Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa Batas

Cerita istimewa suporter dukung klub sepak bola kesayangan

“Kalau saya sama Arema agama nomor dua, agama nomor satu Islam, agama nomor dua Arema. Sayang banget sama Arema 99 persen,"

Pernyataan itu disampaikan Sam Amin, suporter Arema FC. Baginya, Arema FC dan Aremania adalah bagian dari hidupnya. Ia mencintai klub berwarna biru itu sepenuh hati.

Wujud kecintaan terhadap Arema itu ia buktikan menjadi Koordinator Wilayah (Korwil) Aremania Jalur Gaza. Ia membawahi Aremania di wilayah perbatasan antara Malang dan Surabaya yakni, Pasuruan.

Bahkan, Sam Amin juga menganggap hubungan Arema FC dan Aremania bagaikan suami dan Istri. "Adanya Aremania ini untuk Arema FC, dan Arema tanpa Aremania tidak ada apa-apanya, ini sudah seperti suami istri," katanya, Sabtu (8/10/2022).

Ia juga kerap menonton pertandingan Arema di luar kota. "Saya pernah ke Palembang, ke Balikpapan, ke Bandung, ke Surabaya pakai atribut lengkap," jelasnya.

Menurut Sam Amin, kecintaan terhadap Arema itu lantaran sepak bola telah menyatukan banyak orang. Lewat Aremania, ia mendapatkan banyak saudara baru dan saling bersolidaritas.

"Sepak bola itu menyatukan kita, bukan untuk gontok-gontokan (saling mengejek). Fanatik itu cuma 90 menit. Lain itu saudara semua. Mau apa kita bertengkar bendera kita satu, merah putih," tukasnya.

Cerita lainnya disampaikan Ketua Umum Suporter Medan Cinta Kinantan atau SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir. Ia sudah jatuh hati kepada PSMS sejak usia 9 tahun. “Tahun 92, sekitar 30 tahun yang lalu sudah dibawa bapakku aku menyaksikan Marah Halim Cup," ujarnya.

Bagi Lawren dan para suporter, PSMS adalah cinta mereka sejak lama. Tak jarang anak kecil hingga perempuan masuk keanggotaan SMeCk. “Makanya kita gak mau PSMS ini terpuruk. Harus tetap kita kawal dan dukung. Jadi kita sampaikan juga ke anak-anak itu semua, kalau kau cinta PSMS kita perlu buktinya,” jelasnya.

Itu adalah dua cerita bagaimana kecintaan suporter terhadap klub sepak bola didukungnya. Bicara suporter dan sepak bola adalah bagian tak terpisahkan. Keberadaan suporter menambah semarak sebuah pertandingan sepak bola. Bagi tim atau klub sepak bola, mereka juga menjadi pemain ke-12 menambah semangat untuk meraih kemenangan.

Namun tragedi Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur 1 Oktober 2022 lalu usai laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya menyisahkan duka mendalam. Ada 131 suporter Arema FC meninggal dunia dan 547 terluka. Kondisi itu membuat suporter klub sepak bola Indonesia menjadi sorotan publik Tanah Air.

Melalui artikel kolaborasi pekan ini, IDN Times menggali sejarah suporter klub sepak bola Tanah Air, bagaimana wujud kecintaan mereka terhadap klub yang didukung, hubungan mereka dengan manajemen klub dan cara sesama suporter saling mengedukasi menyikapi hasil pertandingan.

1. Murni diinisiasi suporter, bukan bentukan manajemen klub

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasAremania saat sedang mendukung Arema FC. IDN Times/Alfi Ramadana

Meski tanpa pemimpin, Bonek selalu solid. Mereka menerapkan "No Leader Just Together". "Tidak ada pemimpin, yang ada itu dituakan yang bisa mengkondisikan teman-teman tapi terbentuk satu kesatuan," ujar Koordinator Bonek Green Nord, Husein Ghozali kepada IDN Times, Rabu (5/10/2022).

Bonek, kata Cak Conk panggilan karibnya, tidak bisa disamakan dengan suporter lainnya di Indonesia. Jika di Jakarta ada ketua umumnya, di Solo punya presiden untuk suporternya, maka di Bonek tidak ada.

"Di Surabaya beda, history-nya sejak zaman perjuangan, Bung Tomo itu bukan seorang pemimpin, dari itu kita ini kolektif. Kalau ada masalah disonggo (dipikul) bareng-bareng (bersama)," tegasnya.

Agar lebih mudah berkoordinasi, Bonek hanya membuat koordinator yang dituakan. "Misalnya gini, Bonek ada empat tribun itu yang membawahi masing-masing, Ada hooligans, casual, ultras, dan mania. Beda tribun, beda koordinator. Masing-masing koordinator punya visi, pandangan dan ideologi beda-beda," kata dia. .

Meski berbeda-beda, Bonek sekarang ini lebih mengedepankan rembukan atau diskusi dulu. "Intinya untuk kebaikan biasanya dirembuk dulu gimana bisa disosialisasikan ke akar rumput," kata Cak Conk.

Hal senada disampaikan Koordinator Wilayah (Korwil) Aremania Jalur Gaza, Sam Amin. Ia mengatakan, Aremania tak memiliki organisasi resmi. Mereka hanya dikoordinir oleh masing-masing koordinator wilayah.

"Aremania ini unik, ada besar dan nyata. Karena begini, Arema itu bisa membawa anggotanya sendiri-sendiri," tutur Sam Amin.

Pendiri Frontline Boys Club pendukung Persib Bandung, Tobias Ginanjar mengatakan, suporter adalah ruh dalam sebuah sepak bola. Sebab, tanpa mereka iklim sepak bola tidak akan hidup.

"Suporter ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari klub. Bagaimanapun juga klub ini besar karena suporter, bukan sebaliknya," kata Tobias.

Ia menambahkan, adanya suporter yang terus memberikan dukungan pada klub, mereka bisa mendapatkan uang dari sponsor hingga hak siar. Menurutnya, dunia sepak bola Indonesia tidak ada suporter didirikan oleh klub. Semua lahir dari keinginan mandiri para pecinta klub kemudian mendirikan komunitas pendukung tim tertentu.

Laskar Ayam Jantan (LAJ) merupakan satu dari banyaknya klub suporter PSM Makassar. Klub suporter ini didirikan 7 Mei 2010 di Jalan Beruang, Mamajang, Kota Makassar. Pendirinya, Uki Nugraha atau Daeng Uki.

Daeng Uki merupakan Panglima LAJ. Baginya, kelompok suporter adalah penyemangat tim. Pesannya kepada anggota LAJ agar jangan membawa kerugian bagi tim, saat menang ataupun kalah.

"Karena kita sayangi tim kita maka harusnya kita jaga. Menjaganya dengan jangan pernah melakukan hal-hal yang bisa merugikan tim, lebih lagi bahayakan jiwa sendiri," kata Daeng Uki kepada IDN Times, Sabtu (8/10/2022).

Daeng Uki yang sudah mengikuti tim PSM sejak tahun 1980-an ini mengatakan, belum ada klub suporter bola di Indonesia dibuat berdasarkan hasil dari keputusan suatu tim.

"Semua klub pure adalah bentukan dan juga inisiatif suporter. Dan tujuannya tadi soal bagaimana kita menyatukan visi misi dan kreativitas teman-teman yang ada di dalam naungan komunitas para suporter itu," terang Daeng Uki.

Komunitas LAJ punya divisi agar bisa mengkordinir para anggota. Seperti divisi musik siapkan drum band saat PSM bertanding kandang dan tandang.

Hal berbeda diusung suporter Persis Solo, PSMS Medan dan Bali United. Mereka memiliki struktur organisasi kepengurusan. Di Jawa Tengah, Pasoepati, menjadi salah satu suporter klub sepak bola Persis Solo. Organisasi suporter berdiri 9 Februari 2000 itu mengusung misi perdamaian. Pasoepati lantas menjelma menjadi pemain ke-12 Laskar Sambar Nyawa, julukan Persis Solo yang saat ini berlaga di Liga 1.

Pasoepati merupakan kependekan dari Pasukan Suporter Pelita Sejati. Sesuai namanya, kelompok tersebut muncul untuk memberikan dukungan kepada Pelita Jaya kemudian berubah nama menjadi Pelita Solo, setelah pindah dari Jakarta pada 2000.

