TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Riset Populix, Pasca Pandemik Tren Belanja Online dan Offline Harmonis

Pascapandemik ada tranformasi unik perilaku belanja konsumen

ilustrasi seseorang melihat komposisi minuman pada kemasan (freepik.com/freepik)

Intinya Sih...

  • Pandemik mempercepat adopsi belanja online, tetapi konsumen Indonesia tetap melakukan belanja offline.
  • Riset Populix menunjukkan tren belanja online dan offline pasca pandemik, dengan aktivitas belanja offline meningkat lebih dari dua kali lipat.
  • Produk fashion dan kecantikan cenderung dibeli secara online, sementara bahan makanan lebih dominan dibeli secara offline.

Berbelanja sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, perdagangan menjadi sektor terbesar kedua memberikan kontribusi sebesar 12,94 persen bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia 2023.

Namun tak bisa dipungkiri, pandemik terjadi beberapa tahun lalu telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan. Meskipun demikian, konsumen Indonesia tetap tidak meninggalkan kebiasaan belanja offline.

1. Ulas tren belanja offline dan online

ilustrasi ibu dan anak berbelanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix berusaha menggali lebih lanjut pola belanja konsumen di Indonesia melalui laporan riset bertajuk “Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline”. Riset ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemik yang turut memengaruhi perilaku belanja konsumen.

Head of Research Populix, Indah Tanip, mengatakan, pasca pandemik, pihaknya menyaksikan transformasi yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meskipun pandemik memicu lonjakan belanja online secara signifikan, temuan Populix menunjukkan belanja offline tetap menjadi pilihan melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemik.

"Riset kami memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline. Mengungkapkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam,“ ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (23/4/2024).

Baca Juga: 10 Spot Belanja Oleh-oleh di Semarang, Wajib Mampir!

2. Perbandingan preferensi belanja sebelum, saat dan sesudah pandemik

https://www.pexels.com/photo/person-using-black-and-white-smartphone-and-holding-blue-card-230544/

Riset Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yaitu sebelum, saat dan setelah terjadinya pandemik. Dikarenakan faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54 persen dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung.

Setelah pandemik berakhir, 49 persen di antaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online. Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemik berakhir mengalami kenaikan hingga lebih dari dua kali lipat.

Hal ini menunjukkan meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline.

3. Faktor utama pendorong belanja online dan offline

ilustrasi berbelanja saat traveling (pexels.com/Loifotos)

Dari kacamata konsumen, kehadiran toko offline dan online tentunya bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam. Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu.

Riset ini menemukan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46 persen) dibeli secara online. Sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34 persen) lebih dominan dibeli secara offline.

Berita Terkini Lainnya