Akademisi Unila Usulkan Fasilitas Ruang Merokok, Ini Alasannya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi di Bandar Lampung sejak 2016 hingga 2020 relatif sangat baik. Hal itu berdasarkan pemaparan Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila) Nai Robi.
Namun pada 2020 setelah pandemik COVID-19 mewabah, pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.
"Selama ini pemerintah sudah melakukan kebijakan rem dan gas tapi tidak efektif. Kondisi ini bisa kita jadikan konsolidasi. Kita bisa lihat mana yang bisa kita gedor lagi kita naikkan lagi," kata pria yang menjabat sebagai Dekan FEB itu.
1. Pemda perlu menggaet investor luar negeri
Nai Robi mengatakan, salah satu penyebab investasi di Bandar Lampung mengalami penurunan yang siginifikan adalah menurunnya penanaman modal asing di sektor jasa. Sehingga menurutnya, tugas wali kota Bandar Lampung saat ini kemungkinan cukup berat.
"Bagaimana untuk mengajak kawan-kawan di luar negeri ini untuk mau menanamkan investasinya di kota ini. Tentu saja salah satu investasi yang perlu kita kejar adalah wisata," paparnya.
Salah satu negara yang bisa ditarik sebagai investor pariwisata menurut Nai Robi adalah Arab Saudi yang masih memiliki kelebihan devisa.
2. Konsumsi rokok menunjukkan konsumsi yang tidak produktif
Nai Robi mengatakan konsumsi juga menjadi bagian dari pendapatan. Namun konsumsi yang cukup miris adalah konsumsi rokok. Menurutnya, pada 2020 rata-rata konsumsi rokok pada 40 persen penduduk di Bandar Lampung berpendapatan rendah sebesar Rp55.404 ribu.
"Artinya menunjukkan konsumsi yang tidak produktif. Justru membuat tingkat kesehatan turun," kata Nai Robi.
Sehingga pihaknya menyarankan untuk mengendalikan konsumsi rokok. Sebab, itu bisa menurunkan tingkat kehidupan.
"Kalau kita lihat di Jakarta sudah ada tempat-tempat khusus bagi perokok. Nah saya pikir di Bandar Lampung sudah secepatnya dilakukan bahwa merokok itu memang dibatasi," paparnya.
3. Delapan persen penghasilan masyarakat dibelikan rokok
Menurutnya, tidak ada edukasi yang efektif dan halangan membuat masyarakat dapat dengan bebas mengonsumsi rokok yang notabenenya dapat merusak kesehatan bagi mereka yang menghisapnya. Hanya berupa imbauan yang ada disetiap bungkus rokok yang tidak membuat konsumsi rokok berkurang.
"Saya hitung-hitung sekitar delapan persen penghasilan masyarakat dibelikannya rokok. Ini kan sayang delapan persen dibelikan rokok coba dibelikan kebutuhan lain yang lebih bermanfaat," terangnya.
4. Membuat fasilitas khusus di ruang publik
Lebih lanjut Nai Robi menyampaikan agar pemerintah bisa membuat fasilitas khusus perokok di ruang publik atau perkantoran.
"Dengan membuat ruang khusus, si perokok harus mengonsumsinya di ruangan yang sudah disediakan tidak boleh di tempat umum sehingga diharapkan konsumsi rokok dapat berkurang," tuturnya.
Menurutnya, kebijakan tersebut bukan untuk melarang merokok. Pihaknya tak menampik untuk merubah kebiasaan tersebut tidak mudah. Harus secara masif dan kesadaran individu.
5. Eva Dwiana akan koordinasikan soal ruang merokok
Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana mengatakan, ruang khusus perokok di tempat-tempat umum penting, sebab hal tersebut bisa menjaga kesehatan masyarakat.
"Terkait ini nanti kita koordinasikan terlebih dahulu, tapi saya harap ke depan di Bandar Lampung ada tempat seperti itu," bebernya.
Baca Juga: Keren! Unila Kembangkan Mobil Listrik Ramah Lingkungan