Pemrakarsa sekaligus Presiden pertama Pasoepati, Mayor Haristanto mengisahkan, awal mula terbentuknya komunitas mempunyai logan "Edan Tapi Mapan" yang berarti gila tapi mantap. Sebelum Pasoepati berdiri, suporter memadati Stadion Manahan kala itu masih bersifat kedaerahan dan berasal dari kampung-kampung di wilayah Solo.

"Kami lahir pada 9 Februari 2000 itu jargonnya 'Revolusi Citra Baru Suporter Indonesia', artinya apa memang saat itu suporter Indonesia memang masih jahiliah dan primitif. Inginnya menang tidak fair play. Padahal suporter sepak bola itu aset industri sepak bola yang luar biasa," katanya kepada IDN Times, Kamis (6/10/2022).

Mengusung misi revolusi baru, Pasoepati hingga kini makin berkembang dan berubah menjadi sebuah organisasi besar dengan susunan kepengurusan terstruktur. Wakil Presiden Pasoepati periode 2021--2023, Agus Ismiyadi menyatakan, meski tak bernaung secara resmi di dalam klub Persis Solo, suara dan aspirasi para suporter Pasoepati tetap didengar oleh petinggi dan manajemen untuk kemajuan klub kesayangan.

"Kita kayak pemain ke-12 memberikan support yang luar biasa walaupun jalannya kita mandiri. Maksudnya tidak ada hubungan pendanaan atau manajemen dari klub. Kita mandiri, loyalitas tanpa batas, karena cinta dan berkorban dalam bentuk apa pun untuk Persis Solo," ujarnya.

Salah satu kelompok suporter sudah eksis sejak lama adalah Suporter Medan Cinta Kinantan atau SMeCK Hooligan. Suporter pendukung klub PSMS Medan ini sudah hadir sejak 30 September 2003, tepatnya 19 tahun lalu.

"SMeCk awalnya dirikan 8 orang. Tondi Syahputra Lubis, Adam Herawan, Didi Suryabakti, Muslim Muttaqin Hasibuan, Fahrozi, Marudin Simbolon dan Lawren Simorangkir. Berawal dari kumpul-kumpul di Stadion Teladan, kami merasa PSMS butuh dukungan dan sebagai rasa cinta kami untuk mengawal PSMS kami, berdirilah SMeCK," kata Ketua Umum SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada IDN Times, Kamis (6/10/2022).

SMeCK bersifat independen. Tidak berada di bawah naungan PSMS Medan. "Kita bangun sendiri, tidak dibangun klub. Sudah disepakati baru kita ajukan surat ke manajemen, bahwa SMeCK adalah barisan suporter yang akan mendukung PSMS. Mereka menerima kita. Almarhum Habibul Chair saat itu sebagai pengurus PSMS yang membidangi bidang humas. Dia kami anggap ayah kami. Dia memberi banyak masukan ke kita," beber Lawren.

SMeCK lalu berkembang pesat. Hingga kini sudah punya 13 ribuan anggota tersebar di seluruh penjuru Sumatra Utara. Bahkan tak hanya di Sumut. Mereka punya cabang hingga ke Jabodetabek dengan nama SMeCK Jabodetabek. SMeCK juga memiliki struktur jelas mulai dari pembina, penasihat, ketua umum, wakil ketua umum, sekretaris, bidang-bidang, tim kreatif, bidang.

Brigaz Bali menjadi satu di antara beberapa kelompok suporter Bali United memiliki nama besar di kancah sepak bola Tanah Air. Penasihat Brigaz Bali, Ahmad Bersih menjelaskan, kelompok suporter ini didirikan tahun 2011 lalu dan saat ini ribuan orang menjadi anggotanya.

Seperti halnya kelompok suporter besar, Brigaz Bali memiliki struktur yang terorganisir dan memiliki agenda rutin di luar mendukung Bali United di lapangan.

2. Satu klub banyak kelompok suporter, tetap usung misi sama

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasPara supoter tim Barito Putera di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Foto Hamdani

Eksistensi sebuah tim sepak bola tidak akan lengkap tanpa memiliki pemain kedua belas, yaitu suporter. Sama dengan klub lain, Sriwijaya FC (SFC) pun tumbuh bersama pendukung setia mereka.

Suporter Laskar Wong Kito berkembang dan mendeklarasikan diri membentuk tiga kelompok pendukung Elang Andalas, yakni Sriwijaya Mania, Singa Mania, dan Ultras Palembang. Ketiga kelompok itu memiliki tanda dan tradisi masing-masing.

Mulanya suporter Sriwijaya FC kompak bernama SFC Mania. Mania berarti fanatik dengan definisi kecintaan luar biasa terhadap klub sempat bernama Persijatim itu.

Namun karena ada kisruh internal serta bentrok sesama pendukung, termasuk ada salah paham komunikasi antar mereka, SFC Mania lahir kembali dan mengubah nama hingga menyatakan perpecahan dalam tiga kelompok.

"Dari awal ada SFC pada 2004 pendukungnya hanya SFC Mania. Saat 2005 berubah menjadi Sriwijaya Mania yang dipimpin Masyhiril," ujar Ketua Sriwijaya Mania, Edi Ismail kepada IDN Times, Sabtu (8/10/2022).

Seiring waktu, Sriwijaya Mania atau biasa disebut S-Man terbentuk, terjadi perpecahan sehingga Sriwijaya Mania terbagi menjadi, dua yaitu Sriwijaya Ngamuk Mania (Singa Mania) dan Sriwijaya Mania Sumsel (SMS). "Terjadi persoalan tidak transparansi antar pengurus Korwil dan timbul isu politik sehingga terpecah belah," timpalnya.

Setelah Sriwijaya Mania terbagi dua kelompok yakni Singa Mania dan SMS, satu dari kepengurusan dua suporter itu perlahan tenggelam. Hanya Singa Mania yang masih menunjukkan eksistensi mereka untuk mendukung Sriwijaya FC.

"Banyak faktor pemicu SMS tidak lagi hidup di stadion. Saat ini kami besar dengan nama Sriwijaya Mania dengan euforia memenuhi lapangan di Tribun Selatan," kata Edi.

Sriwijaya Mania besar dengan pakaian kebangsaan mereka berwarna kuning, sebagai atribut kebanggaan kala mendukung tim kesayangannya berlaga."Sesuai dengan warna kebesaran SFC saat pertama kali, ikon kami warna kuning," timpal dia.

Sementara kelompok Sriwijaya Ngamuk Mania atau tenar dengan nama Singa Mania, lahir karena perbedaan prinsip saat masih tergabung dalam S-Man. Kemunculan Singa Mania dipengaruhi adanya kejanggalan sistem organisasi S-Man yang tidak terbuka.

"Singa Mania dibentuk delapan orang dari S-Man karena terjadi miskomunikasi. Saat itu persoalan keuangan yang menjadi masalah dan sepakat mendirikan sendiri," kata Ketua Singa Mania, Yayan Hariansyah.

Berbeda dengan S-Man, kelompok suporter Singa Mania memilih Tribun Utara sebagai tempat mereka meneriakan yel-yel kebanggaan untuk mendukung Laskar Wong Kito dengan pakaian kebesaran warna Hijau.

Warna hijau itu sesuai slogan Singa Mania "KAMI HIJAU KARENA SEJARAH". Hijau diartikan sebagai warna awal Sriwijaya FC. Sebab sebelum bernama Sriwijaya FC dari Persijatim, jersey klub kebanggaan Wong Sumsel itu berwarna hijau.

"Sampai 2007, suporter hanya Sriwijaya Mania dan Singa Mania. Setelah itu ada selisih paham lagi hingga lahir Ultras Palembang," jelas dia.

Menurut Ketua Suporter Dirigen Ultras Palembang, Qusoi sebelum mendeklarasikan sebagai Ultras Palembang, sebenarnya mereka bagian dari Singa Mania Indonesia atau Simanis Perpecahan dari nama Singa Mania.

"Dulu iya ada (perpecahan) dan kita bentuk lagi. Kita tarik orang untuk jadi Ultras Palembang. Persoalannya karena beda prinsip," katanya.

Ultras Palembang lahir mengikuti tren suporter dari kultur Italia. Berdasarkan bahasa latin, Ultras berarti di luar kebiasaan. Ultras Palembang merujuk kebiasaan suporter AC Milan untuk mengenalkan fenomena suporter bukan hanya pendukung, tetapi mempunyai jiwa solid tak terpecahkan.

"Ultras bukan kumpulan suporter biasa, tapi kami kelompok suporter fanatik dan militan yang sungguh-sungguh melibatkan sisi emosional terhadap klub. Kami berkembang dengan terorganisir," jelas dia.

Qusoy mengatakan, meski pernah mengalami perpecahan, bentrok, hingga kisruh antar pendukung Sriwijaya FC, kini mereka menyatakan bersatu dan tak kembali mengulang kesalahan sama. Sebab mereka yakin suporter memiliki tujuan satu, yaitu ingin Sriwijaya FC berjaya.

"Pada 2006 dan 2014 kejadian bentrok besar yang menjadi sejarah. Tapi sekarang kami (tiga kelompok suporter) menyatakan damai. Melalui berbagai pertemuan, kami sudah dewasa dan menyatu. Lewat komunikasi, semua sejarah biarkan menjadi cerita," tambah dia.

Ketiga kelompok suporter itu diketahui sebelumnya pernah disatukan dalam nama Beladas atau Bela Armada Sriwijaya pada 2010-2011, saat masa kepengurusan manajemen dikelola Augie Benyamin dan Baryadi.

Namun karena pendirian dan pola pikir ketiga kelompok suporter sulit disatukan, organisasi pendukung Sriwijaya FC tersebut kembali ke marwah masing-masing dengan perjanjian tetap cinta damai meski berbeda sistem serta prinsip.

Bersikap dewasa menyikapi hasil akhir pascapluit panjang ditiupkan pengadil lapangan, menjadi kunci sekelompok suporter sepak bola berbasis di Kota Bandar Lampung mengatasnamakan BALA Fans. Itu mereka lakukan tiap kali menyuarakan dukungan terhadap tim asal Provinsi Lampung, termasuk Badak Lampung FC.

BALA Fans merupakan suporter bermarkas di Kota Bandar Lampung dan telah berusia 24 tahun, dibentuk sejak 8 Agustus 1998. Sedikit berbeda dengan kelompok fans klub bola lainnya, barisan suporter ini didirikan guna mendukung geliat sepak bola klub asal Lampung menapaki kompetisi di tingkat daerah maupun nasional.

Sebagai salah satu basis fans sepak bola tertua di provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai, BALA Fans kini memiliki keanggotaan resmi sekitar 800 orang dan ribuan simpatisan tersebut di 15 kabupaten/kota se-Lampung, hingga luar provinsi. Terakhir dan hingga kini, fanatisme BALA Fans tercurah untuk mendukung Badak Lampung FC.

Koordinator BALA Fans, Kori Andrian mengatakan, dalam menyampaikan dukungan kepada tim, BALA Fans selalu berpegang teguh pada salah satu norma dan ketaatan kearifan lokal masyarakat Lampung, Nemui Nyimah. Artinya, prinsip dalam memberikan penghargaan terhadap tamu atau pendatang.

Terbukti, menurutnya selama 24 tahun berdiri BALA Fans bisa dikatakan tidak pernah terlibat gesekan antar suporter mulai dari laga home ataupun away di tingkat kompetisi nasional maupun lokal. Selain itu, para suporter juga terus menanamkan prinsip, sepak bola sejatinya adalah hiburan hingga harus dinikmati bukan diributi.

"Di Lampung kita tetap bersatu walaupun beda-beda dukungan. Pada intinya, kita selalu menginisiasi agar sesama suporter saling bersatu untuk mendukung masing-masing tim. Seperti di Liga 1 kemarin, kita pernah bertemu Aremania, Bonek, The Jakmania, alhamdulillah tidak ada konflik," ucapnya.

Tidak sebatas di atas lapangan, meski kini diakui geliat sepak bola di Lampung tengah meredup pasca Badak Lampung FC tahun lalu harus terdegradasi dari Liga 3, namun diakui BALA Fans di luar lapangan masih aktif berkumpul, dan roda manajemen keorganisasian masih tetap berjalan.

"Pada prinsipnya klub asal Lampung ikut berkompetisi pasti akan kami dukung, termasuk Badak Lampung yang kita tahu harus main di Liga 3 tetap akan disupport. Kita memang pernah main di Liga 1, kalaupun sekarang di Liga 3 tidak masalah. Tapi tentunya harus bisa lebih baik lagi," ucap dia.

Baca Juga: Bonek: No Leader Just Together

3. Berani menuntut dan lantang kepada klub

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasAksi suporter PSS Sleman menuntut Dejan hengkang di Omah PSS, Kamis (30/9/2021). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ada dua klub sepak bola besar yakni PSS Sleman dan PSIM Jogja. Dua klub tersebut pun memiliki basis dukungan suporter besar.

Brajamusti (Brayat Jogja Mataram Utama Sejati) adalah kelompok suporter pendukung PSIM Jogja. Sebelum Brajamusti, ternyata ada organisasi lainnya sempat terbentuk bernama Paguyuban Tresno Laskar Mataram (PTLM). Baru pada 15 Februari 2003, Brajamusti terbentuk.

“Brajamusti memiliki struktur kepengurusan untuk berkoordinasi. Kita salah satu wadah suporter yang telah terdaftar, dan sudah kita dinotariskan di Badan Kesbangpol Yogyakarta juga sudah,” kata Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin, Rabu (5/10/2022).

Brajamusti memiliki Dewan Pimpinan Pusat (DPP) kemudian di bawahnya untuk di dalam Kota Yogyakarta membawahi Koordinator Kecamatan (Korcam), di luar kota masuk koordinator wilayah (korwil). Masing-masing korwil dan korcam tersebut membawahi laskar. “Sangat jelas struktur kita, bahkan di DPP itu dibagi beberapa bidang,” kata Thole sapaan akrabnya.

Thole menjelaskan, bidang di Brajamusti disebut Menko. Setidaknya ada tiga menko yang ada di Brajamusti. Menko 1, Menko 2, dan Menko 3. Semuanya dibagi membawahi seperti humas, kreasi seni, usaha dana, suporter wanita dan beberapa lainnya.

“Pembagian sudah jelas tinggal koordinasi aja kita. Misal event itu (pertemuan suporter) kan intinya humas di Menko 1. Sudah, nanti kita tinggal instruksi aja, menko menggerakan departemen-departemen di bawahnya, ada koordinator masing-masing juga kan itu, dan semua itu dari laskar,” ujar Thole.

Pendataan terakhir 2 September 2022 lalu, jumlah laskar di Brajamusti sekitar 400. Sementara untuk jumlah anggota yang ada sekitar 15 ribu orang. Tidak hanya di dalam Kota Jogja, anggota Brajamusti juga tersebar di Kebumen, Wonosobo, Purworejo, Magelang, Pacitan, Wonogiri, Pracimantoro. Hingga luar kota seperti wilayah Jabodetabek.

“Jadi jelas semisal ada permasalahan atau apa, tinggal cek nama siapa, laskar apa, ketua laskar siapa. Kita panggil yowis (yaudah) kita urus. Jadi gak ada istilah simpatisan, jelas anggotanya,” ucap Thole.

Koordinasi, dan komunikasi di Brajamusti dilakukan melalui laskar. Untuk berkoordinasi, grup yang ada digunakan untuk berkomunikasi antar ketua laskar, guna menyosialisasikan program-program Brajamusti. Ketua laskar nantinya menyosialisasikan ke anggotanya. Pertemuan juga kerap diadakan. Termasuk rapat di DPP.

“Pertemuan kalau pas ada kompetisi, menjelang pertandingan ada pertemuan. Jadi untuk evaluasi pertandingan sebelumnya ada kejadian apa, biar gak terulang. Terus ke depannya biar lebih bagus lagi seperti apa,” ujar Thole.

