Kisah Tiga Mahasiswi Darmajaya Mengajar di Kampung Way Kanan
Memberikan pembelajaran sambil bermain dan bernyanyi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Kampus Mengajar menjadi salah satu program Kampus Merdeka. Tujuannya, memberikan kesempatan mahasiswa belajar dan mengembangkan diri di luar aktivitas perkuliahan.
Bahkan, hal tersebut menjadi perhatian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Gayung bersambut, tiga mahasiswi Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya yakni, Raodhatun Hasanah (mahasiswi Prodi Manajemen), Raodhatun Jannah (Sistem Informasi), dan Eva Lismainy (Sistem Informasi) terpanggil mengikuti program Kampus Mengajar.
Seperti apa pengalaman mereka mengajar di sekolah jauh dari hiruk pikuk perkotaan? Berikut IDN Times rangkum cerita tiga mahasiswi ini.
Baca Juga: 9 Mahasiswa IIB Darmajaya Lolos Pejuang Muda Kemensos, Setara 20 SKS
1. Sempat terkendala sinyal internet
Kakak beradik Raodhatun Hasanah dan Raodhatun Jannah, serta Eva Lismain, dan mengabdikan diri mengikuti program Kampus Mengajar sejak di SDN 1 Sumbersari, Banjit, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung sejak Agustus 2021 lalu dan akan berakhir Desember bulan depan. Mereka bagian Kampus Mengajar Angkatan 2 memberikan materi pembelajaran kepada siswa Sekolah Dasar.
Diketahui, IIB Darmajaya mengirimkan 47 mahasiswa untuk berkontribusi peningkatan kualitas pendidikan dalam Kampus Mengajar angkatan 2. Rinciannya, 25 mahasiswa dari Prodi Manajemen, 11 Prodi Akuntansi, 6 Prodi Sistem Informasi, dan 5 Prodi Teknik Informatika.
Raodhatun Hasanah mengatakan, mengajar di kala pandemik COVID-19 tidak mudah. Kondisi itu mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring.
Ketiga mahasiswi ini pun sempat terkendala sinyal internet yang menjadi pendukung pembelajaran daring. Alhasil, mereka menginisiasi untuk pembelajaran home visit (kunjungan ke rumah).
“Tempat kami mengajar terkendala dengan sinyal jadi tidak bisa belajar melalui zoom meeting. Pertemuan tatap muka, dua kali kami mengadakan home visit, sekali dalam seminggu yang memfokuskan siswa kurang memahami pembelajaran yang dijelaskan saat pertemuan tatap muka di sekolah,” ucap Raodhatun, Sabtu (13/11/2021).
Baca Juga: Cerita Mahasiswa Darmajaya Magang di Kantor Gojek, Awalnya Canggung