Ilustrasi Orang memikirkan solusi | Pexels/Startup Stock Photos
Pertama, Indonesia membutuhkan peta jalan pendidikan nasional jangka panjang yang bebas dari intervensi politik sesaat. Kebijakan harus berbasis data, riset, dan konsensus nasional lintas kementerian dan pemangku kepentingan. Kedua, perlu penguatan sistem pelatihan dan rekrutmen guru berbasis merit. Sertifikasi harus diikuti dengan program mentoring, pelatihan berkelanjutan, dan evaluasi kinerja nyata di kelas.
Ketiga, kurikulum harus stabil, adaptif terhadap tantangan global, namun tetap berakar pada nilai lokal dan karakter bangsa. Keempat, pemerintah perlu menciptakan mekanisme insentif bagi daerah tertinggal dan guru yang bersedia mengabdi di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Kelima, penting untuk melibatkan keluarga dan komunitas dalam proses pendidikan. Program penguatan parenting, literasi keluarga, dan kerjasama sekolah dengan tokoh masyarakat harus diperluas. Keenam, alokasi anggaran harus dikawal dengan transparansi dan akuntabilitas. Setiap rupiah harus berdampak pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Jika Indonesia ingin lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap), maka reformasi pendidikan tidak bisa ditunda lagi. Kita membutuhkan kepemimpinan visioner, kebijakan berbasis bukti, dan kolaborasi lintas sektor. Pendidikan harus menjadi fondasi kokoh untuk masa depan Indonesia yang berdaulat, berdaya saing, dan berkeadaban.
*Prof. Erry Yulian Triblas Adesta, PhD – seorang pemerhati sosial kebangsaan dan pendidikan adalah seorang Guru Besar Tetap Teknik Mesin dan saat ini Wakil Rektor bidang Akademik, Riset dan Inovasi Universitas Bandar Lampung, serta Adjunct Professor Fakultas Teknik, International Islamic University Malaysia (IIUM).