Desa Rigis Jaya Lambar Juara 3 ADWI Kemenparekraf, Dulu Desa Tertinggal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lampung Barat, IDN Times – Desa Rigis Jaya di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat (Lambar) meraih juara ketiga Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dihelat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) beberapa waktu lalu.
Dalam ADWI kategori desa wisata rintisan tersebut, Kabupaten Lambar memperoleh juara III. Juara I dan II diraih Desa Wisata Kampung Blekok, Situbondo, Jawa Timur dan Pandanrejo Purworejo, Jawa Tengah.
1. Kebun kopi terbentang luas
Desa Wisata Rigis Jaya memiliki beragam daya tarik seperti keindahan alam dan budaya lokal yang bisa dinikmati wisatawan.
Kebun kopi terbentang luas dan dibudidayakan penduduk setempat. Hasilnya, produk kopi terbaik dapat dihasilkan para penduduk untuk disajikan kepada wisatawan pecinta kopi sambil menikmati pemandangan indah sekaligus sebagai sarana wisata edukasi dan agrowisata.
Desa Rigis Jaya diikutsertakan berbagai perlombaan desa wisata sampai tembus 50 besar anugeran desa wisata se-Indonesia. Pada akhir September lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno bertandang langsung ke desa kopi tersebut.
Baca Juga: Pesona Bukit Bawang Bakung Lampung Barat, ‘Negeri di Atas Awan’
2. Dulu desa tertinggal
Rozikin, warga Desa Rigis Jaya, Kabupaten Lampung Barat yang berusaha mengembangkan potensi desa menjadi wisata. Berbekal dukungan dana dari pemerintah dan pihak terkait, desa tertinggal itu kini melaju ke kancah nasional.
"Desa Rigis Jaya ini waktu 2016 lalu merupakan desa tertinggal. Jadi saya dulu sebagai ketua karang taruna mulai menggerakkan supaya desa ini berkembang," kata Rozikin.
Sebagai daerah penghasil kopi terbaik di Lampung Barat, Rozikin dibantu komunitas Watala di Desa Rigis Jaya mengembangkan wisata agro yang fokus memberi edukasi wisatawan tentang kopi Lampung. Itu mulai dari berinteraksi langsung dengan petani kopi, mengenal biji kopi terbaik sampai proses pengelolaan dan mencicipi seduhan kopi langsung tentunya.
Rozikin juga menjelaskan, tak hanya produk kopi saja yang diolah menjadi beragam kreasi tapi ada juga produk UMKM lain dari masyarakat setempat seperti keripik atau sale pisang.
"Sejak 2017 memang masyarakat sudah memiliki produk UMKM. Dari situ dapat support dari pemerintah daerah dan kita dikasih wewenang membuka agrowisata kampung kopi pada Juli 2018," terangnya.
3. Suntikan semangat baru dan pelopor bagi masyarakat pegiat desa wisata
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Lampung Barat, Tri Umaryani, mengatakan, penghargaan diraih menjadi suntikan semangat baru dan pelopor bagi masyarakat pegiat desa wisata lainnya di Kabupaten setempat. Di Kabupaten Lambar saat ini ada 20 Desa Wisata yang telah ditetapkan pihaknya.
Secara dukungan regulasi, Peraturan Daerah (Perda) tentang Desa Wisata tahun 2021 pun telah disahkan oleh DPRD setempat. Tak ayal itu melengkapi keberlangsungan tumbuh suburnya sektor desa berbasis wisata.
“Atas dasar itu, harapannya bila ADWI ini kembali digelar pada tahun 2022 mendatang menjadi semangat bagi desa lainnya untuk terus meningkatkan pengelolaannya. Tujuannya, agar keterwakilan desa wisata semakin banyak untuk memperlihatkan kekayaan khazanah desa wisata Lambar di kancah nasional dengan berbagai potensi dan latar belakang,” paparnya.
Tri mengatakan, motivasi mengikuti ADWI bukan mengincar juara semata. Tetapi upaya mendorong, menyemangati dan memotivasi perlu dilakukan, utamanya untuk mempromosikan pariwisata di Lambar.
4. Desa wisata tidak identik adanya potensi alam
Tri mengajak para pengelola desa untuk bersinergi dan berkolaborasi ikhwal potensi di masing-masing wilayah untuk kian mengoptimalkam tata kelola dan pengembangan. “Jikalau memang memang mempunyai potensi yang bisa dikembangkan, kami mengimbau para pengelola desa untuk mengusulkan kepada Pemkab untuk dijadikan desa wisata,” terangnya.
Ia menambahkan, desa wisata tidak identik adanya potensi alam seperti air terjun bahkan tren negeri di atas awan belaka. Melainkan kesatuan masyarakat yang berada dalam sebuah wilayah desa dimana terdapat daya tarik wisata.
“Seperti wisata alam, ekonomi kreatif seperti kesenian, kuliner, kerajinan, bangunan bersejarah yang layak dilestarikan yang merupakan kearifan budaya lokal. Kemudian tata cara masyarakat adat yang dipelihara bertahun tahun serta potensi wisata buatan lainnya,” imbuh dia.
Tri mengatakan, pemberdayaan dan pengelolaan kekayaan sektor pariwisata, ekonomi kreatif dan adat budaya serta sektor lainnya diharapkan agar masyarakat bisa mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya masing. Harapannya, menjadi sebuah destinasi berdampak terhadap peningkatan perekonomian di desa
Baca Juga: Festival Sekala Bekhak, Promosi Budaya dan Adat Istiadat Asli Lambar