Wisata Negeri di Atas Awan, Citorek, Banten (IDN Times/Muhamad Iqbal)
Kekuatan utama membangun objek wisata adalah yakin desa menjadi salah satu daya tarik wisatawan mancanegara maupun lokal. "Wisata desa terbukti mampu membangun ekonomi masyarakat. Jadi untuk membuat wisata desa itu kita harus punya perencanaan kemudian action dan evaluasi," papar Rozikin, warga Desa Rigis Jaya, Kabupaten Lampung Barat
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Tempos Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat Mujiburahman menjelaskan, ada semangat baru adanya lokasi wisata yang ada di Desa Tempos Lombok Barat. Desa Tempos memiliki tema wisata bertajuk Wisata Mewah atau Mepet Sawah. Pokdarwis yang terbentuk sejak tahun 2020 lalu sudah mampu mendatangkan pundi-pundi ekonomi bagi warga Desa Tempos.
"Ada potensi memang di sana. Kita ubah jalur desa menjadi jalur Goweser (pesepeda). Dan pertama alam sangat potensial untuk dibangun sebuah wisata bertajuk Wisata Mewah (mepet sawah)," ujar Mujib.
Lokasinya berhadapan dengan Gunung Sasak di sebelah timur, pengunjung juga dapat menikmati sunset atau matahari tenggelam. Hal unik lain yang ditawarkan dari para pemuda di Desa Tempos, mempromosikan kuliner khas. Seperti makanan ringan, Serabi, Kelepon, Keludan, dan sejenisnya. "Ini dijual langsung di lokasi Wisata Mewah dengan paket harga Rp10 ribu saja," kata Mujib.
Seluruh hasil makanan khas di Desa Tempos diproduksi dari 38 pedagang kali lima yang berasal dari Desa Tempos. "Ini bisa memberi dampak pada pendapatan para warga," katanya.
Kondisi Desa Tempos yang berada di bawah kaki Gunung Sasak membuat Pokdarwis berpikir keras untuk menggali potensi lain. Seperti adanya lokasi camping ground di Bukit Gretok, Sumur Ajaib, dan Wisata Kesenian Tari dan Pahat. Jumlah kunjungan mencapai 1000 orang dalam sepekan. Angka ini cukup fantastis bagi wisata yang baru berusia satu tahun.
"Ini efek dari promosi melalui medsos. Kami lihat rata-rata penduduk Indonesia memakai gadget. Apalagi media sosial seperti Instagram, Facebook sangat berpengaruh saat pemasaran," jelasnya
Wisata ini dapat meraih pemasukan mencapai Rp 500 ribu dalam sehari. Dalam sebulan saja, rata-rata pemasukan khusus parkir dan akses masuk Wisata Mewah mencapai Rp4 juta perbulan. Belum dari pendapatan lain, seperti dari makan dan minum pengunjung.
"Pendapatan ini murni untuk memperbaiki dan memberikan insentif buat teman yang bekerja. Karena mereka ini kan tidak digaji," katanya
Semua hasil pemasukan dari Wisata Mewah untuk memberikan bantuan pengembangan wisata. Mujib mengatakan, berkembangnya desatinasi wisata, ini bisa berdampak baik bagi masyarakat sekitar Desa Tempos.
Pada tahun 2010 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Jakarta bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kuningan tentang pengembangan Agroecotourism. Lewat kesempatan itu, keduanya menyepakati Desa Cibuntu sebagai pengembangan desa berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pertengahan tahun 2011 mulai dilakukan pembinaan, sosialisasi, dan pelatihan yang mengarah pada pengembangan SDM kepariwisataan di Desa Cibuntu. Kesempatan itu disambut gembira Awam dan masyararakat setempat demi menggali segala potensi desa agar mampu mendulang sumber mata pencaharian warga.
Pada 17 Februari 2012, Desa Cibuntu dikenalkan sebagai desa wisata sekaligus mengukuhkan Kelompok Sadar Wisata dan kelompok sanggar seni yang sudah dibekali pelatihan. Selang delapan bulan kemudian, pada 15 Desember 2012 dilaksanakan Desa Wisata Cibuntu dideklarasikan oleh Bapak Bupati Kuningan dan Ketua STP Trisakti Jakarta.
Tahun 2013, pendampingan dan pelatihan terus diberikan oleh kelompok studi maupun Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan. Seperti pelatihan masak, kuliner, pengelolaan homestay, tata cara memandu wisata, penyusunan paket wisata, pelatihan kesenian, loka karya kerajinan hingga pelatihan dasar-dasar ilmu kepariwisataan.
Begitu juga di Desa Burai Ogan Ilir, Ubah Desa Kumuh jadi Desa Wisata Secara perlahan dampak desa wisata sudah mulai dirasakan masyarakat luas lewat branding desa wisata. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menggeliat memasarkan kemplang (kerupuk), hingga songket Burai kepada wisatawan yang datang. "Kita juga menawarkan kuliner khas, yakni pindang Burai. Ikannya diambil secara langsung dari sungai Burai," jelas mantan Kades Burai, Ferianto .
Di sisi lain, desa wisata Burai sejauh ini belum berkembang secara reguler atau belum menerima wisatawan secara kontinu. Hal ini diakuinya terkendala pandemik COVID-19 yang hampir berlangsung dalam dua tahun terakhir.
Rencananya di tahun 2022 mendatang mereka akan memulai mengaktifkan kembali kalender wisata Burai, guna menarik wisawatan secara reguler luar dan dalam negeri. "Kalau sekarang paling satu bulan hanya sekali kunjungan. Rata-rata memesan terlebih dahulu H-7 sebelum kedatangan, lalu kita mulai menyiapkan desa H-2," jelas dia.
Darul menyadari, semangat membangun desa wisata penting didukung platform digital sebagai sarana promosi desa wisata. Hal ini terbukti dalam rentang waktu tiga tahun mereka dapat terus eksis dengan bantuan media sosial. "Sekarang banyak cara untuk promosi dan belajar. Cukup dari media sosial kita bisa membranding desa," kata dia.
Armin Amir, pegiat wisata di Gunung Kappire, Dusun Panga, Desa Palakka, Kabupaten Barru Sulawesi Selatan tak pernah menyangka desanya akan menjadi terkenal. Semua itu, berkat promosi di media sosial. Dia menyadari peran media sosial sangat penting dalam mengenalkan Gunung Kappire ke masyarakat. Targetnya sekarang yaitu mempromosikan supaya orang yang tidak bisa mendaki juga berkunjung ke Dusun Panga dengan view lainnya.
"Sudah hanyak yang berkunjung ke Dusun Panga untuk camp. Kita juga tawarkan camp sambil makan gula tappo. Kemarin waktu musim panen kacang tanah, kita camp sambil panen kacang tanah. Tahun baru rencana saya promosikan lagi camp sambil jagung bakar," katanya.