Hubungan dengan manajemen pun dijaga dengan baik. Diskusi dilakukan, manajemen juga kerap mengajak Brajamusti dalam berbagai kegiatan. “Kadang ada masalah pun didiskusikan, kayak performa tim yang kurang bagus. Langkah-langkahnya apa, terus habis itu kita kerucutkan buat surat resmi ke manajemen, nanti manajemen dan kita kumpul. Manajemen kalau ada kegiatan juga njawil kita,” ucapnya.

Bagaimana dengan PSS Sleman? Brigata Curva Sud alias BCS merupakan salah satu pendukung klub PSS Sleman. Koordinator BCS Zulfikar menjelaskan Brigata Curva Sud meyakini mereka lebih dari sekadar loyalis PSS Sleman.  "Ya sebetulnya nyawa, nyawa dari PSS," ujarnya.

BCS adalah salah satu kelompok terbesar pendukung kesebelasan PSS selain Slemania. Namanya berasal dari bahasa Italia dengan arti pasukan tribun selatan. Sama seperti semboyannya yang berbunyi 'No leader, just together', menurut Fikar, BCS tak mengenal kepemimpinan maupun struktur organisasi.

Tak punya kepala bukan berarti tanpa arah. BCS bermanuver lewat forum sejak lahir di 2011 lalu. Setiap anggota berhak menyampaikan gagasan atau pendapat sebelum disharing dan didiskusikan untuk mencapai kesepakatan bersama.

Forum ini bukan agenda rutin dan muncul tergantung urgensinya. Membahas di antaranya menyongsong musim kompetisi baru, menyambut big match, atau dinamika dalam dan luar lapangan lainnya.

"Tahun ini kita punya 450 komunitas. Itu bisa dibilang sub-nya BCS. Setiap komunitas ada koordinatornya. Kita ini lahirnya juga lewat forum," kata Fikar.

Secara umum, Fikar menjelaskan, BCS sebagai nyawa PSS berperan sebagai loyalis dan pasar klub. Lebih spesifik lagi, BCS menjalankan fungsi kontrol klub. Ia tak memungkiri BCS yang kerap menuntut dan lantang bersuara. Semua dilakukan apalagi kalau bukan demi kemajuan klub.

Aksi boikot pada 2020 lalu, menurut Fikar adalah salah satu contoh sikap BCS. Kala itu mereka rela tak menonton Super Elang Jawa berlaga di Stadion Maguwoharjo sebelum 8 tuntutan dipenuhi manajemen. Mulai dari pembinaan pemain muda, pengadaan lapangan latihan, hingga SOP PT. PSS. "Perannya ya salah satu bahan pertimbangan klub juga, klub mau melangkah ya pasti ada peran kita juga," jelas Fikar.

Fikar meyakini, loyalitas BCS ke Super Elang Jawa tak perlu lagi dipertanyakan. Protes serta gestur-gestur satire merupakan salah satu wujud kecintaan pada klub. Tentu, dimulai dari yang paling kecil yakni membeli tiket.

"Maksudnya ya kita gak melulu hore-hore nonton. Kita melihat juga yang terjadi di lapangan, ada permasalahan yang harus diurai ya, makanya kalau kita gak sejalan ya mungkin harus boikot seperti itu. Meski itu opsi terakhir setelah sebelumnya ada diskusi, ada step-stepnya lah," ungkapnya.

Fikar memandang BCS memahami menang-kalah dalam sebuah kompetisi. Tapi, rasa 'mangkel' tak terhindarkan kala laga kandang yang semestinya jadi kans menabung poin malah berulang kali tersia-siakan.

Apalagi sampai takluk melawan klub yang sejatinya 11-12 dari segi materi pemain. "Kita realistis aja. Misalnya kalau musuh Bali (United), ya gak masalah. Secara pemain dan budgeting kita kalah. Tapi kalau musuhnya setara atau di bawah kita levelnya, kalah di kandang kan ya kebangetan. Patut dipertanyakan, realistis aja," ujarnya.

"Supaya mereka juga tahu. Gak cuma manajamen, pemain juga. Mereka itu bekerja, digaji. Kalau di kandang aja kalah kita pasti protes," katanya.

Kadang kala, Fikar bisa memaklumi ulah oknum suporter frustrasi hingga nekat melempar botol ke arah lapangan saat melihat performa Bagus Nirwanto cs tak sesuai ekspektasi. Sanksi Komdis PSSI sepenuhnya tanggung jawab manajemen.

"Nek aku nek (PSS) kalah ya tak maklumi, karena mainnya jelek. Biar kapok manajemen, lha mainnya jelek kok," katanya setengah berkelakar.

4. Dana hasil swadaya suporter untuk kreativitas di tribun stadion

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasAksi korea SMeCK Hooligan (IDN Times/Doni Hermawan)

Di stadion, para suporter kerap menampilkan beragam kreativitas. Agar kreativitas itu dapat tersaji apik membutuhkan dana. Bahkan, suporter bernaung dalam organisasi suporter pun butuh dana digunakan untuk eksistensi suporter.

Koordinator Bonek Green Nord, Husein Ghozali mengatakan, para Bonek umumnya punya pendanaan sendiri secara swadaya. Khusus di Green Nord, pendanaan bisa diolah dari beraneka macam penjualan merchandise.

"Apa yang kita jual itu bisa menghasilkan untuk dibuat kreativitas di tribun nanti. Misalkan koreo dan lain sebagainya," ucap Cak Conk sapaan akrabnya.

"Kalau ada bakti sosial kebencanaan atau penyediaan paramedis di tribun, itu kita pendanaannya cari sendiri. Gimana caranya teman-teman mencari cara tanpa ngemis. Urunan dan ada sumbangan. Saat ini teman-teman punya dua ambulans dan satu mobil rescue itu dari swadaya dan sumbangan," terang Cak Conk.

Ketua Umum SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir menjelaskan, untuk pendanaan organisasi suporter PSMS Medan hanya mengutip Rp20 ribu untuk setiap anggota baru yang akan masuk. Tapi selanjutnya tidak ada iuran bulanan.

"Mulai pendaftaran 20 ribu per orang. Biodata cantumkan foto. SMeCK Hooligan juga punya basis (barisan inti suporter). Ada puluhan basis di setiap wilayah Sumatra Utara. Setiap basis wajib punya 25 orang. Soal iuran kita gak ada kutip setiap bulan, tapi kalau di basis mungkin itu kebijakan masing-masing," kata pria berusia 39 tahun ini.

Lantas bagaimana SMeCK menghidupi dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang dibuat? Lawren mengatakan konsep mereka adalah patungan. Selain itu ada juga bantuan dari donatur. “Setiap buat kegiatan kita patungan. Selain itu misalnya kegiatan kita bagus, ada yang support. Tapi gak semua dari donatur," kata Lawren.

Lawren mengakui pihaknya juga bergantung dari penjualan tiket pertandingan PSMS Medan. "Kas kita dari tiket untuk finansialnya. Misalnya dari manajemen PSMS memberi kita harga Rp20 ribu. Tiket itu yang kita oper ke basis dan naikkan harganya. Paling dapat 1.000 hingga 2.000 per tiket dari basis,” ujarnya.

Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin, atau akrab disapa Thole mengungkapkan pendanaan untuk kegiatan Brajamusti bersumber dari berbagai macam. Seperti salah satunya ticketing, dari distribusi tiket nantinya ada yang disisihkan untuk kas. Edukasi untuk membeli tiket setiap akan menonton pertandingan PSIM Jogja juga terus dilakukan. Hal tersebut guna mendukung klub bisa bertahan.

Disadari untuk klub di Indonesia uang sponsor tidak banyak. Mayoritas masih mengandalkan penjualan tiket. “Sudah kita biasakan, Brajamusti nek ra duwe (gak punya) tiket rasah nonton, tanpa terkecuali. Andalan klub Indonesia kan itu (penjualan tiket). Terus merchandise ya dari PSIM store anak-anak setiap ada produk juga buat bantu cash flow klub, walaupun mungkin tidak seberapa,” kata Thole.

5. Mengkoordinir suporter bukan hal mudah

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasLaga Sriwijaya FC vs Persiraja Aceh berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan Laskar Wong Kito (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Dalam pertandingan olah raga, menang atau kalah hal normal. Tapi terkhusus sepak bola di Tanah Air, ada suporter mungkin tak menerima kekalahan tim yang didukungnya. Bahkan, gesekan antar suporter dapat memicu terjadinya kerusuhan. Merujuk hal itu, cara apa saja dilakukan suporter klub sepak bola Indonesia untuk menghindari aksi negatif?

