TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Pemuda Lampung Coba Peruntungan Berbisnis Melalui NFT

Geluti NFT sejak September 2021

Karya NFT Dona Prayogo, penjual NFT asal Lampung Tengah. (Instagram/@elevencreativee)

Bandar Lampung, IDN Times - Fenomena keberadaan Non-Fungible Token (NFT) sebagai aset digital ramai dibicarakan publik se-Tanah Air. Itu berkat kemunculan Sultan Gustaf Al Ghozali atau si pemilik akun 'Ghozali Everyday' pada marketplace OpenSea beberapa waktu kebelakang.

Ghozali berhasil mendulang cuan hingga miliaran Rupiahlantaran berhasil menjual karya pribadi berupa swafoto atau selfie wajah. Tak ayal, ulahnya itu kian menarik minat investasi masyarakat Indonesia, tak terkecuali warga Provinsi Lampung dalam urusan bisnis melalui mata uang kripto tersebut.

Di Lampung, meski pelaku NFT tak sebanyak masyarakat tinggal di Pulau Jawa, beberapa pemuda yang akrab dengan dunia internet mulai menjajakan karya melalui jejaring NFT. Seperti dilakukan Dona Prayogo, seorang pemuda 29 tahun asal Kabupaten Lampung Tengah.

Apasih sebenarnya NFT tersebut? Bagaimana cara kerja NFT hingga bisa meraup cuan?

Baca Juga: Simak Evaluasi Perekonomian Provinsi Lampung 2021 hingga Prediksi 2022 

1. NFT umumnya digunakan untuk transaksi jual-beli karya digital

Karya NFT Dona Prayogo, penjual NFT asal Lampung Tengah. (Instagram/@elevencreativee)

Dona menjelaskan, NFT merupakan token digital ditautkan ke sistem besar blockchain. NFT sejatinya tidak jauh berbeda dengan aset mata uang kripto, namun tidak dipertukarkan dan hanya diperjualbelikan. Umumnya, NFT sejauh ini dipergunakan untuk transaksi jual-beli sebuah karya.

Oleh karena itu, ia pun menyebut NFT tak ubahnya seperti sebuah wadah tempat jual-beli karya melalui berbagai platform marketplace khusus. Itu seperti OpenSea, Enevti, Rarible, Artsky, Mintable, hingga SuperRare dan lain-lain.

"NFT ini tempat jual-beli karya macam-macam mulai gambar digital hingga karya seni nyata, tapi ada juga yang menjual benda-benda lain. Dimana transaksinya menggunakan token aset Kripto mirip dengan bitcoin yaitu, Ethereum (ETH)," terang Dona, Jumat (21/1/20220.

Menurutnya keberadaan NFT guna mendukung sekaligus meningkatkan nilai hingga popularitas pada koin Ethereum. "Dulu koin ini harganya sekitar 20 juta, tapi sekarang mencapai 50 jutaan. Maka dari itu, karya-karya ini dijual dengan ETH," sambungnya.

2. Penjual karya melalui NFT harus kedepankan sisi orisinalitas

Karya NFT Dona Prayogo, penjual NFT asal Lampung Tengah. (Instagram/@elevencreativee)

Lebih lanjut Dona pun menjelaskan, untuk mulai bermain dunia NFT para penjual dan calon pembeli karya ataupun barang harus memiliki akun pada platform marketplace terhubung pada sistem NFT.

Namun bila datang sebagai penjual karya pada NFT, ia pun mengingatkan akan pentingnya mengedepankan sisi orisinalitas terhadap suatu produk. Mengingat, beberapa marketplace juga meminta karya original dari si pembuatnya.

"Seperti kasus yang terjadi pada Ghozali, mungkin kita melihatnya sebatas foto selfi tapi bisa dihargai miliar. Itu karena memang idenya yang berbeda dari yang lain dan menjadikan dirinya sebagai karakter dalam karya tersebut, ditambah lagi konsistennya yang sudah berjalan dari 5 tahun lalu," kata dia.

Terkait detail karya bisa diperjualbelikan di NFT, Dona mengungkapkan itu bisa meliput berbagai macam aset digital berupa kartu perdagangan olahraga, musik, foto, video, nama domain, aset dalam game dan lain-lain. "Macamnya banyak tapi usahakan karya itu hasil ciptaan sendiri," sambungnya.

3. Bermain NFT tidak semudah dibayangkan

Karya NFT Dona Prayogo, penjual NFT asal Lampung Tengah. (Instagram/@elevencreativee)

Sama halnya dengan Dona mengaku telah berkecimpung di dunia NFT sejak bulan September 2021 lalu. Ia hadir menyuguhkan desain gambar digital menampilkan karakter hewan monyet lengkap mengenakan pakaian dan aksesori bak manusia.

Namun harus diakui bersaing menjajakan karya di NFT tak semudah yang dibayangkan. Selain itu, tidak semua orang seberuntung Ghozali, yang sukses meraup keuntungan penjualan foto hingga miliaran rupiah.

"Saya sendiri bisa dikatakan belum begitu merasakan keuntungan, sejauh ini saya masih mengandalkan penjualan desain secara konvensional. Kalau untuk pembelian di NFT itu random mulai dari orang biasa sampai kalangan artis," ucapnya.

Meski demikian, ia tetap berbagi pengalaman suatu karya atau aset tersebut memiliki nilai investasi dikemudian hari akan laris manis di pasaran NFT. "Caranya bagaimana kita meyakinkan orang kalau itu bisa laku lagi ke depannya," sambung dia.

Baca Juga: Sempat Hype, Ini Kondisi Taman Bumi Kedaton Milik Eks Gubernur Lampung

Berita Terkini Lainnya