Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana Studio XXI MBK Bandar Lampung.
Suasana Studio XXI MBK Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)

Intinya sih...

  • Film horor komedi Pesugihan Sate Gagak sukses bikin penonton ngakak sepanjang film, melampaui ekspektasi dan menyentil realita hidup.

  • Kisah tiga sahabat miskin yang nekat mencoba pesugihan dengan menjual sate daging burung gagak untuk para demit, menghadirkan kekacauan absurd di warung sate mereka.

  • Debut layar lebar sutradara Etienne Caesar (EC) dan Dono Pradana berhasil memadukan unsur horor, humor, dan drama dengan seimbang serta menyentil realita sosial tentang tekanan ekonomi dan mentalitas ingin cepat kaya tanpa usaha.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times – Bayangkan film pesugihan tanpa tumbal, tapi malah bikin tawa pecah! Itulah yang terjadi saat ratusan penonton memadati Studio 5 Boemi Kedaton XXI, Bandar Lampung, dalam acara nonton bareng (nobar) film Pesugihan Sate Gagak, Sabtu (8/11/2025).

Alih-alih menegangkan, film horor komedi produksi Cahaya Pictures dan BASE Entertainment ini sukses membuat penonton terbahak sepanjang film. Suasana di dalam studio nyaris tak berhenti oleh tawa.

1. Di luar ekspektasi

Suasana di dalam Studio 5 MBK Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)

Salah satu penonton yang ikut nonton bareng, Monica (25) warga Bandar Lampung mengatakan, cerita film tersebut di luar dari ekspektasinya.

“Lucu banget! Awalnya aku pikir bakal serem, tapi ternyata ngakak terus dari awal sampai akhir,” katanya.

Hal serupa dirasakan Rizky (22), mahasiswa asal Kedaton. Ia mengaku tak menyangka film bertema pesugihan bisa dikemas se-fun itu.

“Jarang banget ada film horor yang bisa bikin penonton ketawa bareng. Nggak cuma lucu, tapi juga nyentil banget sama realita hidup sekarang,” katanya sambil tersenyum.

2. Kisah tiga sahabat miskin dan ide pesugihan absurd

Poster film Pesugihan Sate Gagak. (IDN Times/istimewa)

Film garapan duet sutradara Etienne Caesar (EC) dan Dono Pradana ini bercerita tentang tiga sahabat miskin: Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar).

Karena frustasi hidup susah, utang menumpuk, dan cinta terancam gagal, mereka nekat mencoba pesugihan setelah menemukan buku mantra kuno peninggalan kakek Indra.

Tapi bukannya menumbalkan manusia, trio ini justru punya ide gila bikin pesugihan dengan menjual sate daging burung gagak untuk para demit.

Alih-alih jadi kaya, mereka malah dikejar makhluk halus yang ketagihan sate. Kekacauan absurd di warung sate mereka pun jadi sumber tawa tanpa henti, penuh ritual aneh, hantu sakau sate, hingga adegan kocak yang tak terduga.

3. Tawa dengan sentilan sosial

Tiga pemeran utama di film Pesugihan Sate Gagak.(IDN Times/Instagram: benydicvity)

Sebagai debut layar lebar, duet sutradara Etienne Caesar (EC) dan Dono Pradana berhasil memadukan unsur horor, humor, dan drama dengan seimbang. EC menonjolkan emosi dan teknis akting, sementara Dono menyelipkan kritik sosial lewat cara yang ringan.

"Film ini bukan soal menghalalkan pesugihan, tapi tentang orang yang tersesat karena tekanan hidup. Kami ingin penonton menertawakan realitas dengan cara ringan,” ungkap Dono Pradana.

Di balik tawa dan kekonyolan, film ini menyentil realita sosial tentang tekanan ekonomi, gaya hidup, dan mentalitas ingin cepat kaya tanpa usaha. Produser Aoura Lovenson dari Cahaya Pictures menyebut film ini sebagai feel-good movie dengan pesan positif.

“Film ini bukan sekadar hiburan, tapi juga pengingat kalau niat baik tapi dilakukan dengan cara salah, hasilnya tetap buruk,” ujarnya, Minggu (9/11/2025).

Setelah sukses menghibur penonton di Lampung, Pesugihan Sate Gagak akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 13 November 2025. Tiket hari pertama sudah bisa dibeli mulai 9 November 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team