Koordinator Bonek Green Nord, Husein Ghozali, menjelaskan Bonek Green Nord acap memberikan edukasi kepada anggotanya. Mulai dari aturan datang ke stadion terutama tribun utara, semuanya diwajibkan memakai kaus atau jersey serba Persebaya. "Karena pemain ke-12 sama dengan pemain di lapangan. Yang pasti ada logo kebanggaan, logo tim di dada," kata dia.

Selama 90 menit, semua yang ada di tribun, suporter diwajibkan berdiri di beton bukan di besi. Ini merupakan bentuk perjuangan yang setara dengan pemain di lapangan. Diwajibkan memakai sepatu untuk menghindari injakan serta puntung rokok.

Kemudian melarang menyalakan flare dan dilarang aksi di luar batas wajar yang berdampak merugikan Bonek dan Persebaya. "Biar pun kita tidak ada leader, aturan ini sudah berjalan. Penegakan aturan itu ada," kata dia.

Namun, untuk kerusuhan di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Cak Conk mengakui kecolongan. Hal itu memang kembali ke pribadi masing-masing. Karena dalam momen itu tidak ada instruksi melainkan reaksioner massa.

"Yang dilakukan harusnya cara elegan, duduk bareng (suporter dengan manajemen tim). Unjuk rasa itu cara terakhir kalau pesan kita tidak tersampaikan. Kalau bisa dikomunikasikan kenapa harus turun jalan. Kalau pun turun jalan, tidak dibenarkan jika dengan anarkis," tegas Cak Conk.

Pendiri Frontline Boys Club pendukung Persib Bandung, Tobias Ginanjar, menyampaikan, suporter tidak pernah diajarkan untuk melakukan aksi anarkis. Edukasi agar bisa menyaksikan pertandingan dengan aman dan nyaman terus disuarakan lewat berbagai media. "Jadi hampir tidak mungkin ada sosialisasi yang buruk gitu," paparnya.

Wakil Presiden Pasoepati periode 2021--2023, Agus Ismiyadi menyatakan, mengkoordinir suporter bukanlah hal mudah. Hal itu yang dirasakannya selama menjabat sebagai Presiden Pasoepati. Ia mengaku, edukasi suporter terutama bagi kalangan muda ber-KTA dilakukan sejak dini. Salah satunya, mereka berpedoman kepada slogan Pasoepati "Edan Tapi Mapan".

"Edukasinya sebenarnya kita punya slogan yakni Pasoepati itu "Edan Tapi Mapan", namanya anak muda sekarang itu kalau dibatasi itu kebebasan mereka agak sulit. Tetapi kebebasan yang terbatas itu menjaga kesopanan," katanya.

Melalui slogan itulah, Pasoepati hingga kini masih memegang teguh misi 'Revolusi Citra Baru Suporter'. Termasuk memberikan pengertian kepada para suporter jika rivalitas hanya 90 menit di lapangan.

"Kita bebas mau bersuara bernyanyi lantang, tetapi tetap menjaga ketertiban bersama jangan sampai mengganggu ketertiban umum. Dan kita juga sudah membicarakan memberikan masukan bahwa rivalitas itu hanya 90 menit di lapangan, tapi setelah itu selesai, kita semua saudara karena pertandingan itu harus ada yang kalah dan menang. Itu namanya permainan," aku Agus.

Penasihat Brigaz Bali, Ahmad Bersih menjelaskan, ada beberapa hal harus diperhatikan kelompok suporter dari Brigaz Bali untuk mendukung tim kesayangan. Hal itu juga yang selalu dijelaskan ke para anggota kelompok suporter.

Kelompok suporter dilarang membawa flare saat membela tim kesayangan di stadion. Termasuk dilarang membuat chant bernada provokatif dan rasis. Karena psy war dengan cara ini sangat rentan membuat perpecahan dengan suporter lawan.

"Kami selalu edukasi ke anggota, ngechant di tribun sah-sah aja, tapi tidak ada bahasa provokatif atau suara rasis. Kami harus selalu respect dan menghormati suporter tamu yang datang ke kandang kita di Stadion Dipta. Tidak ada lemparan apapun ke luar tribun apalagi ke tengah lapangan," paparnya.

Sebagai suporter Bali United senior, Ahmad Bersih juga selalu mengajak para suporter untuk tetap welcome dengan suporter tamu mendukung tim kesayangannya di Stadion Kapten I Wayan Dipta.

Ia juga sejak awal melakukan edukasi ke rekan-rekan sesama suporter untuk bisa menerima apapun hasil pertandingan. Menurutnya menang, kalah, seri adalah hal sangat lumrah dalam sebuah pertandingan.

Menurut Ahmad Bersih, menerima apapun hasil pertandingan merupakan hal yang sangat mendasar dalam membela tim kesayangan. Filosofi fair play juga harus dijunjung tinggi, di atas kemenangan tim.

"Apapun hasilnya, tetap fair play yang paling utama. Rivalitas hanya 90 menit, sisanya kita saudara. Sepak bola adalah hiburan," jelasnya.

Jikapun ada hal yang akan disampaikan kelompok suporter, menurutnya Brigaz Bali selalu mengedepankan cara-cara yang tidak merugikan klub. Biasanya jika ada hal yang akan disampaikan ke pihak manajemen klub, perwakilan kelompok suporter meminta waktu bertemu dengan pihak manajemen, melalui koordinator dari manajemen klub yang khusus mengurus kelompok suporter.

"Penyampaian aspirasi suporter tidak harus dengan unjuk rasa atau tindakan-tindakan anarkis lainnya. Hal itu haram hukumnya bagi kami Brigaz Bali, khususnya Semeton Bali umumnya," jelasnya.

Baca Juga: Suporter BCS Pemain ke-12 PSS Jadi Nyawa Tim Super Elang Jawa

6. Klub berperan penting berikan pendewasaan suporter agar tidak fanatisme berlebihan

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasSuasana doa bersama untuk korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan bersama pemain dan warga pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Ketua Umum Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Asprov PSSI) NTB, Mori Hanafi mengatakan, pihaknya telah meminta kepada seluruh klub membina dan edukasi terhadap kelompok suporternya. Klub sepak bola juga diminta mempunyai media sosial sebagai salah satu media efektif menjalin komunikasi dengan para suporter.

Mori menyatakan, klub berperan penting memberikan pendewasaan kepada para suporter agar tidak fanatisme yang berlebihan. "Karena pertandingan sepak bola ini pada akhirnya ada yang menang dan kalah. Kita harus siap kalah. Gak boleh ketika kalah tidak siap. Sehingga apa yang terjadi di Kanjuruhan, tidak terjadi di NTB," kata Mori.

Pria menjabat Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi NTB ini menambahkan, dukungan suporter di stadion ketika klub didukungnya bertanding, masih terkendali. Ia menyebut belum ada fanatisme berlebihan suporter sepak bola di NTB seperti yang terjadi di Pulau Jawa.

"Tapi sebelum sampai ke situ, tingkat kekeluargaan harus kita perkuat. Sampai saat ini hubungan antara pemilik klub dengan suporter di NTB cukup baik. Hal-hal yang bisa menjadi pemicu gesekan antar suporter kurang," tandas Mori.

Ketua Umum SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir menjelaskan, selalu mengingatkan anggota SMeCK Hooligan tetap menjaga sikap untuk kondusif di jalan hingga stadion. “Sebelum pertandingan biasanya kita selalu menggelar rapat dengan basis-basis yang ada," urainya.

"Di situ kita manajemen untuk koreo di tribun. Dari situ kita juga mengingatkan untuk jangan sampai ribut di jalan pergi maupun pulang dari stadion. Begitu juga di stadionnya. Dan itu bisa diterapkan kepada seluruh anggota. Karena yang dibutuhkan itu suara, jadi saya bilang kalau memang kalian cinta PSMS kasihkan, luangkan semua suaramu yang ada di hatimu,” tukasnya.

