TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sudah Tahu Lampung Ada Lab Tanaman Terbesar? Pakai Teknik Kuljar, Lho

Ada anggrek langka dan Alpukat Siger berat 2 kg

Teknik Kultur Jaringan di labolatorium Wahana Tirta Orchid (IDN Times/Silviana)

Bandar Lampung, IDN Times -Tanaman hias akhir-akhir ini menjadi primadona di kalangan masyarakat. Berbagai jenis tanaman hutan mulai dijual di pasaran  harga cukup tinggi.

Melihat prospek pasar tanaman hias itu salah satu mahasiswa Universitas Bandar Lampung, Anggayuh Pramana Putra, justru tertarik untuk memperbanyak tanaman anggrek yang mulai langka. Khususnya anggrek bulan.

Untuk itu ia membuat sebuah laboratorium khusus bernama Wahana Tirta Orchid sebagai tempat memperbanyak tanaman atau disebutnya teknik kultur jaringan (kuljar). Menurut Angga, lab miliknya menjadi lab terbesar di Lampung dengan luas 400 meter persegi.

Nah, seperti apa proses penanamannya dan ada jenis tanaman apa saja ya? Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Tiga sampai empat bulan bisa hasilkan ribuan anggrek

Didi Suwardi penanggungjawab lab menunjukkan tanaman anggrek kultur jaringan(IDN Times/Silviana)

Lab tersebut dikepalai oleh Didi Suwardi seorang ahli di bidang tanaman yang sudah menjelajah lima negara untuk mengawinkan berbagai tanaman.

Menurut Didi, teknik Kuljar memang menjadi satu-satunya cara untuk memperbanyak budidaya anggrek. Dalam waktu tiga sampai empat bulan bisa menghasilkan ribuan tunas anggrek.

"Ada empat unsur dalam tanaman yang bisa dipakai untuk Kuljar, yaitu akar, batang, daun dan biji. Semua tanaman bisa di kuljar melalui proses inisiasi," kata Didik kepada IDN Times, Selasa (25/6/2021).

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 Bisa Diamati di Lampung, Ini Caranya

2. Inisiasi alpukat siger berat 1-2 kg per buah

chanelmuslim.com

Selain anggrek tanaman lain yang coba dikembangkan dalam lab tersebut adalah keladi, kamboja, tulip dan jambu biji. Bahkan Didi sudah menginisiasi riset baru yaitu menanam alpukat yang diberi nama Alpukat Siger.

"Kita lagi memunculkan alpukat dengan berat 1-2 kilo per buah. Kita baru inisiasi dan berhasil tapi belum kita terbitkan," bebernya.

Menurutnya teknik Kuljar tidaklah susah, hanya saja butuh kesabaran dalam perawatannya. Didi mengibaratkan tanamannya seperti bayi yang membutuhkan perhatian.

"Tingkat kegagalannya pasti ada. Pertama saya nanam itu kontaminasi (berjamur) semua. Kalau sekarang yang kontam dua atau tiga," tuturnya.

3. Tanaman bisa mendengar

IDN Times/Silviana

Didi juga menceritakan hasil risetnya tentang tanaman yang terpengaruh dengan lagu-lagu yang ia putar. Menurutnya, tanaman juga mahluk hidup yang bisa mendengar sehingga musik itu memengaruhi pertumbuhannya.

"Waktu di Jonggol saya nanam pisang delapan hektare. Empat hektare saya kasih musik murotal, dan empat hektare musik dangdut. Hasilnya yang pakai murotal itu buahnya bisa sampai 15-21 sisir. Sedangkan yang pakai lagu dangdut itu minimal 7 siri," ceritanya.

Namun menurutnya itu bergantung kepercayaan masing-masing. Sebab setiap perusahaan memiliki standar tersendiri dalam menanam.

"Kalau di sini perempuan lagi haid tidak boleh nanam. Karena pasti gagal kalau nanam. Saya pernah nyuruh salah satu pegawai lagi haid hasilnya kontam semua," ungkapnya..

4. Di Lampung masih jarang penggunaan teknik Kuljar

IDN Times/Silviana

Menurut Didi, menanam teknik Kuljar juga bisa saja diaplikasikan oleh masyarakat awam. Ia mengatakan, di Pulau Jawa 80 persen sudah menggunakan teknik ini. Sementara untuk di Lampung kemungkinan hanya ada di kampus-kampus saja.

"Kalau mau coba nanam skala rumah tangga tidak pakai laminar tapi bisa pakai Enkas lebih murah harganya dibawah Rp1 juta. Sedangkan laminar lebih mahal satu laminar Rp13 juta," jelasnya.

Perbedaannya jika menanam dengan Enkas dibutuhkan kemampuan yang sudah ahli dalam menanam. Jika tidak tingkat keberhasilannya sangat rendah.

"Sebenarnya kalau berhasil bisa sampai ratusan juta setiap bulan. Cuma kalau belum profesional lebih banyak kontamnya karena sterilnya kecil. Alatnya murah tapi SDM-nya sanggup nggak?", tuturnya.

Sementara untuk alat laminar siapa saja bisa menggunakannya dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Untuk membuat peralatan Kuljar menggunakan Laminar paling tidak membutuhkan modal Rp50 juta.

Baca Juga: Wisata Alam Tirta Garden, Banyak Tanaman Hias dan Spot Instagramable

Berita Terkini Lainnya