Warga Pulau Pasaran Cegah 450 Kg Sampah Masuk Ke Laut Tiap Harinya

Sampah dikumpulkan dan diolah di rumah inovasi daur ulang

Bandar Lampung, IDN Times - Dalam kurun waktu satu tahun masyarakat Pulau Pasaran kini bisa mencegah sekitar 450 kg sampah masuk ke laut tiap harinya dan mengolah sampah itu menjadi produk bernilai ekonomis.

Hal ini disampaikan oleh Ketua SEA MAMA (kelompok pengolah dan pengrajin sampah daur ulang di Pulau Pasaran), Astikah pada IDN Times, Selasa (9/5/2023). Ia mengatakan SEA MAMA merupakan salah satu kelompok pengolah sampah binaan NGO Gajahlah Lampung di Pulau Pasaran.

NGO tersebut pertama kali datang ke Pulau Pasaran pada 2022 dengan membawa projek bernama Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU). Projek ini merupakan tempat pengumpulan dan pemilahan sampah. Sedangkan SEA MAMA merupakan kelompok untuk mengolah sampah menjadi kerajinan.

“Sebelum ada RINDU itu kita buang sampah ke laut atau dibakar. Tapi sekarang kita sudah mulai sadar dan mau buang sampah ditong sampah untuk diolah di RINDU. Sampah rumah tangga itu bisa kekumpul 450 kg per hari. Artinya kan yang tadinya 450 kg itu ada di laut, sekarang ada di kita dan kita olah,” kata Astikah.

Baca Juga: Intip Kegiatan Finalis Putri Indonesia 2023 di Pulau Pasaran Lampung

1. Mengumpulkan sampah sebanyak itu bukan pekerjaan instan

Warga Pulau Pasaran Cegah 450 Kg Sampah Masuk Ke Laut Tiap HarinyaProduk SEA MAMA. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Astikah mengatakan, untuk mengumpulkan sampah ratusan kilogram dari masyarakat bukan pekerjaan instan. Untuk mengajak masyarakat dan mengubah perilaku dari membuang sampah ke laut menjadi ke tong sampah tentu tak mudah.

“Sekitar satu tahun itu buat ajak masyarakat. Awalnya juga gak sampai 450 kilo. Dulu itu cuma 30 kilo, terus naik, naik jadi 100 kilo sampai sekarang bisa kekumpul 450 kilo. Alhamdulillah kita mencegah sampah itu masuk ke laut,” imbuhnya.

Ia menyebutkan, ada sekitar 40 titik tong sampah komunal disebar oleh RINDU di Pulau Pasaran. Masyarakat pun bisa membuang sampah di tong tersebut, kemudian sampah-sampah ini akan diangkut ke RINDU.

“Nanti di RINDU, mana yang bisa kita bikin kerajinan kita ambil sampahnya. Dan sisanya bisa dibuat roster di RINDU,” katanya.

2. Produk SEA MAMA

Warga Pulau Pasaran Cegah 450 Kg Sampah Masuk Ke Laut Tiap HarinyaProduk SEA MAMA. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Hingga kini ada sekitar 20 anggota SEA MAMA terdiri dari 15 anggota Kader Kartini dan Tim Gajahlah Lampung. Produk SEA MAMA pun beragam mulai dari produk rajutan hingga kerajinan full sampah.

“Untuk produk dari sampah itu kita ada kotak tisu dari sampah saset, terus ada wadah gelas yang terbuat dari pinggiran Aqua dan Teh Gelas. Ada juga dompet dan tas dari plastik. Selain itu produk rajutan kita juga ada berbentuk boneka itu yang normalnya diisi busa tapi kita isi dengan cacahan plastik,” ujarnya.

Ia mengatakan satu produk tas dibuat dari sekitar 150 sampah saset. Sehingga produk-produk ini benar-benar bisa menekan jumlah plastik di Bumi yang tiap harinya semakin bertambah.

“Ada yang memang bisa merajut, ada juga kita belajar lewat YouTube untuk buat kerajinannya. Intinya kita belajar. Kita ngumpulin sampah dikirim ke RINDU, di sana kita lihat mana sampah yang potensi buat produk, ya kita ambil,” katanya.

3. Sebagian besar anggota merupakan angkatan kerja

Warga Pulau Pasaran Cegah 450 Kg Sampah Masuk Ke Laut Tiap HarinyaFinalis Putri Indonesia 2023 ikut promosikan produk SEA MAMA di media sosial pribadi. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Atikah pun berbagi cerita awal mula dirinya bergabung dengan SEA MAMA. Ia mengaku miris dengan menumpuknya sampah di Pulau Pasaran. Masyarakat sebenarnya ingin ikut memakai jasa angkut sampah DLH Kota Bandar Lampung seperti masyarakat Bandar Lampung lainnya, namun mobil pengangkut sampah tak ada yang bisa masuk Pulau Pasaran sebelum jembatan diperbaiki.

Sehingga masyatakat bingung dan membuang sampah ke laut. Setelah beberapa lembaga masyarakat masuk ke pulau mereka dengan berbagai program sampah termasuk RINDU, akhirnya mereka tergerak untuk ikut dan menjadikan sampah menjadi produk bernilai jualnya.

“Ibu-ibu di sini pekerjaan sehari-harinya variatif. Ada yang ngolah ikan, jual kepiting, jual makanan, dan ibu rumah tangga. Tapi disela-sela pekerjaan kami itu kami pengin punya keterampilan dan tambahan penghasilan sekaligus lingkungan jadi bersih,” katanya.

4. Butuh peran pemerintah untuk bantu promosi dan pemasaran

Warga Pulau Pasaran Cegah 450 Kg Sampah Masuk Ke Laut Tiap HarinyaKetua SEA MAMA, Astikah. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sayangnya SEA MAMA belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Atikah mengatakan projek organisasi ini dengan pemerintah hanya saat kunjungan Iriana Jokowi dan OASE KIM.

“Karena waktu itu temanya pemuda untuk anti narkona dan lingkungan. Jadi SEA MAMA diajak ke sana untuk memamerkan produk kita,” katanya.

Selain itu, pemasaran hanya dari mulut ke mulut, pameran, dan medsos saja. Ia berharap pemerintah setempat bisa membantu mereka dalam hal promosi dan pemasaran.

“Sekarang tahu sendiri kan sampah di Bumi sudah banyak dan meresahkan bahkan dilaut juga. Susah makanya untuk menyadarkan masyarakat soal sampah. Kita juga pengin orang-orang itu berpikirnya produk dari sampah juga nilainya gak jelek,” jelasnya.

Baca Juga: Menilik Jembatan Baru Pulau Pasaran, Habiskan Dana Rp3,9 Miliar

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya