Alasan Unila Disebut Kampus Terbaik di Indonesia bagi Mahasiswa Asing

Selain itu, program beasiswa kampus di Unila juga dinilai sangat baik. Mengingat Beasiswa Mahasiswa Asing Unila (BMAU) tersebut mengcover hampir semua biaya mulai dari uang kuliah, living allowance (biaya hidup) sebesar Rp2,5 juta per bulan, diberikan tempat tinggal, visa dan asuransi kesehatan.

“Menurut saya itu sangat bagus. Soalnya tidak ada beasiswa di Indonesia (untuk mahasiswa asing khususnya Palestina) yang mengcover biaya seperti di Unila. Teman saya ada yang hanya uang kuliah saja, macam-macam tapi tak ada yang sebagus di sini,” ujarnya.

Yahia mengatakan, ini merupakan tahun kelimanya di Unila. Dikarenakan dirinya juga mengenyam pendidikan sarjana atau S1 juga di Universitas Lampung dengan beasiswa sama.

Selain itu, Yahia juga mengatakan tak sulit untuk menghubungi dosen bidang pelayanan mahasiswa asing di kampus tersebut. Para dosen dan mahasiswa lokal juga sangat ramah kepada mahasiswa asing.

“Saya benar-benar banyak bertemu dengan orang baik. Mereka baik sekali. Saya bisa langsung hubungi dosen mahasiswa asing dengan mudah. Beda dengan cerita teman saya di kampus lain yang sulit menghubungi bidang pelayanannya,” ujarnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Kerja sama dan Layanan Internasional (PKLI) Universitas Lampung, Irza Sukmana mengatakan saat ini total ada 27 mahasiswa asing berkuliah di Unila dari berbagai negara.

“Yang dari Palestina ada empat. Dua orang masih belum bisa datang ke sini karena peristiwa di Gaza. Mahasiswa lainnya ada dari Maroko, Sudan, Afganistan, Thailand, Yaman dan Jepang,” jelasnya.

Irza mengatakan, program Beasiswa Mahasiswa Asing Unila tersebut murni menggunakan dana pendapatan Unila sendiri sehingga anggarannya murni dari internai kampus.

“Kalau dari DIKTI itu ada lagi (beasiswanya). Seperti yang sedang kami usulkan ya untuk tahun depan yaitu kerja sama negara berkembang. Nah beasiswa yang ini coverage nya dari DIKTI,” katanya.

Meski begitu, Irza mengaku belum tahu apa saja biaya yang dicover oleh beasiawa ini nantinya. Dikarenakan program ini baru pada tahap visit dan evaluasi dari pihak DIKTI.

“Tanggal 24 November nanti kita akan apply melengkapi syaratnya. Lalu akan ada visit dari sana untuk melihat fasilitas kampus (Unila), wawancara, kalau di accept. Berarti kita akan menjadi salah satu universitas yang jadi partner DIKTI,” tambahnya.

Irza melanjutkan, jika program ini berhasil, maka Unila bisa masuk daftar kampus Indonesia dari DIKTI bisa menerima penyaluran mahasiswa asal negara berkembang.

“Ini kan negara berkembang ya, jadi dilihat dari daftar WHO mana saja negara berkembang di dunia. Semua negara yang masuk syarat itu bisa dapat berkuliah di Unila dengan beasiswa DIKTI tersebut,” ujarnya.