TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cukai Rokok Naik dan Cuaca Buruk Picu Inflasi Januari 0,82 Persen

Inflasi itu lebih tinggi dibandingkan periode Desember 2022

ilustrasi hujan-hujan (Pixabay.com/Sasint)

Bandar Lampung, IDN Times - Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung Januari 2023 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,82 persen. Inflasi itu lebih tinggi dibandingkan periode Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 0,62 persen (mtm) dan rata-rata inflasi bulan Januari pada tiga tahun terakhir tercatat inflasi sebesar 0,66% (mtm).

Tingkat inflasi IHK tersebut lebih tinggi dari IHK nasional mengalami inflasi sebesar 0,34 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi gabungan kota di Provinsi Lampung Januari 2023 tercatat sebesar 5,95 persen (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 5,28 persen (yoy).

Baca Juga: Cara PLN Perkaya Kapasitas dan Kapabilitas UMKM Lampung

1. Tarif cukai rokok naik berimbas naiknya harga rokok kretek

ilustrasi cukai rokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Tony Noor Tjahjono, menjelaskan, dilihat dari sumbernya, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Lampung Januari 2023 didorong kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti: rokok kretek filter, cabai merah, cabai rawit, beras, dan bawang merah. Andil masing-masing sebesar 0,174 persen; 0,145 persen; 0,106 persen; 0,089 persen; dan 0,071 persen.

"Kenaikan harga komoditas rokok kretek filter disebabkan kenaikan tarif cukai rokok sebesar 10 persen diterapkan 2023. Selanjutnya dari sisi komoditas pangan, peningkatan harga aneka cabai dan bawang merah disebabkan penurunan pasokan dari Jawa Barat dan Jawa Tengah," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (1/2/2023).

Namun demikian, kenaikan tersebut tidak setinggi tren historisnya didukung oleh produksi aneka cabai Lampung Utara dan Lampung Barat relatif terjaga. Sedangkan kenaikan harga beras disebabkan penurunan cadangan pasokan akibat meningkatnya permintaan di tengah periode tanam. Selain itu, tiga kecamatan sentra padi di Lampung Tengah berisiko gagal panen akibat banjir.

2. Inflasi Januari 2023 tertahan deflasi kelompok ini

Ilustrasi pengisian BBM di SPBU. (Dok. Pertamina Patra Niaga Sumbagsel).

Tony mengatakan, inflasi lebih tinggi periode Januari 2023 tertahan oleh deflasi pada sebagian komoditas. Di antaranya bensin, telur ayam ras, angkutan udara, daging ayam ras, dan tomat.

Andil masing-masing komoditas itu sebesar -0,083 persen; -0,049 persen; -0,044 persen; -0,024 persen; dan -0,016 persen. Penurunan harga komoditas bensin disebabkan penurunan harga BBM nonsubsidi pada 3 Januari 2023 yakni Pertamax dan Pertamax Turbo.

Selanjutnya penurunan harga Avtur dan normalisasi permintaan travelling pasca Natal dan Tahun Baru juga menyebabkan deflasi tarif angkutan udara. Dari sisi komoditas pangan, harga telur ayam ras dan daging ayam ras tercatat menurun sejalan dengan normalisasi permintaan dan harga pakan semakin terjangkau.

"Itu seiring dengan masuknya periode panen jagung. Adapun penurunan harga tomat disebabkan oleh masuknya periode panen pada awal Januari 2023," papar Tony

3. BI ingatkan risiko perlu dimitigasi kendalikan inflasi

pixabay.com/kaboompics

Menurut Tony, ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi IHK gabungan  dua kota di Provinsi Lampung akan mulai memasuki rentang sasaran inflasi 3+1% (yoy) 2023 ini. Untuk itu, terdapat beberapa risiko perlu dimitigasi, antara lain dari risiko kelompok inti, overshooting ekspektasi inflasi masyarakat, second round impact kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi inti, dan permintaan yang terakselerasi seiring dengan kenaikan UMP 2023.

Ada juga risiko kelompok Administered Price, yakni kembali meningkatnya harga energi menjelang musim dingin akibat peningkatan permintaan global, kebijakan kenaikan tarif cukai rokok 2023 yang berpotensi mendorong percepatan kenaikan harga rokok. Selain itu, tingginya ketidakpastian supply energi Rusia dan perkembangan diversifikasi energi UE.

Ada juga risiko kelompok Volatile Food di antaranya, risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam Januari-Februari 2023; Juni-Juli 2023; dan November Desember 2023. Risiko lainnya berupa, kembali meningkatnya harga komoditas hortikultura, beras, daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan gula pasir (vo/afi/e food nine; VF-

"Periode Idul Fitri 1444 Hijriah juga ada risiko, dan risiko kenaikan harga komoditas minyak yang didorong oleh kecenderungan meningkatnya harga CPO dunia. Itu seiring dengan implementasi B35 di Indonesia dan penpetatan impor EU yang berkaitan dengan isu lingkungan," urai Tony.

Baca Juga: Perdana 2023! Lampung Ekspor Biji Lada Hitam 100 Ton ke Tiongkok

Berita Terkini Lainnya