TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pencemaran Udara Diprediksi Terus Meningkat, Ini Kajian Peneliti ITERA

Pemerintah daerah diminta mensubsidi transportasi publik

pexels.com/Pixabay

Bandar Lampung, IDN Times - Peningkatan kualitas udara perkotaan kini menjadi bagian mitigasi perubahan iklim. Salah satu strategi yang diupayakan untuk meningkatkan kualitas udara perkotaan adalah mendorong masyarakat beralih menggunakan fasilitas transportasi umum.

Selain itu pemerintah daerah diminta memberikan mensubsidi bagi moda transportasi publik. Merujuk hal itu, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan kajian tentang peningkatan kualitas udara kota di Indonesia.

Baca Juga: Dosen ITERA Teliti Tanaman Alami Tapak Dara Jadi Obat Antikanker

1. Pemanasan global diprakirakan terus meningkat antara 2030 dan 2052

almnatiq.net

Dosen ITERA Alfian Zurfi, memaparkan strategi dalam mitigasi perubahan iklim di perkotaan. Dari penelitian yang dilakukan, Alfian menyatakan, berdasarkan pernyataan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2018), aktivitas manusia diperkirakan telah menyebabkan sekitar 1,0 ° C pemanasan global di atas tingkat pra-industri.

"Kisaran kemungkinan 0,8 derajat Celcius hingga 1,2 derajat Celcius. Pemanasan global kemungkinan akan mencapai 1,5 derajat antara 2030 dan 2052 jika terus meningkat pada tingkat saat ini," jelasnya, Sabtu (26/6/2021).

Menurutnya, mitigasi perubahan iklim dapat dilakukan membuat inovasi teknologi baru, sumber energi bersih, deforestasi berkurang, metode pertanian berkelanjutan yang lebih baik, dan perubahan perilaku individu dan kolektif.

2. Fenomena pencemaran udara

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Selain itu Dosen Program Studi Teknik Lingkungan ITERA Ahmad Daudsyah Imami, menyampaikan  ada beberapa episode terbaru atau fenomena-fenomena yang berkembang dalam pencemaran udara di perkotaan. Satu di antaranya yaitu Eastern Chinese Fog (2013) yaitu kabut yang persisten dan tidak mudah hilang di Beijing selama 5 hari berturut-turut.

Kemudian, severe air polution episode (2016) yaitu selama satu minggu terjadi kabut persisten yang menganggu visilibitas penerbangan dan kesehatan masyarakat di India.

Baca Juga: Peneliti ITERA Ungkap Jalan Lambat di Tol Justru Picu Kecelakaan 

Berita Terkini Lainnya