Ini Prediksi dan Antisipasi Inflasi Semester II 2023 Lampung ala BI
Terdapat beberapa risiko perlu dimitigasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung memerkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung akan mulai memasuki rentang sasaran inflasi 3±1 persen year on year (yoy) pada Semester II tahun 2023.
Merujuk hal itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiyono memaparkan, terdapat beberapa risiko perlu dimitigasi, antara lain dari Inflasi Inti berupa ekspektasi inflasi overshoot; dampak tunda 2nd round impact kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi inti dan permintaan terakselerasi seiring dengan kenaikan UMP tahun 2023
"Juga ada risiko daya beli masyarakat terpantau cukup rendah, berpotensi menyebabkan inflasi inti pada tingkat yang rendah dan tidak menguntungkan bagi pelaku usaha," urainya, Jumat (16/6/2023).
Baca Juga: Beasiswa Penuh UIN RIL dari Kemenag, Terbuka untuk Semua Agama
1. Inflasi volatile food risiko perlu dimitagasi
Budiyono juga menyebut, dari sisi Inflasi Volatile Food (VF) ada juga risiko perlu dimitigasi guna mengendalikan inflasi. Misalnya, risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam Juni–Juli 2023.
Faktor lainnya berupa risiko kenaikan harga minyak didorong tertahannya harga CPO dunia seiring implementasi B35 di Indonesia dan pengetatan ekspor komoditas CPO dan produk turunannya ke Uni Eropa (UE) sejak berlakunya Undang-Undang Deforestasi UE. Kondisi lainnya terkait VF adalah penyalahgunaan subsidi MinyakKita, dan pendistribusian beras di Lampung tidak merata akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa yang perlu dimitigasi dengan penguatan penetapan HET beras.
Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Prices (AP) perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu kembali meningkatnya harga energi pada musim dingin akibat peningkatan permintaan global. Selain itu, tingginya ketidakpastian supply energi Rusia dan perkembangan diversifikasi energi Uni Eropa.
Baca Juga: Mei 2023 Lampung Alami Deflasi, Bank Indonesia Sebut Nama Maskapai