Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot Wisata

Situ purbakala zaman megalitikum

Bandar Lampung, IDN Times - Pada zaman megalitik atau zaman batu, manusia sudah bisa membuat bangunan-bangunan dari batu berdasarkan kepercayaan mereka pada masa itu. Di mana bangunan-bangunan dari batu besar tersebut dikaitkan dengan kehidupan dan kematian.

Bangunan-bangunan tersebut kemudian menjadi media penghormatan, tempat singgah dan menjadi lambang orang yang sudah mati yaitu nenek moyang. Di Lampung juga terdapat peninggalan batu-batu besar pada zaman megalitik yang sudah diteliti. Bahkan saat ini beberapa situs sudah dijadikan sebagai tempat wisata.

1. Situs megalitik batu brak

Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot WisataSitus megalitik skala brak (Instagram adat_lampung)

Sudah ada sejak zaman animisme, batu brak (di baca batu bekha’) ini menjadi tempat pemakaman dan sebagai tempat pemujaan pada zaman dahulu. Saat ini komplek situs megalitik batu brak ini sudah dibuka untuk tempat wisata maupun keperluan penelitian.

Mengalami empat kali pemugaran, di dalam kompleks situs megalitik ini terdapat beberapa jenis batu. Di antaranya, batu tegak yang berjumlah 40 buah. Dahulu, batu tegak ini berfungsi sebagai tempat mengikat hewan kurban atau sebagai tempat pemujaan pada waktu upacara kegamaan pada masa animisme.

Selanjutnya adalah dolmen atau meja yang berjumlah 38 buah. Dolmen ini berfungsi sebagai tempat menaruh sesajen pada waktu upacara keagamaan animisme. Selain dolmen, ada batu dadar yang berjumlah 3 buah. Hingga saat ini masih dalam tahap penelitian yang fungsinya sama seperti dolmen. 

Situs megalitik batu brak ini berlokasi di Desa Purwawiwitan, Kecamatan Kebon Tebu, Kabupaten Lampung Barat. Penelitian pertama tentang situs ini dimulai1980 oleh Prof Dr Aris Soekandar seorang arkeolog dari Jakarta.

2. Situs megalitik batu bedil

Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot WisataSitus megalitik batu bedil (Instagram adat_lampung)

Di dalam situs batu bedil ini terdapat beberapa batu, di antaranya Menhir, merupakan tugu dari batu tunggal. Fungsinya sebagai tanda peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Menhir ini berasal dari periode neolotikum atau 6.000/4.000 SM sampai 2.000 SM.

Kemudian dolmen juga terdapat di situs batu bedil, yang digunakan sebagai tempat sesaji. Selanjutnya terdapat batu berlubang atau biasanya disebut lumpang yaitu sebagai alat penumbuk. Dan terakhir batu umpak yang berfungsi sebagai pondasi rumah panggung.

Situ batu bedil ini berlokasi di Dusun batu bedil, Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Masyarakat menyebutnya batu bedil karena pada zaman dahulu sering terdengar adanya bunyi letusan di dalam situs tersebut.

Baca Juga: Air Terjun Lembah Pelangi Lampung, Sensasi Nikmati Dua Suhu Air 

3. Taman purbakala pugungraharjo

Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot WisataSitus megalitik batu mayat yang ada di taman purbakala pugungraharjo. (Instagram adat_lampung)

Situs purbakala pugungraharjo ini berlokasi di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Merupakan taman peninggalan nenek moyang yang sampai saat masih dirawat dan dibuka sebagai tempat wisata.

Terdapat bangunan punden berundak yang sudah tersebar di Indonesia dan artefak yang terdapat di taman ini beragam sekali. Mulai dari keramik asing dari berbagai dinasti, keramik lokal, jutaan manik-manik dalam berbagai ukuran bentuk maupun warna yang terbuat dari batu, getah dan tanah liat. Kemudian terdapat menhir, pisau, batu pipisan, kapak batu, dan mata ombak.

4. Punden berundak di situs purbakala pugungraharjo

Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot WisataPunden berundak di situs taman purbakala pugungraharjo (Instagram adat_lampung)

Punden berundak merupakan hasil karya manusia pendukung tradisi megalitik yang dikelompokkan ke dalam megalitik tua. bangunan punden berundak ini tersebar di Indonesia sekitar 2.500 tahun sebelum masehi. Punden berundak di situs purbakala pugungraharjo ini menyerupai bentuk piramida.

Munculnya punden berundak dengan bentuk piramida ini dikarenakan kondisi lahan di Pugungraharjo datar tanpa bukit maupun gunung. Maka dibuatlah bangunan-bangunan punden yang menyerupai gunung untuk memperoleh tempat lebih suci sebagai tempat pemujaan.

Di situs Pugungraharjo terdapat punden besar dan kecil yang mempunyai kaitan dan fungsi dari pendun berundak itu sendiri. Punden berundak yang besar digunakan oleh kelompok pemujaan yang banyak. Sedangkan punden berundak yang kecil digunakan oleh kelompok pemujaan yang terbatas atau sedikit.

5. Benteng tanah situs pugungraharjo

Mengulik Situs Purbakala Zaman Megalitik di Lampung, Jadi Spot WisataBenteng tanah sebagai penghalau musuh atau binatang buas (Instagram adat_lampung)

Masih berada di daerah Pugungraharjo yang memiliki situs purbakala berupa benteng tanah atau gundukan tanah yang berbentuk kepersegiannya memanjang. Ukuran gundukan tanah tersebut tinggi 2 meter sampai 5 meter.

Selain itu, dibagian luar terdapat benteng parit, salah satu sisinya berupa anak sungai Way Sekampung yang biasa disebut dengan Sungai Pugung. Benteng parit tersebut cukup dalam 3 meter sampai 5 meter. Kedua benteng tersebut digunakan sebagai tempat perlindungan atau pertahanan dari gangguan binatang buas atau dari musuh antar suku.

Baca Juga: Kece! Bandar Lampung Punya Destinasi Ekowisata Baru Konsep Zero Waste

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya