TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tiga Tradisi Unik Masyarakat Suku Lampung Sambut Ramadan

Mandi di sungai sebagai upaya mensucikan diri sebelum puasa

Sambut bulan suci ramadan masyarakat adat Lampung gelar festival Bulimau (Instagram.com/kemilaupesawaran)

Intinya Sih...

  • Masyarakat Lampung memiliki tradisi mandi di sungai sebagai simbol mensucikan diri sebelum puasa.
  • Tradisi tersebut terdiri dari blangikhan, ngelop, dan bulimau yang masih dilestarikan hingga sekarang.
  • Blangikhan menggunakan air langir, bunga tujuh rupa, daun pandan, dan setanggi. Bulimau adalah mandi dengan jeruk. Ngelop dilakukan di pantai sebagai penanda makan terakhir sebelum puasa.

Bandar Lampung, IDN Times - Kamu sudah tahu belum? Kalau masyarakat Lampung memiliki tradisi unik menyambut Ramadan. Tradisi tersebut identik dengan mandi sebagai simbol mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa.

Tak sekadar mandi biasa, dalam pelaksanaannya terdapat rangkaian acara adat dihadiri para tokoh-tokoh adat Lampung, masyarakat setempat hingga wisatawan. Ada tiga upacara adat dilakukan masyarakat suku Lampung sebelum Ramadan, di antaranya blangikhan, ngelop dan bulimau.

Tiga tradisi tersebut masih terus dilestarikan hingga sekarang lho. Berikut IDN Times rangkum tiga tradisi unik masyarakat suku Lampung sambut Ramadan.

1. Tradisi blangikhan

Tradisi Belangiran Lampung (Instagram/dinsoslampung)

Belangiran atau masyarakat Lampung menyebutnya blangikhan, merupakan tradisi masyarakat adat Lampung menjelang Ramadan. Ritual tersebut sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang dan kini masuk agenda tahunan Pemerintah Provinsi Lampung sejak 2011.

Itu sebagai salah satu upaya melestarikan dan mengembangkan warisan budaya masyarakat Lampung. Blangikhan berasal dari kata langir yang berarti mandi.

Mandi yang dimaksud bukanlah mandi-mandi biasa pada umumnya tapi ada perlengkapan digunakan saat belangiran diadakan yakni Air Langir, bunga tujuh rupa, daun pandan dan setanggi.

2. Mandi menggunakan air dari tujuh sumber mata air berbeda

Tradisi Belangiran Lampung (Instagram/disparekrafpesawaran)

Air langir merupakan air diambil dari tujuh sungai (mata air) berbeda. Kemudian, dicampur menggunakan bunga tujuh rupa, daun pandan dan sedikit setanggi.

Air tersebut kemudian dikumpulkan dalam satu lokasi diletakkan di dalam konde (kendi) pada siang hari oleh para mekhanai. Biasanya air ini diambil dua hari sebelum prosesi belangiran dilaksanakan.

Lalu, air yang sudah diambil ini dipisahkan satu sama lain dan juga disesuaikan dengan beberapa kepala keluarga yang akan mengikuti prosesi Blangikhan. Masing-masing satu keluarga mendapat satu gayung air langir.

Baca Juga: Menang Telak, Setengah DPT Pemilu di Lampung Coblos Prabowo-Gibran

3. Tradisi Bulimau mandi menggunakan jeruk

Tradisi bulimau adat Lampung sambut bulan Ramadan(Instagram/Kemilau Pesawaran)

Lalu ada tradisi Bulimau adalah mandi menggunakan jeruk sebagai upaya mensucikan diri menyambut bulan suci Ramadan. Bulimau berasal dari kata benda Limau yang berarti jeruk, diberi imbuhan Bu- sehingga menjadi kata kerja yang berarti melakukan sesuatu menggunakan jeruk yakni mandi keramas menggunakan jeruk.

Biasanya, Bulimau dilakukan di sungai (pangkalan mandi) baik sendiri- sendiri maupun beramai-ramai. Acara Bulimau diawali arak-arakan menuju lokasi prosesi menggunakan alat musik hadra, tari kesekh, dan Pincak Khakot.

Orang-orang diarak dalam prosesi tersebut utamanya adalah tokoh adat dan pemerintah yang hadir serta sepasang pengantin menggunakan pakaian adat Saibatin Bandakh sebagai simbol kehadiran tokoh adat (Saibatin).

4. Tradisi ngelop, mandi di laut dan makan bersama

Tradisi Belangiran Lampung (Instagram/disparekrafpesawaran))

Selanjutnya adalah tradisi Ngelop biasanya dilakukan di wilayah adat Saibatin Pesisir Way Handak (Kalianda) Lampung Selatan. Tradisi ini dilakukan masyarakat Way Handak beramai-ramai pergi ke pantai dengan membawa bekal makan masing-masing untuk di makan bersama-sama di pinggir pantai sebagai penanda makan terakhir di siang hari sebelum memasuki bulan puasa.

Setelah acara silaturahmi, ramah-tamah, dan makan-makan bersama, menjelang sore hari, masyarakat turun ke laut untuk mandi bersama-sama sebagai tradisi menyucikan diri dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.

Berita Terkini Lainnya