih berperan sebagai pelerai konflik dan pelindung kelompok dari ancaman dan serangan predator.

5. Mampu tinggal di daerah ketinggiannya mencapai 2,000 meter di atas permukaan laut

Dilansir New England Primate Conservacy, beruk ini hanya ditemukan di empat negara, yaitu Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Brunei. Populasinya mencakup Pulau Kalimantan, Sumatra, dan Semenanjung Malaya.

Habitatnya mencakup hutan, rawa, pegunungan, perbukitan, dan kebun. Umumnya primata ini lebih suka hidup di dataran rendah walau ia juga bisa hidup di dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 2,000 meter di atas permukaan laut. Daerah hangat dengan temperatur sekitar 18 sampai 30 derajat Celcius juga jadi tempat kesukaannya.

Primata seperti beruk ekor babi kepulauan sunda sering dipandang sebelah mata karena banyak orang yang menganggapnya sebagai hama. Alhasil banyak yang memburu dan membunuh hewan ini hingga populasinya menjadi sangat sedikit. Untungnya berbagai upaya konservasi sudah dilakukan untuk memulihkan populasinya. Kita hanya bisa berdoa semoga hewan endemik Asia Tenggara ini tidak musnah dan menjadi kenangan di masa mendatang.

Baca Juga: 7 Fakta Unik Golden Tree Snake, Spesies Ular Terbang Terbesar!

Verified Writer

Arzha Ali Rahmat

Mahasiswa Unnes yang suka ular.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya