TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BBM Naik, Pengamat Ekonomi Lampung Sebut Ada Salah Kaprah Opini Publik

Pemerintah harusnya sosialisasikan agar masyarakat tak panik

Ilustrasi pengisian BBM di SPBU. (Dok. Pertamina Patra Niaga Sumbagsel).

Bandar Lampung, IDN Times - Kenaikan BBM di Indonesia sebesar 30 persen saat ini sebenarnya hanya berpengaruh sekitar 5 persen saja terhadap kenaikan harga barang. Hal itu disampaikan pengamat ekonomi Lampung, Erwin Octavianto ketika dihubungi IDN Times, Senin (5/9/2022).

Ia mengatakan, selama ini masyarakat memang memiliki persepsi salah terhadap dampak kenaikan harga BBM terhadap harga barang lainnya.

“Pada dasarnya ketika harga BBM naik, tidak serta merta harga barang naiknya juga sama dengan kenaikan BBM itu. Karena lebih ke penyesuaian pembiayaan untuk jasanya saja,” katanya.

Sebut Ada Salah Kaprah Opini Publik

Baca Juga: Harga BBM Naik, Polisi Perketat Pengamanan di SPBU Lampung

1. Kenaikan harga BBM saat ini

IDN Times/ Helmi Shemi

Diketahui pemerintah pusat resmi menaikkan harga BBM, Sabtu (3/5/2022)2022 lalu melalui akun Youtube Sekretariat Presiden. Rincian kenaikan, Pertalite dari harga Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Solar bersubsidi dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Pertamax dari Rp12.500 per liter, menjadi Rp14.500 per liter.

Kenaikan harga BBM mempunyai dampak langsung terhadap sektor transportasi dan distribusi dari berbagai moda. Namun juga dapat berdampak secara tidak langsung terjadap sektor lainnya.

2. Jangan ujug-ujug naikan harga, pemerintah idealnya jelaskan dampak kenaikan BBM pada masyarakat

Pedagang beras di Pasar Tani. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Erwin menjelaskan, mengatakan pemerintah juga sebaiknya melakukan sosialisasi untuk menurunkan persepsi ini kepada masyarakat sebelum memberi pengumuman kenaikan BBM.

“Pemerintah padahal merasa yakin nih kenaikan (BBM) ini tidak parah setelah diterapkan dengan modelnya ya paling naik (harga barang) cuma 500 (rupiah). Tapi keyakinan itu tidak disertai dengan sosialisasi kepada masyarakat. Padahal sampai saat ini, persepsi masyarakat adalah senjata utama naiknya harga,” jelasnya.

Namun menurutnya, pemerintah selalu menyampaikan kenaikan harga BBM tanpa menyampaikan pemahaman terlebih dahulu pada masyarakat. Informasi tentang dampak kenaikan BBM yang bisa ditutup dengan hanya menaikan harga barang sekian persen tak pernah diinformasikan pada masyarakat.

”Kalau plus minusnya diceritakan pada masyarakat, kan mereka jadi tidak perlu khawatir dan langsung menaikan harga barang secara berlebihan. Seharusnya pemerintah menyampaikan itu. Jadi isu yang bergejolak tak lagi ada karena masyarakat lebih paham,” ujar Peneliti Ekonomi CURS atau Pusat Studi Kota dan Daerah Bandar Lampung ini. 

3. Masyarakat cenderung menyamakan kenaikan harga BBM dengan harga barang dagangan

Pasar Tani Kemiling, Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Menurutnya, selama ini masyarakat hanya panik melihat kenaikan harga yang lumayan tinggi. Namun karena ketidaktahuan mereka lantas menaikkan harga dagangannya sesuai dengan kenaikan BBM saat itu.

“Masyarakat liat nih, oh BBM naik 30 persen wah makanan saya juga harus naik 30 persen. kan tidak bisa begitu. Ini key pointnya, pemerintah harusnya lihat hal ini agar inflasi tetap terjaga,” jelasnya.

"Kenaikan moda transportasi memang 30 persen, tapi kan satu mobil bisa menampung banyak. Kalau kenaikan BBM hanya 3.000 (rupiah) per liter, dibagi dengan banyaknya muatan mungkin itu bisa tercover dengan naik 300/200 (rupiah) saja, secara matematisnya," sambungnya.

Kemudian selain melakukan sosialisasi, Erwin menyampaikan pemerintah juga bisa mencegah inflasi dengan cara mengadakan operasi pasar murah dan sejenisnya agar masyarakat tidak terpengaruh dengan harga BBM.

Baca Juga: BBM Naik, Harga Bahan Pangan Pokok di Lampung Ikut Naik

Berita Terkini Lainnya