2. Automatic writing

ilustrasi laki-laki menulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dilansir Surrealism Art, automatic writing adalah sebuah teknik dimana tulisan dihasilkan dari alam bawah sadar sang penulis, tanpa melibatkan alam sadarnya. Oleh karena itu, teknik ini sering dipraktikkan oleh penulis surealisme (genre sastra yang berfokus pada pelepaskan kreatifitas dari pikiran bawah sadar).

Karena bersifat sangat spontan, teknik ini juga dipercaya sebagai salah satu cara untuk mengatasi writer’s block. Untuk memaksimalkan kreatifitas, banyak penulis surealis sengaja menghipnotis dirinya sendiri untuk tetap berada pada trance dan flow state.
 
Dilansir National Library of Medicine, seorang penulis bernama Arthur Conan Doyle percaya ketika seseorang menggunakan teknik automatic writing, tulisan tersebut sebenarnya bersumber bukan dari si penulis itu tersebut, melainkan dari roh-roh yang terpanggil.

Fenomena ini adalah salah satu bentuk chanelling dinamakan psychography (kemampuan psikis dimana seseorang dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang tanpa sadari ia tulis, dimana adanya keterlibatan roh ingin berkomunikasi dengan manusia). Dilansir The Daily Guardian, psychography sering digunakan sebagai media komunikasi antara manusia dengan orang yang telah meninggal.

Baca Juga: InaRI Expo 2023, Kebun Raya ITERA Tampilkan Inovasi dan Hasil Riset

3. Near death experience

ilustrasi pembedahan (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Dilansir Psyhcology Today, Near Death Experience (NDE) adalah fenomena dialami seseorang ketika sedang mendekati atau secara sementara telah memulai proses kematian. Contohnya adalah orang terkena serangan jantung dan sedang diberi CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).

Orang mengalami NDE menyatakan mereka mengalami pengalaman surreal seperti sedang melayang dan melihat raganya sendiri atau bertemu dengan anggota keluarga telah meninggal. Dilansir The Guardian, seorang filosofer Yunani kuno yang bernama Socrates juga pernah mengalami NDE.
 
Seorang neruologis bernama Dr. Kevin Nelson dari Universitas Kentucky menganggap fenomena NDE sebagai perpaduan antara 2 kondisi kesadaran yaitu keadaan terbangun dan keadaan REM (Rapid Eye Movement ). Dengan kata lain, orang mengalami NDE sedang berada dalam keadaan seperti mimpi.

Menurut Dr. Charlotte Martial, seorang peneliti dari Universitas Liege, ketika seseorang mengalami NDE, tubuh orang tersebut mengeluarkan molekul menyerupai DMT (psikedelik memberikan efek seperti seperti magic mushroom) atau ketamine (obat anestesi sering digunakan dalam prosedur bedah). Molekul-molekul ini dipercaya menyebabkan halusinasi seperti fenomena OBE (Out of Body Experience) dan juga gejala disosiasi.

4. Magic mushroom

ilustrasi wanita memegang payung (pexels.com/Matheus Bertelli)

Magic mushroom dipercaya sebagai salah satu jenis terapi dapat mengurangi gejala depresi tanpa ‘mematikan’ rasa emosi, sehingga dianggap efektif untuk mengurangi gejala PTSD (Post-traumatic Stress Disorder). ‘Jamur ajaib’ ini juga dikenal sebagai jamur dapat membawa manusia menuju dunia spiritual.

Dilansir Time, berdasarkan riset dilakukan di Universitas Johns Hopkins oleh seorang ilmuwan bernama Roland Griffiths, 80 persen dari pesertanya mengalami hal-hal mistis seperti berbicara dengan orang yang telah meninggal, perjalanan ke dimensi lain, dan sebagainya.
 
Fenomena ini dipercaya karena jamur tersebut mengandung psilosibin, sebuah jenis kimia mengandung halusinogen (bahan yang menyebabkan halusinasi). Dilansir Medical News Today, psilosibin bekerja dengan cara mengaktifkan reseptor serotonin di bagian otak bernama korteks prefrontal. Bagian otak tersebut mempengaruhi mood, kognisi, dan persepsi kita.

Psilosibin juga dipercaya memberi efek hampir sama dengan saat seseorang mengalami NDE (Near Death Experience). Jika psilosibin dikonsumsi secara berlebihan, manusia dapat mengalami gejala psikosis (keadaan mental dimana seseorang mengalami kesulitan dalam membedakan realita dan imajinasi) menyerupai gejala skizofrenia.

5. Membaca pikiran

ilustrasi seorang peramal kartu tarot ( unsplash.com/@spanic )

Dilansir History, adanya cerita konspirasi dimana pada tahun 1970-an lembaga intelegen Amerika Serikat (CIA) merekrut seorang mind readers asal Israel bernama Uri Geller untuk memata-matai Uni Soviet. Mind reading adalah salah satu bentuk ESP (Extrasensory Perception), yaitu persepi yang diperoleh tanpa melibatkan persepsi sensorik yang pada umumnya digunakan oleh manusia.

Dilansir Britannica, ESP biasanya dikaitkan dengan hal-hal spiritual seperti Clairvoyance (kemampuan untuk ‘melihat’ secara lebih) atau precognition (meramal masa depan). Dilansir Psychology Today, alasan mengapa seseorang dapat ‘membaca’ pikiran orang lain adalah karena orang tersebut memiliki akurasi empati yang tinggi.

Seseorang memiliki empati yang tinggi akan lebih mudah menempatkan dirinya pada posisi orang lain, sehingga orang tersebut akan dapat lebih mudah memahami sudut pandang, perasaan, bahasa tubuh dan juga tindak lanjut orang yang sedang dibacanya. Bahasa tubuh seperti mikro ekspresi (tampilan ekspresi emosi secara singkat pada wajah seseorang) sering kali dikeluarkan manusia dengan cara tidak sadar.

Tentunya, banyak ilmuan berpegang teguh terhadap bukti-bukti ilmiah telah ada dan menganggap fenomena-fenomena tersebut dapat dijelaskan secara logis. Namun, banyak dari mereka yang berkata tidak ada yang pernah tahu akan fakta yang sebenarnya. Kalau menurutmu, bagaimana?

Baca Juga: 6 Fakta Lungfish Afrika Barat, Ikan Dapat Hidup di Darat?