TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terancam Punah, Millennials Beber Alasan Enggan Berbahasa Lampung

146 bahasa terancam punah, salah satunya bahasa Lampung

1001indonesia.net

Bandar Lampung, IDN Times - Lampung memiliki bahasa terbagi dalam dua dialek utama yaitu api dan nyow. Setiap dialek memiliki karakteristik berbeda, subdialek beragam serta memiliki sistem tulisan dalam bentuk aksara. Ini menunjukkan bahasa Lampung kaya akan unsur-unsur kabahasaan.

Namun masyarakat Lampung telah berpadu dari berbagai etnis, budaya, dan bahasa sehingga memengaruhi penggunaan bahasa Lampung. Masyarakat cenderung menggunakan bahasa Indonesia.

Lalu apakah millenials Lampung masih mempelajari Bahasa Lampung? Serta bagaimana tanggapan akademisi dengan kelestarian bahasa Lampung saat ini?

Berikut IDN Times rangkum selengkapnya.

1. Millenials ragu berbahasa Lampung di tempat umum

IDN Times/Holy Kartika

IDN Times mewawancara dua millenials Lampung terlahir dari orangtua bersuku Lampung. Keduanya mengaku bisa berbahasa Lampung. Namun untuk menggunakannya dalam bahasa sehari-hari ada beberapa faktor harus mereka hadapi.

Salah satunya dikatakan oleh Deny Prayoga. Sebagai keturunan asli Lampung bersuku Pesisir, Deny menggunakan Bahasa Lampung dialek Api.

Sayangnya, budaya berbahasa Lampung masih ragu ia terapkan saat berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan di lingkungan keluarga ia lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia.

"Soalnya kalau lagi nongkrong sering diliatin dikira sok-sokan. Kita kalau ngomong Lampung nadanya kan tinggi padahal itu emang logat bukan sok-sokan," kata Deny, Selasa (28/9/2021).

Baca Juga: 10 Perbedaan Bahasa Lampung Sehari-hari Dialek A dan O

2. Perbedaan suku kata jadi kendala

dramabeans.com

Millenials lain, Fitria Wulandari, sebagai perempuan asli Lampung juga jarang menggunakan bahasa Lampung dalam aktivitas sehari-hari. Itu karena ia kerap menemui teman sesama Lampung dengan bahasa berbeda.

Menurutnya meski sesama dialek Api ada beberapa kata yang tidak sama. "Jadi kadang kalau ngobrol suka gak nyambung akhirnya ngobrol Bahasa Indonesia campur Lampung," ujarnya.

Fitri mengatakan bisa berbicara Bahasa Lampung dari teman-temannya saat SMA. Sehingga menurutnya lingkungan sangat memengaruhi seseorang melestarikan bahasa daerah.

"Karena walau pun orang Lampung belum tentu bisa ngomong bahasa Lampung kalau dari lingkungannya pakai bahasa Indonesia terus atau bahasa lain," terangnya.

3. Bahasa Lampung akan kehilangan penutur jatinya

Sosialisasi keyboard aksara Lampung (IDN Times/Istimewa)

Menurut Afrianto, Kepala Pusat Pelayanan Praktik Lapangan Terpadu (KP3LT) Universitas Teknokrat Indonesia, bahasa Indonesia menjadi penyatu berbagai bahasa yang ada dalam masyarakat Lampung dan memudahkan komunikasi. Secara tidak langsung hal ini memengaruhi eksistensi bahasa Lampung.

Ia menjelaskan, populasi penduduk Lampung 2018 sekitar 9 juta jiwa dan tercatat sekitar 1 juta jiwa merupakan penutur jati. Angka tersebut menimbulkan hipotesis bahasa Lampung akan kehilangan penutur jatinya.

Terkait penutur jati lanjutnya, penelitian 2017 mengkaji sikap bahasa mahasiswa (penutur jati bahasa Lampung). Itu memuarakan simpulan mayoritas informan bersikap negatif.

"Dalam arti, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia, baik ketika berbicara pada orangtua dan saudara di rumah atau di tempat umum maupun ketika berbicara dengan teman yang juga bersuku Lampung," ujarnya.

4. 146 bahasa terancam punah, salah satunya Lampung

Keyboar aksara Lampung (IDN Times/Istimewa)

Afrianto mengatakan, keluarga sebagai skala inti pembelajaran bahasa Lampung bersifat pasif. Imbasnya, anak-anak tidak mahir berbahasa Lampung.

"Berdasarkan pernyataan UNESCO, jika pada tahap anak-anak tidak lagi menggunakan bahasa ibu di rumah, bahasa tersebut terancam punah," terangnya.

Fakta lain dijelaskan Afrianto adalah ditemukan pada Ethnologue. Itu laman menyediakan metadata bahasa di dunia menyatakan, bahasa Lampung masuk kategori threatened (terancam punah), baik dialek Api ataupun Nyow.

"Begitupun menurut Moseley, bahwa Indonesia memiliki 146 bahasa terancam punah yang salah satunya adalah bahasa Lampung," jelasnya.

5. Penelitian tentang tata bahasa Lampung terbatas

orbitmetro.com

Afrianto mengatakan, ada juga permasalahan lain terkait penelitian mengenai unsur kebahasaan bahasa Lampung. Arka menemukan dari 1975 sampai 2007 terdapat 335 penelitian tata bahasa daerah dan tercatat hanya 9 penelitian tata bahasa Lampung.

"Ini berarti penelitian mengenai tata bahasa Lampung masih terbatas," tuturnya.

Menurutnya, dari fakta-fakta itu, dapat disimpulkan, terdapat empat faktor memengaruhi kepunahan bahasa Lampung. Rinciannya, daerah transit, keragamanan bahasa, populasi penutur jati, sikap bahasa, dan kajian yang terbatas.

"Kompleksitas faktor pemicu ini sudah terihat jelas di depan mata. Oleh karena itu, mari kita berupaya menyelamatkannya," ujarnya.

Baca Juga: Tips Mudah Belajar Bahasa Lampung, Langsung dari Gawaimu

Berita Terkini Lainnya