Ilustrasi listrik (ANTARA FOTO/Rahmad)
Hary menyampaikan, berbagai upaya telah dilakukan PLN setempat untuk menghalau kukang menyeberangi jaringan listrik seperti pemasangan penghalang panjat, caping, dan penghalang lainnya.
Namun upaya ini dinilai masih belum efektif dalam mengurangi kasus gangguan listrik dan menghentikan kematian kukang akibat listrik. Hal itu dibuktikan masih banyaknya kasus gangguan listrik pada kukang hingga 2022.
”Terkait gangguan jaringan listrik (oleh kukang) ini sebenarnya isunya sejak 2016-2017. Itu pertama kali PLN dapat infonya. Makanya sejak itu kita mulai ada alat-alat penahan seperti itu tadi caping, penghalang panjat, dan lainnya,” katanya.
Hary menjelaskan, setelah pemasangan penghalau di tahun pertama cukup efektif. Ada penurunan angka kasus gangguan listrik akibat satwa khususnya kukang pada 2018-2019
“Tapi di tahun kedua mulai ada lagi. Mungkin karena kukangnya pinter ya, karena ada evidence (bukti) fisiknya. Dan teori saya sih mungkin dia (kukang) ada evolusinya atau mencari jalur lain untuk lolos,” katanya.
Hary juga tak memungkiri, alat-alat yang selama ini dipasang memang selain untuk menghalau kukang, yang menjadi fokus PLN adalah untuk melindungi kabelnya.
“Tapi itulah yang menjadi pembelajaran dari kami. Dengan adanya pemasangan alat itu juga kami jadi belajar seberapa efektif, dan jika tidak efektif kami akan cari cara lainnya,” sambungnya.
Menilik kasus ini juga, Harry melanjutkan mulai Juni 2022 ini, PLN berinisiatif melakukan isolasi pada jalur kabel SUTM. Hal itu karena PLN sudah menemukan bagian dimana kukang tersengat listrik yakni di jaringan listrik menengah tiga kabel.
“Kita ada teknologi baru yaitu diisolasi (kabelnya). Ini baru mulai kita jalankan Juni 2022. Karena kukang kena setrum kalau megang kabel 3 turun ke tiang. Kalau jalan di kabel saja tidak tersetrum,” ujarnya.
Namun Ia mengatakan, l luas jaringan kabel ini ditotal ada sekitar 20.000 km dengan 6000 tiang. Sehingga membutuhkan waktu, biaya, dan sumber daya yang tidak sedikit.