Termasuk juga menjaga kondusifitas dengan kelompok suporter PSMS lainnya. Diakui Lawren bukan hal yang mudah menjaga emosi saat tim kalah. Saat ini SMeCK Hooligan berusaha lebih dewasa untuk menyikapi kekalahan. Kritik-kritik biasa mereka sampaikan lewat spanduk ataupun bicara langsung ke manajemen.

"Namun, kalau kalah juga sempat ribut karena tidak terima dengan hasil kekalahan tapi lama-lama berpikir gak ada gunanya. Sehingga, harus disampaikan kepada anggota agar bisa diterima untuk tidak meluapkan emosional saat pertandingan tersebut PSMS Medan kalah. Meskipun sebenarnya banyak yang masih temperamen. Tetap kita sampaikan dan kasih pandangan kalau kalah,” tuturnya.

Di Provinsi Banten, ada sejumlah tim sepak bola di masing-masing kabupaten dan kota. Salah satunya Perserang, tim kebanggaan Kabupaten Serang. Mereka memiliki basis suporter bernama Bala Singandaru (Balsing).

Ketua Umum Balsing, Daeng mengatakan, peristiwa suporter turun ke lapangan pernah terjadi saat Perserang kalah saat kontra PSKC Cimahi dalam laga putaran pertama Liga 2, beberapa pekan lalu. Kendati tidak sampai menimbulkan kerusuhan dan korban jiwa, namun dia menilai insiden itu sangat merugikan. "Dari kejadian itu kita (Perserang) didenda Rp25 juta," kata Daeng saat dikonfirmasi, Jumat (7/10/2022).

Pengurus Balsing pun lantas berbenah dan melakukan rangkaian pertemuan untuk mengantisipasi kejadian tidak diinginkan dampak dari kekecewan akibat kekalahan demi kekalahan dialami tim tercintanya saat berlaga di putaran pertama liga 2.

Suporter menggelar aksi boikot saat laga Perserang berikutnya untuk mengantisipasi kekecewaan mendalam yang bisa menimbulkan peristiwa kerusuhan di lapangan. Suporter tetap datang ke stadion, namun tidak masuk dan memberi dukungan langsung di tribun penonton.

"Kita tidak ingin ketika tidak menang ada oknum turun ke lapangan atau menghujat pemain. Makanya kita bikin aksi di luar karena bahaya jika suporter tidak menerima tim kalah," katanya.

Daeng mengatakan, rutin melakukan pertemuan bersama manajemen Perserang untuk mengantisipasi ricuh setiap laga. Ia tak ingin, suporter membuat hal yang negatif merugikan banyak orang. "Banyak kecewa ketika timnya kalah. Memang secara ikatan emosional sudah terbangun untuk mendorong klub lebih baik," katanya.

Tidak bisa dipungkiri gesekan antar suporter sempat terjadi beberapa kali. Hal tersebut juga terus diupayakan direda. Rasa kekecewaan atas kekalahan tim terkadang menjadi pemicu gesekan ataupun kericuhan.

“Sebenarnya rasa cinta yang sangat besar itu, tapi ya tidak boleh membabi buta. Kekecewaan (memicu) tingkat emosional orang beda-beda, cara menyampaikan beda-beda, menyalurkannya beda, ada yang mancing-mancing. Kadang kan ya kalah, kita kecewa pasti, tapi yo legawa jembar atine lah,” ucap Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin, atau yang akrab disapa Thole

Dalam sepak bola ada menang, seri atau kalah. Ia menyadari masing-masing sikap orang menerima kekalahan berbeda-beda. Dari DPP Brajamusti menko yang terkait juga terus memberi edukasi, membuat forum. Dikhawatirkan jika terjadi kerusuhan atau semacamnya justru akan merugikan klub yang dicintai.

Penyelesaian jika ada masalah juga diupayakan dari internal Brajamusti terlebih dahulu. Edukasi seperti pemasangan banner saat pertandingan, edukasi saat di dalam stadion hingga di jalan raya selalu diingatkan.

“Biar kita sek ngelekke (yang negur). Edukasi tidak lelah, biasanya per pertandingan di evaluasi, jangan sampai ada kejadian (kerusuhan). Adek-adek alhamdulillah mengerti. Kita suporter dukung tim beli tiket, kontribusi beli tiket mendukung. Kalau kita belum bisa menghidupi, jangan merugikan tim. Selalu kita tekankan kepada anggota juga,” ucap Thole.

Koordinator Brigata Curva Sud (BCS), Zulfikar mengutarakan, forum-forum sub BCS turut menyertakan edukasi terkait bagaimana bersikap selama di stadion, baik sesama suporter atau pun dalam menyikapi hasil laga. Ia mengklaim, setiap anggota baru BCS pasti sudah memahami adab dan etika menonton pertandingan bola.

"Kita punya medsos isinya edukasi semua, gak ada ujaran kebencian. Melalui medsos kita juga doktrin rekrut anggota. Edukasi juga untuk jualan, dulu lima tahun pertama kita banyak pesan yang kita sampaikan lewat merchandise, isinya juga hasil forum yang kita lalui," kata Fikar.

Koordinator BALA Fans, Kori Andrian, mengatakan, komunikasi dan koordinasi antara manajemen BALA Fans dengan tim sepak bola di Lampung, terkhusus Badak Lampung FC disebut terjalin cukup baik, hingga mampu melahirkan peran vital atas keharmonisan di tiap laga sepak bola.

Hubungan baik BALA Fans selama ini juga terjalin baik dengan aparat penegak hukum kepolisian. Pasalnya, jajaran Polresta Bandar Lampung ikut andil mengedukasi para suporter untuk bersikap tertib. Semisal, jika hendak digelar pertandingan besar bakal menghadirkan jumlah penonton banyak.

Untuk itu, BALA Fans ikut diajak mengkomunikasikan mengupayakan pencegahan-pencegahan berpotensi kericuhan bisa terjadi dalam laga besar tersebut. "Terkadang rapat semacam ini melibatkan instansi-instansi lain, itu menjadi suatu kebanggaan buat kita. Artinya, keberadaan kami ini dianggap dan komunikatif, jadi saling berbagi informasi untuk menanggulangi potensi terjadi," katanya.

Sebagai panglima atau orang tertinggi di Laskar Ayam Jantan (LAJ), Daeng Uki sadar untuk memanfaatkan teknologi dalam mengontrol para anggota LAJ kini punya Kordinator Wilayah atau Korwil berada di 40 kabupaten/kota.

"Sekarang kan era digital ya, kita ada group WA (WhatsApp) sendiri, jadi di situ kita bisa diskusi, memberikan edukasi dan juga saling koordinasi. Saya sering itu berikan informasi tentang apa yang kita lakukan jika tim kita ini kalah atau menang, begitu," ujar Daeng Uki.

"Jadi setiap ada sesuatu yang berhubungan dengan pertandingan itu saya bisa kontrol dan tahu apa yang terjadi di sana," lanjutnya.

Menurutnya, para suporter PSM Makassar tidak perlu hanya menerima motivasi saat menang maupun saat kalah. Tapi harusnya, sebagai ketua, presiden, panglima atau orang yang dipercayai memimpin kelompok suporter bola agar siap memberi provokasi.

"Kita memang perlu untuk memprovokasi para suporter untuk tetap semangat, tetap menyanyi supaya tim kesayangan itu selalu bersemangat main. Begitupun saat kalah itu bagaimana kita beri mereka sesuatu yang euforia tapi tidak berlebihan," jelasnya.

7. Pentingnya fans relation menjembatani suporter dengan manajemen klub

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasPara pemain Persebaya menyapa penggemarnya, usai melangsungkan laga di Liga 2 2019 (foto hanya ilustrasi). (IDN Times/Herka Yanis).

Koordinator Bonek Green Nord, Husein Ghozali mengatakan, hubungan Bonek dengan manajemen Persebaya, biasanya suporter dijembatani oleh fans relation pihak Persebaya.

"Harusnya masing-masing klub itu ada fans relation, sepengetahuan saya kalau kita tidak ada komunikasi dengan fans relation, kita harus menyampaikan langsung ke atas. Tapi selama ini ada komunikasi sudah bagus adanya fans relation ini," kata Cak Conk sapaan akrabnya.

