Cerita Renti Oktaria Sulap Rumah Kosong 11 Tahun jadi Ruang Baca Unik

Bandar Lampung, IDN Times - Baca buku jadi aktivitas menyenangkan kalau kita sudah terbiasa tenggelam di antara buku-buku. Tapi, membaca bakal terasa menjenuhkan jika mata kita tak terbiasa melihat kata demi kata tertulis dalam buku tersebut.
Jika kamu mudah jenuh dan belum terbiasa dengan buku bacaan, jangan nyerah dulu ya. Karena masih banyak cara lho buat menemukan buku kamu sukai dan bikin kamu jatuh cinta.
Apalagi sekarang ada perpustakaan unik baru buka di pinggiran Kota Bandar Lampung. Adalah Baca di Bataranila. Sesuai namanya, tempat ini memang berlokasi di Bataranila tepatnya di Jalan Teratai Nomor 574 Hajimena, Lampung Selatan.
Sekilas memang bangunannya terlihat seperti rumah pada umumnya. Tapi saat menginjakkan kaki di depan pintu, mata kamu langsung disuguhkan dengan deretan buku tersusun rapi di antara rak buku dengan konsep vintage berwarna coklat.
Menariknya, selain perpusatakaan, tempat ini juga menawarkan beragam kegiatan bakal menambah wawasan, atau sekadar nongkrong menikmati udara segar dan sunset di sore hari juga seru abis lho. Berikut IDN Times rangkum cerita pemilik Cafe Perpustakaan Baca di Bataranila mendirikan ruang berkarya untuk anak muda di Lampung. Keep scrolling!
1. Ubah rumah pribadi jadi perpustakaan umum

Renti Oktaria tak pernah menyangka akan mengelola xafe dan perpustakaan terbuka untuk umum di rumah pribadinya. Awalnya, ia bersama suaminya, Purwanto, merenovasi rumah kosong sudah 11 tahun itu untuk tempat tinggal pribadi sekaligus perpustakaan keluarga. Sejak awal, pasangan memiliki dua anak ini memang memiliki ribuan koleksi buku. Sehingga untuk mengarsipkannya, mereka membuat ruang perpustakaan khusus.
Namun seiring berjalannya waktu, teman dan kerabat dekat berkunjung merasa nyaman dengan konsep desain minimalis, rapi dan unik. Setiap detail sudutnya bisa dinikmati dan sangat instagramable.
“Konsep vintage ini ide suami saya semua, emang kita pengin buat perpustakaan keluarga dan ruang diskusi aja bareng temen-temen. Terus banyak yang nanya kenapa gak dibuka buat umum aja. Katanya desain rumah kami unik. Dari situ saya dan suami diskusi akhirnya sepakat dibuka untuk umum dan kami tambahkan kafe juga,” cerita Renti saat IDN Times berkunjung ke Baca di Bataranila, Senin (14/8/2023).
2. Tak hanya baca tapi ada beragam program kegiatan

Sudah dua bulan perpustakaan tersebut dibuka untuk umum, Renti menceritakan ada banyak kegiatan digelar bahkan beragam program sudah dijalankan.
Sehingga, cafe tersebut tak hanya sebagai tempat baca buku tapi ada banyak aktivitas bisa dilakukan anak muda untuk berkarya. Program-program tersebut di antaranya, klinik menulis, ngopila (ngobrol asik di Bataranila), bedah buku, pengabdian masyarakat, review buku, magang dan terbaru akhir Agustus nanti akan launching Bataranila Institut.
“Semua program itu segementasi kita untuk anak muda. Mereka datang gak datang itu urusan nanti. Kita lagi berusaha mengembangkan. Tapi yang jelas topik kita angkat itu sangat related banget sama anak muda. Kecuali Bataranila Institut, segmen untuk para akademisi yang akan mempresentasikan hasil penelitiannya sudah dipublis,” kata dosen PG Paud Universitas Lampung itu.
Renti menjelaskan, program klinik menulis sangat cocok diikuti oleh mahasiswa sedang skripsi dan bingung dalam mengolah data. Selain itu, dalam waktu dekat pihaknya juga akan kolaborasi dengan komunitas homeschooling untuk memberikan pelatihan menulis bagi anak-anak SMP dan SMA. Sedangkan program Ngopila adalah ngobrol santai terbuka untuk umum setiap Sabtu sore pukul 16.00.
“Kita punya tagline, kami siap menemani skripsianmu, tugasmu dan senjamu. Kenapa senja, karena kita juga punya spot di lantai dua bisa menikmati senja setiap jam 5 sore,” tutur Renti.
3. Buat pengunjung nyaman tenggelam di antara buku

Awalnya Renti tak percaya diri membuka perpustakaan pribadi untuk umum, karena melihat minat baca anak muda di Lampung cukup rendah, sehingga khawatir tak akan menarik pengunjung. Apalagi, sebagai tempat baca umumnya memang harus sunyi dan tertutup agar fokus membaca tak terganggu. Sedangkan perpustakaan di rumahnya memiliki konsep bebas seperti bisa memainkan alat musik tersedia dan ada cafe menyediakan aneka kudapan.
“Saya baru paham, kalau teman-teman muda yang datang kesini itu tujuan utamanya belum tentu langsung membaca. Oh, mereka datang kesini pengin menikmati suasananya, kenalan dengan vibes di antara buku. Itu saya lihat hampir semua pengunjung awalnya cuma kaya liat-liat terus cari spot dia nyaman, tapi lama-lama tarik satu buku. Terus mungkin cuma buat konten di medsos tapi lama-lama mulai nanya ada buku tentang ini gak gitu,” ceritanya.
Namun, meski pengunjung diperbolehkan menggunakan fasilitas seperti sepeda dan gitar koleksi suaminya tersebut, tetap ada aturan harus diikuti. Yakni mengembalikan sepeda ke tempat semula setelah dipakai serta menanyakan ke pengunjung lain apakah nyaman jika memainkan alat musik.
“Saya selalu ingatkan ke staf di sini agar yang main gitar itu memang bisa nyanyi dan mainnya. Jadi gak cuma asal genjreng aja. Syukur-syukur bisa lima lagu nanti kita gratisin makanan,” ujarnya.
4. Dedikasikan rumah untuk perpustakaan dan ruang berkarya

Renti meyakinkan, rumah tersebut sudah didedikasikan untuk perpustakaan dan ruang berkarya. Ke depan ia dan suami juga berencana memfasilitasi anak-anak muda membuat konten YouTube. Sehingga, siapa saja memiliki ide untuk menuangkan karya bisa menggunakan fasilitas di perpustakaan tersebut, dengan syarat tetap mengikuti aturan ditetapkan dan karyanya tidak menyinggung pihak mana pun.
“Tempat ini seutuhnya buat perpustakaan, cafe, nongkrong dan berkarya. Kita kasih fasilitasnya, mereka yang berkarya. Walaupun sempet syok karena lumayan banyak mengeluarkan uang buat renovasi, tapi suami saya bilang siapa tahu tamu yang datang menikmati seninya dan suka baca di sini, jadi kita dapat kebahagiaannya,” ucapnya.
Di perpustakaan tersebut ada banyak genre buku sesuai dengan kebutuhan kamu, seperti pendidikan, kesenian, ilmu murni, kamus, novel remaja, komik hingga buku anak-anak tersedia lho. Hanya saja, unuk saat ini masih belum tersusun semua di rak pajangan. Selain itu ke depan juga bakal diterapkan konsep meminjam buku seperti di perpustakaan pada umumnya.