TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Joki Skripsi jadi Jalan Pintas Mahasiswa Raih Gelar Sarjana, Ada Apa?

Mahasiswa masih bingung alur pembuatam skripsi

Ilustrasi membuat abstrak skripsi (Pexels.com/Fauxels)

Intinya Sih...

  • Mahasiswa merasa stres karena tekanan menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan
  • Akademisi Universitas Lampung membuat program klinik menulis untuk membantu mahasiswa yang kesulitan menyelesaikan skripsi
  • Maraknya kasus joki skripsi disebabkan oleh permintaan yang tinggi dari mahasiswa, dengan harga mencapai Rp10 ribu per lembar skripsi

Bandar Lampung, IDN Times -Bimbingan skripsi memang menjadi proses melelahkan secara fisik maupun mental. Tak heran jika semester akhir menjadi moment menegangkan bagi mahasiswa karena tuntutan menyelesaikan skripsi menjadi syarat wajib mendapatkan gelar perguruan tinggi atau berujung drop out (DO).

Mirisnya, tak ingin ambil pusing dengan proses pembuatan skripsi, sebagian mahasiswa justru memilih jalan pintas menggunakan jasa joki skripsi yang kini menjadi praktik 'biasa' di lingkungan kampus.

Menurut akademisi Universitas Lampung, Renti Oktaria, kesiapan mental memang menjadi pondasi awal mahasiswa sebelum bertempur dengan skripsi.

"Baru sekali bimbingan nungguin dosen rapat lama, langsung ngilang setahun atau ya udah lah cari joki aja, ya kacau. Tapi kalau sudah siap membangun mental itu dari awal, gak akan cari perjokian," kata dosen metodologi penelitian itu kepada IDN Times, Sabtu (3/8/2024).

Baca Juga: Kampoeng Vietnam Bandar Lampung, Banyak Spot Estetik

1. Buat program klinik menulis bantu mahasiswa kehilangan motivasi selesaikan skripsi

Program klinik menulis di Perpustakaan Baca di Bataranila (instagram/bacadibataranila)

Sebagai akademisi sekaligus owner Perpustakaan Baca di Bataranila, Renti tergerak membuat program klinik menulis bagi mahasiswa kesulitan menyelesaikan skripsinya.

Untuk menghindari praktik joki, sejak awal Renti menegaskan tak ada sistem terima beres dalam proses coaching dan tak dipungut biaya. Namun, dalam prosesnya ia hanya menanyakan bagian tidak dipahami mahasiswa dan membantu mencarikan referensi.

"Program klinik menulis itu berawal dari banyaknya anak muda minta di motivasi biar semangat lagi, katanya mereka lagi semester akhir dan lagi stuck nulis skripsi," ujarnya.

2. Berikan coaching skripsi pada pengunjung perpustakaan

Program klinik menulis di Perpustakaan Baca di Bataranila (instagram/bacadibataranila)

Awalnya Renti ingin menjalankan program klinik menulis secara rutin tiap bulan sampai para mahasiswa berhasil menyelesaikan skripsi. Namun, karena ia memiliki kesibukan lain, program tersebut hanya berlangsung 2 bulan selama dibuka pada 2023 lalu.

Namun, hal itu tak menghentikan antusias Renti membantu para mahasiswa yang datang ke perpustakaan pribadinya. Di sela kesibukannya, Renti tetap menghampiri para pengujung perpustakaan dan menanyakan kesulitan dialami dalam proses menulis skripsi.

"Kalau dibilang rutin gak juga, karena di tahun 2024 ini siapa pun pengunjung yang datang, kalau pas saya ada pasti saya samperin. Setelah kenalan dan mereka nanya-nanya atau minta dibimbing, saya coaching sekitar satu sampai jam. Jadi setiap pengunjung itu punya fasilitas yang sama. Karena ownernya akademisi jadi pasti di bantu," terangnya.

3. Persoalan kerap dihadapi mahasiswa saat menulis skripsi

Menurut Renti, persoalan kerap dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi adalah bingung dengan alur skripsi mulai dari Bab 1 sampai 4, serta kesulitan mencari referensi. Padahal, teori diajarkan dalam membuat skripsi di seluruh dunia sama saja. Ia mencontohkan, dalam membuat pendahuluan paati membahas topik atau permasalahan yang akan diangkat.

"Hampir saya perhatikan, peneliti kadang gak tahu pakai rumus mana untuk metode penelitiannya, itu karena kurangnya literasi membaca. Kalau aja mau meluangkan membaca pasti tau alurnya," terangnya.

Renti menilai, persoalan skripsi memang cukup rumit. Selain kesulitan mencari bahan referensi, terkadang mahasiswa juga tidak menemukan teman yang tepat untuk diskusi atau canggung untuk bertanya ke dosen pembimbing.

"Kadang mahasiswa kurang nyaman komunikasi dengan pembimbing itu memang tidak bisa dipungkiri. Tapi bisa diatasi kalau mahasiswanya struggle juga," ujarnya.

4. Kebijakan tugas akhir tak harus skripsi belum ada aturan jelas di kampus

Selain itu, ia juga menyayangkan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) terkait tugas akhir mahasiswa tak harus berbentuk skripsi, belum memiliki aturan jelas di kampus.

"Walaupun menteri kita bilang skripsi gak wajib dan ada pilihan lain, tapi problemnya belum semua kampus membuat kebijakan turunannya jadi itu cuma idenya menteri aja. Sampai hari ini, semua mahasiswa dipaksa menjadi penulis skripsi," ujarnya.

Renti menambahkan, maraknya kasus joki karena memang ada mahasiswa yang mencari dan memakai jasa tersebut. Menurutnya, jika saja mahasiswa tak menggunakan jasa tersebut tentu tak akan ada lagi penyedia jasa joki.

5. Tertarik buka jasa joki skripsi karena ramai peminat

RL salah satu penyedia jasa joki di Lampung mengaku membuka jasa tersebut lantaran ramai permintaan jasa joki skripsi di media sosial X. Awalnya ia hanya menjual wording di akun X pribadinya. Namun, kian hari peminatnya semakin sepi. Lalu ia mencoba buka jasa mengerjakan tugas atau proposal kegiatan, ternyata ada banyak peminatnya.

"Akhir 2023 sekitar November itu makin rame yang nyari joki skripsi. Dari situ aku mulai tertarik buat pindah haluan dari jualan wording ke joki skripsi karena makin banyak yang nyari jasanya," ceritanya.

RL mematok harga Rp10 ribu per lembar skripsi. Biasanya harga satu proposal judul senilai Rp1,5 juta. Itu belum termasuk bimbingan jika mahasiswa tersebut minta dibimbing atau dijelaskan. Kemudian akan dikenakam biaya lagi jika harus melakukan revisi sesuai anjuran dosen pembimbing.

Berita Terkini Lainnya