Adanya fans relation imbuhnya, membuat komunikasi manajemen Persebaya dengan Bonek menjadi dua arah. Kalau ada informasi dari pihak manajemen langsung disampaikan ke suporter. Begitu sebaliknya, ada aspirasi dari Bonek disampaikan ke fans relation.

Konsep seperti itu, bagi Cak Conk, sudah seperti di luar negeri. Dia mengakui, sedikit banyak, suporter yang ada di Indonesia memang mengadopsi suporter dari luar negeri. Mayoritas berkiblat ke Eropa dan Amerika Latin. "Tapi kita gak memperdulikan kulturnya apa, mahzabnya apa, asal kalau masuk (Bonek) Green Nord, rule (aturannya) harus dipatuhi bersama," tegas Cak Conk.

Korwil Aremania Jalur Gaza, Sam Amin menjelaskan, selama menjadi korwil, ia memang tak dinaungi oleh manajemen klub. Ia hanya sering melakukan pertemuan. "Kalau bahasa menaungi ya apa ya, kalau ada insiden apa, ya manajemen Arema ikut belasungkawa, ikut memberi santunan," sebutnya.

Manajemen klub juga sering kali datang jika Aremania mengadakan deklarasi. Manajemen Arema selalu mendukung segala kegiatan diadakan Aremania. Selama ini, Arema dan Aremania memang tak pernah menjadwal pertemuan rutin. Mereka hanya bertemu saat akan ada pertandingan home.

"Seperti pertandingan Arema vs Persebaya kemarin, korwil kayak saya ini diundang untuk Rakor (Rapat Kordinasi) di kantor Arema," jelasnya.

Penasihat Brigaz Bali, Ahmad Bersih mengatakan, pihak klub biasanya memiliki agenda rutin untuk melakukan pertemuan dengan perwakilan kelompok suporter Bali United. Biasanya pertemuan besar digelar saat awal liga bergulir.

Sampai saat ini, elemen suporter Bali United atau Semeton Dewata terus berkembang dan terdiri dari beberapa kelompok. Selain Brigaz Bali, ada juga Semeton Dewata Bulldog, NSB12, SM69, Basudewa dan sebagainya.

"Kami suporter Bali United, khususnya Brigaz Bali rasa cinta kami ke klub, kami tunjukkan dengan selalu menaati aturan. Misalnya selalu beli tiket, selalu memberikan support ke pemain dalam keadaan apapun, selalu ada perwakilan dari kami untuk mengawal klub jika main away (di luar kandang)," jelasnya.

Wakil Ketua Bartman, Jejen menjelaskan, rutin melakukan pertemuan bersama manajemen Barito Putera untuk mengantisipasi ricuh setiap laga. Ia tak ingin, suporter membuat hal negatif merugikan banyak orang. Baginya, kalah menang setiap pertandingan adalah hal yang lumrah dan biasa, yang terbaik adalah bagaimana saling menjaga kesatuan.

"Apa pun hasilnya pasti kita apresiasi, kalau kalah kita evaluasi dan memberi kritik membangun. Memotivasi pemain untuk bangkit, pertemuan dengan manajemen untuk perbaikan, hal-hal seperti itu lebih kami jalankan dan tentu menghindari hal anarkis yang bisa merugikan banyak pihak," katanya.

Suporter PS Bima Sakti, Bram Abdollah menjelaskan, suporter sebagai pemain ke -12 dalam sepak bola juga perlu mendapatkan perhatian dari klub. Klub-klub sepak bola perlu memberikan edukasi dan menggelar pertemuan rutin dengan suporternya. Sehingga, insiden-insiden yang tidak diinginkan dalam pertandingan sepak bola dapat dihindari.

"Meskipun klub yang didukung kalah, harus diterima. Yang menang jangan memprovokasi yang kalah. Sehingga atmosfer sepak bola di NTB menjadi lebih baik," ujarnya.

Bram mengatakan, suporter sepak bola di NTB ada dibentuk oleh klub. Tetapi tidak sedikit yang dibentuk oleh masyarakat. Jika mereka melihat ada klub yang bermain bagus, maka dengan sendirinya akan mendukung klub tersebut.

"Sehingga penting klub melakukan pertemuan dengan suporternya. Supaya suporter tetap tenang tidak memancing satu sama lain seperti di Kanjuruhan. Karena fanatisme yang berlebihan akan memunculkan peristiwa anarkis," ucapnya.

8. Kopi darat antar sesama suporter meski beda organisasi demi hindari konflik

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasSuporter tim sepak bola berkumpul di Stadion Mandala Krida sebagai bentuk duka cita atas tragedi Kanjuruhan.IDN Times/Herlambang Jati

Qusoi, Ketua Ultras Palembang sebagai pendukung Sriwijaya FC (SFC), menyampaikan, Qusoi dan organisasi suporter lainnya sering mengadakan pertemuan rutin sesama suporter untuk membangun kekompakan agar terhindar konflik. Termasuk berbagi ide dengan kelompok lain.

"Melihat masalah lalu, kami Ultras Palembang sering mengadakan kopi darat di luar stadion. Ini supaya mencegah hal tidak baik walaupun beda warna dukungan. Sekadar sharing dan memikirkan masa depan tim cukup membangun kebersamaan," jelasnya.

Sementara apabila masih ada selisih paham sesama suporter, baginya hal itu wajar asal masih dalam batas normal dan tidak merugikan satu sama lain. Sebab dari banyak kepala, tentu akan ada perbedaan yang muncul. Bahkan suporter sudah ada wadah untuk bertemu dengan manajemen Sriwijaya FC.

"Sekarang sudah lebih rutin silaturahmi dengan manajemen. Ada kalanya kita dilibatkan dalam event-event untuk menyuarakan keinginan suporter. Harapan ke depan supaya tidak ada lagi tragedi buruk, karena biasanya masalah konflik ini lebih sering dilakukan pendukung nonresmi kelompok suporter yang berusia muda, belum paham cara mendukung yang baik," jelasnya.

Sebagai upaya menjalin kedekatan antara suporter dengan tim, manajemen Badak Lampung FC juga mengklaim telah menempatkan orang-orang khusus mampu menjalin kedekatan dan komunikasi intens ke masing-masing kelompok suporter. Tujuannya, tak lain guna mengedukasi pendukung dan upaya mengantisipasi terjadinya aksi-aksi anarkis.

"Beberapa kesempatan kita sering mengadakan pertemuan (antar perwakilan tim dan suporter), ada atau tidaknya masalah pasti kami mengupayakan komunikasi kedua pihak. Pernah suatu waktu, kita mengundang langsung perwakilan suporter untuk menyampaikan masukannya kepada manajemen tim hingga para pemain," terang Media Officer Badak Lampung FC, Imam Rizaldi.

Lebih lanjut tatkala tim tengah meraih hasil pertandingan kurang maksimal, Imam menuturkan manajemen juga akan menyampaikan langsung permohonan maaf dan mengakui kekalahan tersebut. Namun tentu, hal tersebut harus diiringi sederet upaya perbaikan, baik dari sisi manajemen tim hingga para pemain.

"Kita harus lebih mengakui sampai permohonan maaf di muka publik, kalau kita mengelak dan menyalahkan siapa-siapa ini justru memperkeruh suasana. Biasanya seperti ini, kita juga langsung mengadakan pertemuan dengan mereka," tandas dia.

9. Saat klub kalah bertanding, perlu mitigasi risiko kepada suporter

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasSuasana doa bersama dan tabur bunga untuk korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan bersama pemain dan warga pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Antara suporter dan tim seperti mempunyai simbiosis mutualisme, suporter memberikan semangat kepada tim atau klub, sementara manajemen klub mendukung hal itu dengan memberikan jatah tiket kepada suporter.

"Jatah tiket disiapkan sesuai jumlah anggota kelompok suporter. Kalau dulu, kita Panpel mendistribusikan tiket ke kelompok suporter. Sekarang beda, karena sistem penjualan tiket kan sudah berbasis online," jelas Media Officer PSM Makassar, Sulaiman Abdul Karim.

"Selain memberikan tiket, kami juga sering memberi edukasi suporter lewat imbauan. Setiap pertandingan juga selalu disampaikan agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan klub dan tentu diri suporter," tambahnya.

Lalu, bagaimana peran klub atau manajemen saat PSM Makassar kalah, hingga memicu kemarahan sebagian suporter?. "Terkait itu, kita selalu ada mitigasi risiko. Jadi sebelum hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi, kita sudah antisipasi. Salah satunya adalah mengedukasi suporter, memperketat sistem tiketing juga bagian dari mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Sulaiman.

“Tapi alhamdulillah, suporter PSM Makassar sampai saat ini sudah sangat dewasa. Para suporter PSM mendukung tim, baik disaat kalah atau menang," kata Sulaiman.

Bali United Community Relation Officer, Anang Wahyudi, mengatakan, pembinaan terhadap kelompok suporter Bali United dilakukan secara berkelanjutan. Baik pada saat ada acara komunitas, match home atau pertandingan di kandang.

"Bahkan dari hasil diskusi dengan suporter melalui komunitas suporter, kami sering melakukan berbagai kegiatan di luar stadion, seperti bakti sosial di setiap agenda komunitas suporter," jelasnya, Rabu (5/10/2022).

Jika Bali United mengalami hasil minor dan ada hal ingin disampaikan suporter, biasanya Anang mendatangi satu per satu komunitas untuk bertukar pikiran. "Biasanya kita datangi satu per satu ke setiap komunitas, ataupun kita agendakan pertemuan dengan semua komunitas di satu titik," jelasnya.

Direktur Teknik Sriwijaya FC, Indrayadi, kehadiran suporter di lapangan saat tim bertanding tidak bisa dipungkiri memacu semangat pemain. Euforia suporter di stadion mampu membangun kekuatan ekstra.

"Dukungan sangat penting untuk mendorong performa permainan. Itulah kenapa kita selalu menyebut suporter sebagai pemain kedua belas. Persentase kehadiran mereka di lapangan berpengaruh terhadap kemampuan bermain," kata dia.

Menurut Indrayadi, bentuk apresiasi klub terhadap suporter adalah membuka jalan apabila kelompok pendukung Sriwijaya FC ingin mengajukan sesuatu atau menyatakan pendapat untuk kebaikan tim.

"Tentu dengan musyawarah dan mufakat, keinginan mereka (suporter) bisa kita realisasikan. Selama ini ada beberapa laga di luar home yang kita juga sedikit bantu untuk support Sriwijaya FC," jelasnya.

Media Officer Badak Lampung FC, Imam Rizaldi mengatakan, selama mengarungi kompetisi di Tanah Air, kelompok suporter sepak bola di Lampung, termasuk BALA Fans tidak pernah membuat repot manajemen klub. Aksi kerusuhan di dalam maupun luar lapangan tergolong tidak pernah terjadi, itu sekalipun dalam laga-laga melawan tim besar yang dikenal memiliki basis suporternya masing-masing.

"Pernah di 2019, waktu itu kita tuan rumah melawan Persija yang penontonnya meluber ke shuttle ban lapangan. Alhamdulillah semuanya aman terkendali, suporter kita juga sangat tertib dan kebanyakan penonton masuk lapangan pendukung tim lawan," ingatnya.

Selain itu, manajemen suporter juga mampu menyampaikan aspirasi atau masukan terhadap tim dengan cara-cara komunikasi dan koordinasi yang baik. "Kami bersyukur memiliki suporter yang sangat tertib, keberadaan mereka amat penting sebagai tim ke-12. Terlebih dalam laga away, walaupun tidak banyak dukung yang disampaikan dari tribun penonton tetap terasa untuk tim," sambung dia.

Terkait dukungan manajemen Badak Lampung FC kepada para suporter, pihaknya selama ini bukan hanya sekadar memberikan dukungan secara moril. Melainkan juga materil berupa barang, hingga diskon tiket kepada kelompok-kelompok suporter resmi terdaftar di manejemen klub.

"Misalkan mereka butuh drum kita upayakan fasilitas kebutuhan seperti apa, kami juga biasanya memberikan tiket gratis atau rate khusus untuk suporter dikenal loyal mendukung Badak Lampung FC. Tiket itu biasanya puluhan hingga ratusan, bagaimana masing-masing laga," sambung Imam.

10. Tragedi Kanjuruhan suporter sepakat berdamai

Menyelami Suporter Bola Indonesia, Cinta dan Loyalitas Tanpa BatasSuporter tim sepak bola berkumpul di Stadion Mandala Krida sebagai bentuk duka cita atas tragedi Kanjuruhan.IDN Times/Herlambang Jati

Tragedi Stadion Kanjuruhan memberikan pelajaran penting bagi seluruh suporter di Indonesia bahwa rivalitas, perselisihan dan kerusuhan bukanlah menjadi jawaban untuk meluapkan emosi yang berlebihan. Melalui tragedi tersebut, seluruh suporter sepakat untuk berdamai dengan siapa pun dan bertekad tidak ada lagi rivalistas di luar pertandingan.

Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong, mengatakan, mulai Selasa (4/10/2022), tiga suporter sepak bola yakni Persis Solo, PSIM Yogyakarta, dan PSS Sleman sepakat untuk berdamai. Ketiganya menyerukan hashtag perdamaian #MataramIsLove.

Gondrong mengatakan, perdamaian tersebut menjadi babak baru dunia sepak bola di Indonesia. "Tanpa sedikit pun mengesampingkan tragedi di Stadion Kanjuruhan, ini menjadi hal positif ke depan. Rivalitas yang cukup lama antara Solo dan Jogja, akan kita bangun kembali untuk hal-hal yang positif," ujarnya.

Maryadi berharap, upaya rekonsiliasi suporter DIY-Jateng tersebut bisa berlanjut ke depan dan berkelanjutan. "Harapan kita seperti itu, agar tidak ada korban-korban yang berjatuhan. Kita bikin bahwa suporter ini jangan identik dengan kebrutalan tapi identik dengan kreativitas," pungkasnya.

Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin mengatakan, semua telah berkomitmen, khususnya para pendukung di DI Yogyakarta dan Solo untuk menjalin hubungan lebih baik. Komunikasi yang lebih intens akan dilakukan. Diharapkan tidak perlu melihat ke belakang kejadian-kejadian yang kurang baik.

“Gak usah noleh ke belakang, buka lembaran baru. Menghilangkan kebencian yang selalu kita umbar, atas nama militansi rivalitas yang menurut saya semu. Generasi ini kan paling tidak mewariskan generasi berikutnya bahwa nonton sepak bola itu go gawe seneng ojo sepaneng (buat senang-senang, tidak tegang). Lama-lama kalau kejadian terus (kerusuhan) orang gak mau ke stadion. Kesannya stadion malah tidak menyenangkan,” kata Thole.

Momen tragedi Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022 menewaskan ratusan Aremania jadi titik balik bagi BCS dan suporter klub rival macam Brajamusti dan Maident, kemudian Pasoepati dan fans-fans lainnya untuk mengakhiri permusuhan, kebencian, juga dendam.

Serangkaian acara doa digelar di Stadion Mandala Krida, markas PSIM Yogyakarta dan Stadion Maguwoharjo jadi momentum menjalin persaudaraan sesama suporter.

"Kita fokusnya sama-sama satu visi, menyuarakan kejadian di Kanjuruhan itu. Bentuk solidaritas. Kedua, dengan meninggalnya ratusan orang ini masa kita kelompok suporter masih mau menanamkan kebencian," tutur Koordinator BCS Zulfikar.

"Kita penginnya sudah cukup, jangan ada lagi nyawa yang melayang gara-gara sepak bola yang sejatinya itu hiburan. Kita yang di DIY bercita-cita jangan anak cucu kita masih mewarisi budaya kebencian terhadap rival. Kita ingin memutus mata rantai itu. Ada tidak ada momen, harus (diputus)," ucapnya.

Tim Penulis:

Ardiansyah Fajar, Khusnul Hasana, Debbie Sutrisno, Larasati Rey, Wayan Antara, Sri Wibisono, Muhammad Nasir, Indah Permatasari Lubis, Feny Maulia Agustin, Khaerul Anwar, Herlambang Jati Kusumo, Tunggul Damarjati, Dahrul Amri Lobubun, Tama Yudha Wiguna.

Baca Juga: Sepak Terjang BALA Fans, Suporter Bola Lampung Eksis 24 Tahun

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya