Apakah Ada Migrasi BPA dari Galon ke Air Saat Distribusi?

- Isu migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon polikarbonat ke air minum terus bergulir
- Pakar polimer menyatakan bahwa BPA hanya bermigrasi ke air minum saat suhu di atas 70 derajat celcius
- BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, perangkat otomotif, dan kemasan makanan
Isu migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon polikarbonat (PC) ke air minum terus bergulir. Contohnya, berkenaan potensi migrasi BPA terjadi saat galon masih didistribusikan dengan truk terbuka.
1. Dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 70 derajat Celcius untuk bisa membuat BPA bermigrasi ke air minum

Menurut pakar polimer, dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 70 derajat Celcius untuk bisa membuat BPA bermigrasi ke air minum. Galon guna ulang berbahan PC memang didesain untuk tahan panas dan benturan. Hal ini juga dipertegas oleh praktisi kesehatan masyarakat dokter Ngabila Salama.
"Pokoknya di atas 70 derajat baru bisa terjadi migrasi. Seperti air mendidih itu sudah pasti di atas 70 derajat, jadi kira-kira seperti itu. Artinya kalau nggak mendidih ya masih bisa dikonsumsi," kata Dokter Ngabila Salama belum lama ini.
Staf teknis komunikasi transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan (kemenkes) ini menjelaskan, galon polikarbonat memiliki ketahanan suhu hingga 70 derajat Celcius sebelum zat kimia pembentuk plastik larut ke dalam air. Dia melanjutkan, apabila suhu panas masih di bawah itu maka cemaran BPA tidak akan terjadi.
Artinya, air minum dalam galon polikarbonat masih aman untuk dikonsumsi dan tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan apapun. Praktisi kesehatan dari RSUD Tamansari Jakarta Barat ini juga meminta masyarakat jangan khawatir dan tidak termakan isu yang tidak jelas.
2. Pemerintah belum menemukan migrasi BPA dari galon ke air minum

Mantan kepala seksi surveilans epidemiologi dan imunisasi di Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini menyatakan, hingga kini pemerintah belum menemukan migrasi BPA dari galon ke air minum. Dia melanjutkan, saat ini BPOM juga telah menetapkan ambang batas BPA sebesar 0,06 bpj.
"Berarti kita masih aman. Tetapi ya waspada tetap perlu karena kita nggak tahu migrasi itu terjadi berapa banyak karena BPA tidak hanya ada di dalam galon," katanya dalam keterangan resmi, Senin (4/11/2024).
Ngabila mengatakan, BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, peralatan listrik, perangkat otomotif, peralatan makanan, perangkat medis, peralatan olahraga, kemasan makanan, disket, CD, kertas print dan lain-lain. Artinya, BPA banyak ditemukan dalam barang-barang sehari-hari.
"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," katanya.
3. Mengonsumsi air dari kemasan galon polikarbonat tidak akan berdampak negatif terhadap kesehatan

Hal senada juga disampaikan Dokter gizi klinis Karin Wiradarma M.Gizi, SpGK. Dia menyatakan, mengonsumsi air dari kemasan galon polikarbonat tidak akan berdampak negatif terhadap kesehatan.
Hal tersebut dia tekankan menyusul isu miring terkait bahaya meminum air dari galon guna ulang karena terpapar BPA. Sebabnya, masyarakat diminta tidak perlu khawatir apalagi takut untuk air minum dari galon polikarbonat.
"BPA kalau berdiri sendiri itu berbahaya, tapi kalau sudah dijadikan plastik itu aman karena sudah melalui serangkaian proses sehingga dia lebih stabil," kata Dokter Karin Wiradarma dalam sebuah podcast di media sosial.
4. Isu miring perlu diluruskan dan dihentikan agar tidak meresahkan

Dia menegaskan, meminum air dari kemasan galon guna ulang masih sangat aman untuk diminum. Kalaupun ada BPA yang masuk ke dalam tubuh maka 90 persen itu akan dinetralisir oleh hati dan diubah menjadi bahan tidak aktif dan tidak berbahaya untuk selanjutnya dikeluarkan melalui urine atau feses.
"Nah sisa 10 persen yang aktif di badan itu masih dalam kadar dan ambang batas aman menurut penelitian," katanya.
Dia juga menyayangkan keberadaan isu bias di multiplatform media yang menyudutkan penggunaan BPA sebagai kemasan galon. Menurutnya, isu miring tersebut perlu diluruskan dan dihentikan agar tidak meresahkan dan membuat gaduh masyarakat.