TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dosen ITERA Kaji Gelombang Laut, Hindari Terseret Ombak Pantai

Ada tips sederhana mengenal gerakan ombak membahayakan

Ilustrasi pantai (IDN Times/Sunariyah)

Bandar Lampung, IDN Times - Siapa tak terpikat dengan gulungan air laut di pantai. Deburan ombak menghantam bibir pantai atau batu karang bisa menjadi healing terbaik saat sedang penat. Bahkan bagi peselancar ombak menjadi wahana paling asyik saat berada di tengah laut. 

Namun, keindahan tersebut juga bisa membahayakan jika tak waspada dan mengenal arus gelombang. Sebab itu penting untuk memahami arah gerakan ombak supaya lebih waspada saat berada di sekitar pantai.

Berikut IDN Time rangkum kajian Dosen Teknik Kelautan ITERA, Muhammad Fatkhurozzi, mengenal ombak laut untuk menghindari bahaya terseret. 

Baca Juga: 5 Fakta Kepiting Tapal Kuda, Fosil Hidup Tinggal di Pantai

1. Periode gelombang dibangkitkan angin bervariasi

Peselancar di Pantai Pesisir Barat. (IDN Times/Dok Krui Pro)

Dalam kajiannya, Muhammad Fatkhurozzi menjelaskan gelombang laut atau ombak dihasilkan oleh berbagai peristiwa alam. Pada kondisi umum, gelombang dihasilkan oleh angin.

Menurutnya, periode gelombang dibangkitkan angin bervariasi, umumnya antara 3 hingga 8 detik. Gelombang asli di alam bersifat acak merupakan gabungan dari gelombang individual dengan masing-masing tinggi gelombang dan periode gelombang.

"Jika di lokasi pantai, gelombang berwujud dalam bentuk swell, semacam gelombang yang terlihat reguler (tidak terlalu acak, atau sendiri-sendiri) dengan periode 10-20 detik," terangnya, Kamis (13/7/2023).

Ia menuturkan, swell terbentuk akibat perpaduan berbagai jalaran gelombang dari berbagai lokasi yang menyatu dan bergerak hampir bersama. Proses tersebut dikaitkan dengan karakter gelombang air sebagai gelombang mekanik, yang panjang gelombang dan periodenya tunduk pada hukum mekanika massa, tidak seperti gelombang cahaya atau elektromagnetik.

2. Kecepatan gelombang bergantung luas laut

Pantai Gigi Hiu (instagram.com/bagasfeka)

Sebagai salah satu karakter gelombang mekanik, lanjutnya, gelombang air mengalami dispersi, yakni pemisahan masing-masing komponennya akibat perbedaan kecepatan rambat (akibat perbedaan periode antar komponen gelombang).

"Beda cepat rambat (dan arah) tersebut lalu menghasilkan gelombang yang cenderung reguler di daerah yang jauh dari lokasi pembentukannya," terangnya.

Lebih lanjut Fatkhurozzi menjelaskan, jika kondisi laut sangat luas, seperti samudera, periode swell bisa sangat besar. Di Samudera Pasifik misalnya, bisa dihasilkan swell dengan periode 20 detik menjalar hingga hampir satu minggu.

"Swell inilah yang sering disebut oleh banyak orang sebagai ombak pantai yang cocok untuk berselancar. Sifatnya  cenderung reguler, cukup tinggi, dan periodenya relatif panjang membuat berselancar menjadi mungkin dan membuat pantai menjadi tempat yang asyik," paparnya.

3. Kenali gelombang pantai ini untuk hindari terseret ombak

Potret peselancar berlatih di Pantai Tanjung Setia, Pesisir Barat, Lampung (Instagram.com/nadiaredel)

Sedangkan di pantai, menurutnya  gelombang akan meninggi akibat kedalaman air yang semakin berkurang (secara teknis disebut shoaling). Setelahnya, terjadilah pecah (breaking), akibat kecuraman gelombang (perbandingan panjang dan tinggi gelombang) yang sudah melewati batasnya.

"Gelombang pecah adalah fenomena hidrodinamik khas pantai. Pada banyak penelitian, gelombang pecah pada dasar laut miring (pantai) terjadi jika tinggi gelombangnya sama dengan 0,75 kali kedalaman," jelasnya.

Hal itu menunjukkan kedalaman air di lokasi pantai menjadi agak mudah ditebak. Menurut Fatkhurozzi, pengetahuan sederhana ini bermanfaat sebagai arahan bermain di pantai dengan aman.

Sebab menurutnya, kecelakaan bermain di pantai seperti terseret ombak terjadi cukup sering. Di Australia, penyelamatan kecelakaan pantai mencapai 10 ribuan kejadian per tahun pada tahun 90an.

"Seret ombak tersebut dikaitkan dengan rip current (arus robekan), yang sering tidak diketahui dengan baik oleh pengunjung pantai," jelasnya.

4. Jenis gelombang sering menyeret perenang di tengah laut

ilustrasi renang di Laut Mati (pixabay.com/Ri_Ya)

Terkait rip current, Muhammad menjelaskan itu adalah arus yang mengarah ke laut dengan kecepatan relatif lebih tinggi dan terjadi di celah  relatif sempit. Menurutnya, gelombang pecah telah sampai garis pantai menghasilkan arus laut cenderung mengarah sejajar pantai (longshore current).

"Massa air ini akan tetap menjalar sepanjang pantai hingga gaya-gaya yang menahannya habis. Pada saat arus tersebut tidak bisa bertahan, maka massa air akan kembali ke laut. Sesuai hukum Fisika, kecepatan fluida pada bagian sempit adalah cenderung lebih besar. Arus inilah yang sering menyeret perenang pantai ke tengah laut," jelasnya.

Sementara itu, dalam kondisi umum, menurutnya gerakan air pada gelombang sinusoidal (monokromatik) akan menghasilkan gerak massa bersih (net mass transport) ke arah penjalaran gelombang.

Ini bisa dibuktikan dengan melempar sandal pada pantai dengan kontur paralel lurus (cenderung rata pada arah memanjang). Sandal yang terombang-ambing di ombak tidak akan terseret ke arah laut. Pada pantai yang demikian, bahaya terseret menjadi kecil atau hampir tidak ada.

"Bahaya baru terjadi ketika kontur pantai tidak rata, yakni adanya dasaran laut berbentuk kanal yang memotong pantai," kata Fatkhurozzi.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bawang Putih, Dapat Berbunga hingga Ampuh Usir Hama

Berita Terkini Lainnya