Mengenal Budaya dan Tradisi Lampung dari Seniman Mural
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Hanya ada dua peserta solo dalam Lomba Mural Milenial Fest 2023. Selebihnya, atau 32 peserta lainnya merupakan tim beranggotakan dua orang, sehingga penampilan mereka dalam menyelesaikan mural sendirian terlihat mencolok.
Seperti peserta asal Kemiling Bandar Lampung, Cupa. Belum genap 6 jam waktu berjalan, Cupa sudah berhasil menyelesaikan sekitar 80 persen pekerjaannya. Di mana total waktu dari panitia untuk menyelesaikan mural hanyalah 8 jam saat lomba digelar, Selasa (13/6/2023).
Padahal, gambar mural Cupa cukup rumit. Ia mengusung tema cinta budaya dengan menyelipkan sedikit unsur nasionalisme. Untuk simbol budayanya, ia memasukkan Sekura yakni tarian khas dari Lampung Barat.
“Sekura atau Topeng Sekura ini semacam tarian dalam pesta rakyat Lampung Barat. Waktu itu juga pernah ditampilkan di Festival Krakatau. Biasanya pesta rakyat ini kita lihat tiap abis lebaran di sana (Lampung Barat), masih ada kok sampai sekarang tradisi ini,” katanya pada IDN Times, Selasa (13/6/2023).
Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Wali Kota Eva Sampaikan Pesan Untuk Geng Motor
1. Melukis sendiri memiliki rasa kepuasan berbeda
Cupa menyatakan, melukis sendiri itu rasanya lebih puas. Apa yang mau disampaikan itu bisa tersampaikan semua.
Cupa juga mengatakan pengalamannya di dunia mural sudah nyaris 19 tahun lamanya. Sehingga ia sudah terbiasa melukis, khususnya di media berukuran 1x2 meter persegi.
2. Media kecil menjadi alasan seniman ini bisa menyelesaikan mural sendirian
Peserta mural beranggota satu orang lainnya adalah Enchus. Seniman asal Lampung Selatan dengan membawa nama sanggar seninya yakni Omah Gedhek. Sama seperti Cupa, Enchus juga memilih tema cinta budaya dalam muralnya.
“Saya sendiri karena memang diperbolehkan oleh panitia satu orang. Gak ada alasan lain. Kalau ditanya bisa gak menyelesaikannya, bisa banget. Soalnya ini medianya cukup kecil jadi insya Allah bisa,” katanya.
Enchus mengaku mengetahui informasi lomba ini melalui Forum Pelukis Lampung. Ia sengaja berpartisipasi dalam lomba untuk bersilaturahmi antar seniman di Lampung dan ingin merebut juara dalam lomba.
3. Cerita dibalik pemilihan Pencak Khakot sebagai tema mural
Dari tema cinta budaya, Enchus memilih Pencak Khakot sebagai poin utama gambarnya. Pencak Khakot dikenal juga sebagai pencak silat khas Lampung.
Seni bela diri ini biasa ditampilkan untuk menyambut pengantin, atau menyambut tamu dalam upacara adat di Lampung. Pencak Khakot juga sudah ada sejak Lampung masih berbentuk kerajaan.
“Menurut saya rasa patriotisme dari Pencak Khakot ini malah lebih tinggi ya, selain itu kaitannya dengan budaya itu juga ada karena ini adat Lampung. Selain untuk mengingatkan generasi sekarang akan budaya Lampung, saya juga ingin menunjukan kalau Lampung ini sebenarnya kuat lewat Pencak Khakot,” ujarnya.
4. Hadiah lomba digunakan untuk kegiatan sanggar lukis
Enchus juga membagikan pengalamannya dalam menggambar mural. Untuk ukuran mural paling besar pernah ia gambar adalah di media berukuran 20x15 meter. Untuk menyelesaikan mural dengan media sebesar itu ia menghabiskan waktu satu minggu.
“Kalau menggambar mural di media yang lebih kecil seperti ini kesulitannya ada di pelaksanaannya. Kadang kita kan udah mendesain, tapi seharusnya terkadang harus kita desain ulang karena medianya minimalis,” imbuhnya.
Jika nantinya Enchus berkesempatan untuk menjadi juara, ia mengatakan akan memanfaatkan uang hadiahnya untuk komunitas Omah Gedhek, yakni komunitas melukis gratis untuk anak-anak di Lampung Selatan.
Baca Juga: Lomba Mural di Milenial Fest 2023, Melukis di Gedung Parkir Pemkot