Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta 

Tetap sempatkan mudik meski biaya dikeluarkan cukup mahal

Bandar Lampung, IDN Times - Mudik menjadi tradisi masyarakat Indonesia jelang Hari Raya Idul Fitri untuk kembali ke kampung halaman berkumpul dengan keluarga. Momen membahagiakan ini membutuhkan perjuangan tak mudah dan ada proses panjang harus dilalui.

Tak hanya soal biaya, mudik juga butuh persiapan mental dan fisik supaya perjalanan lancar dan bertemu keluarga dalam keadaan sehat dan bahagia. Bahkan ada beberapa tahun tak mudik sehingga menjadi momen berharga.

Kali ini IDN Times merangkum cerita pemudik sangat excited akan bertemu dengan keluarga.

1. Pilih transportasi cara ngeteng jauh lebih hemat

Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta Suasana arus mudik Dermaga Eksekutif Pelabuhan Bakauheni, Rabu (19/4/2023). (IDN Times Lampung/Martin L Tobing).

Hampir 4 tahun Yesi tak bisa mudik ke kampung halamannya di Cikarang, Jawa Barat. Kesibukannya saat kuliah serta pandemik COVID-19 membuatnya terpaksa harus menahan rasa rindu dengan suasana malam takbir di rumah dan berkumpul dengan keluarga.

Namun rasa rindu itu sudah terbalas di hari raya tahun ini. Bersama rekannya, Yesi akhirnya bisa menyempatkan waktu untuk mudik karena kuliahnya tinggal menyelesaikan skripsi.

Dari Kota Bandar Lampung menuju Cikarang, Yesi memilih transportasi secara ngeteng atau sambung moda transportasi satu ke transportasi lainnya. Menurutnya itu jauh lebih hemat daripada membeli tiket bus  langsung sampai ke lokasi tujuan.

“Kalau naik bus yang satu kali langsung sampai itu bisa Rp300 ribu cuma berangkat aja. Kalau ngeteng kan lebih murah,” kata mahasiswa Pertanian Universitas Lampung itu.

2. Harus sabar, karena risiko ngeteng ya ketinggalan kereta

Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta Ilustrasi kereta api (IDN Times/Arief Rahmat)

Yesi merinci biaya perjalanannya dari Terminal Rajabasa Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan sebesar Rp60 ribu. Kemudian, tiket kapal Rp22 ribu.

Setelah sampai Pelabuhan Merak, untuk menuju ke Rangkasbitung menurut Yesi seharusnya bisa langsung naik kereta api. Namun saat ia sampai di stasiun tak ada kereta api. Alhasil, ia harus naik taksi online terlebih dahulu untuk menuju Cilegon.

“Menurutku lumayan mahal harus naik Grab bayar Rp54 ribu. Padahal biasanya ada kereta yang langsung ke Rangkas. Jadi dari Cilegon itu aku naik kereta ke Rangkas Rp3 ribu. Terus dari Rangkas naik KRL ke Cikarang Rp12 ribu,” ceritanya.

Yesi juga menceritakan saat ia ketinggalan kereta berangkat pukul 13.00 WIB sehingga harus menunggu kembali keberangkat pukul 16.30 WIB. Namun itu tak jadi persoalan berarti baginya. Karena menurutnya sudah jadi konsekuensi jika memilih perjalanan dengan cara ngeteng harus sabar menunggu jadwal keberangkatan kereta.

“Tapi menyenangkan ya mudik tahun ini, karena waktu COVID-19 kemarin kan sama sekali gak berani pulang. Jadi ini aku usahain harus bisa mudik. Terus yang bikin makin asyik selama perjalanan, karena aku mudiknya lebih awal jadi gak begitu padat masih lumayan nyantai lah,” ujarnya.

Baca Juga: Pantai dan Kuliner Gugah Pemudik Bandung Pulang ke Lampung Selatan 

3. Persiapkan budget mudik lebih awal

Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta Bandara Raden Inten II Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Cerita lainnya datang dari Feri Saputra, selalu menyempatkan mudik setahun sekali meski biaya dikeluarkan cukup banyak. Kepada IDN Times Feri menceritakan harus merogoh kocek sekitar Rp5 juta-Rp6 juta untuk bisa pulang pergi dari Kalimantan Selatan ke Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.

“Budgetnya udah aku siapkan selama setahun ini. Setiap ada salary masuk, aku sisihin buat biaya mudik. Jadi pas tiba saatnya mudik gini, udah siap dananya,” kata Feri.

Biaya dikeluarkan tersebut menurut Feri belum termasuk konsumsi atau oleh-oleh, sebab menurutnya, karena masih puasa ia tak perlu mengeluarkan biaya konsumsi selama di perjalanan. Sementara oleh-oleh, ia juga tak begitu memprioritaskan untuk lebih menghemat pengeluaran.

“Waktu brangkat ke bandara juga aku nebang temen. Jadi lumayan kan, harusnya dari kosan ke bandara itu bayar travel Rp150 ribu. Karena nebeng temen jadi cuma beli bensin Rp50 ribu,” jelasnya.

4. Mudik tak bisa berlama-lama karena harus segera bekerja

Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta Bandara Raden Intan II Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Tapi tak hanya soal biaya, Feri juga mengatakan pekerjaan menjadi hal yang harus dipertimbangkan secara matang agar bisa mudik. Menurutnya, sebelum mudik, ia harus benar-benar memastikan pekerjaannya di kantor bisa dikerjakan dari rumah.

Selain itu, harus koordinasi dengan rekan kerja lainnya, kapan akan kembali ke kantor untuk bergantian mudik. Meski mudik kali ini tak bisa lebih lama dari tahun sebelumnya, serta sambil mengerjakan pekerjaan kantor, Feri tetap semangat mudik supaya bisa berkumpul dan silaturahmi dengan keluarga.

“Sebenarnya hampir sama dengan tahun sebelumnya tapi kalau sekarang aku lebih lama di rumah dari sebelum lebaran. Kalau tahun lalu kan sampai habis lebaran masih bisa kumpul. Kalau sekarang lebaran ke empat aja udah harus masuk kantor,” terangnya.

5. Tunda mudik karena kehabisan tiket kereta

Suka Duka Pemudik Kala Mudik Lebaran 2023, Ada Ketinggalan Kereta Stasiun Tanjungkarang (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Cerita berbeda dan cukup apes dialami Retno harus menunda mudiknya hingga satu minggu lebaran. Itu karena ia kehabisan tiket Kereta Api dari Baturaja, Sumatera Selatan menuju Bandar Lampung. Padahal menurutnya sejak awal April sudah mengecek tiket, namun sudah ludes terjual.

“Setiap beberapa hari sekali aku pantengin tiketnya, siapa tahu ada yang batalin ternyata sampai sekarang gak ada. Sebenarnya bisa naik travel, tapi kalau mau lebaran gini biasanya dimahalin dari Rp150 ribu jadi Rp350 ribu,” keluh Retno.

Selain itu ia juga mempertimbangkan kondisi fisik jika melakukan perjalanan dengan travel akan lebih melelahkan dan memakan waktu lebih lama, mengingat kondisi jalan yang tak begitu bagus.

“Sebenarnya sedih si lebaran sendirian di sini. Tapi dari pada naik travel ngabisin waktu di jalan, terus mabok karena jalannya kurang bagus, mending ditunda aja sampai lebaran seminggu. Yang penting masih bisa balik,” ucapnya.

Baca Juga: Cerita Pemudik Motor, 14 Tahun Tak Pulang ke Cileungsi, Rindu Masakan Ibu

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya