Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala BNN Provinsi Lampung, Brigjen Edi Swasono. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Bandar Lampung, IDN Times - Tabuh genderang perang terhadap narkotika terus disuarakan Edi Swasono, sosok Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen Pol) pengemban jabatan Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) Provinsi Lampung. Sepak terjangnya memberantas peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang tak perlu diragukan.

21 tahun bertugas sebagai perwira polisi, hampir setengah perjalanan karier Edi Swasono berfokus upaya pemberantasan narkotika di Tanah Air. Tak ayal, sederet kasus besar lengkap akan kerasnya lika-liku pengungkapan telah ia rasakan.

Namun siapa sangka, sosok pria asal Sleman, Yogyakarta ini justru bergabung di dunia kepolisian berawal dari kata 'coba-coba', hingga kini sukses menyematkan bintang di pundaknya.

Berikut IDN Times bagikan kisah inspiratif Brigjen Pol Edi Swasono, saat ditemui langsung di ruang kerja Kepala BNN Provinsi Lampung, Kamis (30/9/2021).

1. Berasal dari keluarga biasa dan tak pernah terpikir menjadi perwira polisi

Default Image IDN

Brigjen Edi tumbuh besar di Sleman, Yogyakarta dan menamatkan bangku sekolah tingkat SD, SMP, hingga SMA di daerah setempat. Bercita-cita sebagai aparat penegak hukum pun tak pernah terpikirkan. Pasalnya sebagai besar anggota keluarga justru berprofesi Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Bapak saya cuma guru SD dan ibu tidak bekerja. Saya anak nomor 8 dari 9 bersaudara, kami juga besar dari keluarga dengan ekonomi biasa-biasa saja. Artinya dari kalangan bukan siapa-siapa," ujar Edi, sedikit mengenang kehidupannya.

Pascamenamatkan bangku SMA, Edi muda justru berniat melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. Ia pun mendaftar dan berhasil diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia juga mencoba peruntungan dengan mendaftar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

Justru itu mengantarkannya guna menapaki karier sebagai perwira polisi, usai bersangi dengan kurang lebih 5.000 pendaftar lainnya di Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta. "Waktu itu ada sekitar 40 orang yang lolos seleksi tingkat daerah untuk dikirim ke Magelang dan alhamdulillah saya diterima bersama 20 orang lainnya. Saya 5 orang terpilih masuk anggota Polri mewakili DIY," sambung Edi.

2. Pegang teguh pesan orangtua

ILUSTRASI (images.app)

Berawal dari kata coba-coba dan atas seizin kedua orangtua, Edi pun akhirnya resmi bergabung Korps Bhayangkara di tahun 1987. "Jujur saja, saya ingat sekali pendaftaran masuk Akabri benar-benar gratis," kata dia.

Edi menyampaikan, satu hal pesan kedua orangtua hingga kini terus dipegang teguh dalam menapaki hidup. Termasuk, menjalankan tugas sebagai abdi negara yaitu, tidak melalaikan persoalan ibadah kepada sang pencipta.

"Ibu bapak juga ingatkan saya untuk tidak boleh sombong, tidak boleh adigang adigung adiguno (tidak berlaku semena-mena), tapi paling menyentuh dan wajib dijalani tidak boleh meninggalkan shalat," ucap pria kelahiran 30 April 1969 tersebut.

3. 11 tahun meniti karier di Lampung

google.com

Seiring berjalan waktu, Brigjen Edi pun menyelesaikan pendidikan di Akabri pada 1990 (Dira Brata) dan memulai karier di Bidang Reserse. Itu dengan menempati jabatan pertama sebagai Kasatreskrim Polres Sopeng di Polda Sulawesi Selatan Tenggara (Sulsera), saat ini menjadi Sulawesi Selatan.

Tepat tahun 1999, Edi mendapat penugasan sebagai Serena bagian Dalpro (pengendalian program) Polda Lampung, posisi tersebut mengantarkannya ke Sai Bumi Ruwa Jurai pertama kali.

"Alhamdulillah kalau wilayah penugasan, lima pulau besar di Indonesia sudah dijelajahi. Saya memang banyak berkecimpung di dunia Serse Narkoba dan setengah perjalanan karier atau kurang lebih 11 tahun saya habiskan di Lampung," terangnya.

Menurut Edi, Lampung tak ubahnya telah menjadi kampung halaman kedua, dengan merepresentasikannya sebagi 'Indonesia Mini' lantaran memiliki banyak keberagaman.

"Semua suku di sini ada, kebhinnekaan sangat terjaga meski terkadang sedikit terjadi konflik sosial. Perkembangan Lampung juga sangat pesat sekali, bukti geliat ekonomi Lampung sangat luar biasa," tambah Edi.

4. Dua pengungkapan kasus masih membekas di memori ingatan

Peredaran ganja lintas provinsi seberat 52 Kg berhasil diungkap BNNP Lampung (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Puas malang-melintang di dunia reserse narkoba, Edi menyebut ada dua pengungkapan kasus yang hingga kini masih membekas di memori ingatan dan keduanya sama-sama terjadi di Lampung. Itu bila ditakar dari dua sisi yaitu, kuantitas dan kualitas kasus.

Pertama, pengungkapan 11 ton ganja hendak diselundupkan melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Kedua, peredaran sekaligus penyalahgunaan narkotika menyeret salah satu mahasiswi kedokteran.

"Jadi orangtua mahasiswi ini kebetulan tetangga saya, waktu menjabat Kasatnarkoba Polda Lampung (Dirnarkoba). Orangtuanya mengeluh karena si anak berubah drastis sampai tidak mau kuliah lagi, sebab dekat dengan pria pemakai ganja," ungkap Edi.

Menerima aduan itu, hati Edi pun tergerak dan langsung mengerahkan tim untuk mengungkapkan kasus penyalahgunaan narkotika tersebut dan berhasil mengamankan seorang bandar jaringan Aceh di Bandar Lampung, berikut barang bukti 50 Kg ganja serta lima tersangka.

"Berkat tertangkapnya si pemuda, membuat mahasiswi seperti tersadar dan mau kembali melanjutkan kuliahnya. Saya terenyuh ketika orangtuanya datang ke rumah, sambil membawa mainan untuk anak saya. Ini menjadi kepuasan batin luar biasa," terang dia.

5. Bermain golf segarkan pikiran

hellehollis.com

Di waktu libur saat sedang tidak bertugas, Edi juga selalu menyempatkan diri untuk menggeluti hobinya yaitu bermain golf. Itu diakui sebagai salah satu cara menyegarkan pikiran dari segala hiruk-pikuk tugas dan kewajibannya.

"Saya memang hobi olahraga, hampir bisa semuanya mulai tenis, badminton, hingga golf. Tapi memang hobi saya lebih ke golf, minimal satu kali dalam seminggu," katanya.

Khusus golf, Edi tidak hanya sekadar bermain, kendati sesekali turut mengikuti even-even perlombaan. "Alhamdulillah di lemari ruangan saya di rumah dinas, itu lengkap ada piala dan penghargaan," lanjutnya seraya memperlihatkan wajah sumringah.

6. Minta penggunaan narkoba melapor ke BNN Provinsi Lampung

BNNP Lampung memusnahkan puluhan kilogram barang bukti narkotika di Krematorium Lempasing. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Sebagai Kepala BNN Provinsi Lampung, Brigjen Edi juga mengimbau agar setiap iindividu masing-masing selalu menanamkan pikiran, bahwa narkotika merupakan barang haram, mematikan, dan menghancurkan.

"Kalau konsep ini tertanam di setiap hati nurani kita, otomatis begitu mendengar kata narkoba. Maka kita tentu akan langsung menolaknya, karena narkoba barang terlarang," kata dia.

Selain itu, pria 52 tahun ini menegaskan bagi setiap masyarakat Lampung terpapar penyalahgunaan narkotika, maka jangan takut segera melapor pada BNN Provinsi.

"Kita akan menangani, melindungi, membantu, dan menyembuhkan kalian (para penggunaan). Ini jelas pelapor tidak akan dipidanakan, karena anda merupakan pasien bukan tersangka," tandas Edi.

7. Riwayat jabatan Brigjen Pol Edi Swasono

Kepala BNN Provinsi Lampung, Brigjen Edi Swasono. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Berikut IDN Times rangkum sederet jabatan strategis pernah diemban Brigjen Pol Edi Swasono.

  • Kasatrerskrim Polres Bone
  • Kapus Kodal Polres Poliwali Mamas
  • Serena Bag Dalpro Polda Lampung
  • Kapus Kodal Polresta (Poltabes) Bandar Lampung
  • Waka Polres Lampung Utara
  • Kepala Tipikor Polda Lampung
  • Kanit Harda Polda Lampung
  • Waka Polres Lampung Selatan
  • Kasat Narkoba (Dirnarkoba) Polda Lampung
  • Kapolres Kaimana
  • Kapolres Semarang
  • Wadir Krim Polda Lampung
  • Dirnarkoba Polda Lampung
  • Dirreskrimsus Polda Papua
  • Kepala BNN Provinsi Maluku
  • Kepala BNN Provinsi Kalimantan Utara
  • Kepala BNN Provinsi Kalimantan Tengah
  • Kepala BNN Provinsi Lampung.

Editorial Team