Penangkapan 2 Polisi Lampung Terduga Teroris Jadi Alarm Semua Pihak

Eks NII: kelompok radikal kamuflase di lingkungan sekitar

Bandar Lampung, IDN Times - Kabar penangkapan 2 anggota Polri Polda Lampung diduga ikut terlibat dalam jaringan terorisme menjadi alarm bagi semua pihak. Terkhusus institusi negara, paham-paham radikalisme dan terorisme menyasar tanpa memandang sisi ekonomi, pendidikan, maupun profesi tanpa terkecuali.

Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan mengibaratkan, paham radikalisme dan terorisme layaknya virus COVID-19 sehingga semua orang bernafas berpotensi terpapar. Bahkan beberapa di antara terkena virus tanpa gejala di tengah-tengah masyarakat.

"Ya, kita berharap kalau benar (2 anggota Polri tersebut) terbukti terlibat, nanti bisa ditindak sesuai hukum berlaku dan menjadi bahan evaluasi buat internal aparat kita. Supaya ke depan tidak terulang kembali," ujar mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII) saat dimintai keterangan, Jumat (18/11/2022).

1. Lumrah diinfiltrasikan kepada aparat penegak hukum

Penangkapan 2 Polisi Lampung Terduga Teroris Jadi Alarm Semua PihakIlustrasi Melawan Radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Ken melanjutkan, paham radikalisme dan terorisme sejatinya lumrah diinfiltrasikan kepada aparat penegak hukum sebagai alat memuluskan langkah-langkah kudeta di negara-negara konflik.

Menurutnya, kondisi saat inilah diduga coba diimplementasikan untuk menyasar TNI-Polri di Tanah Air. Itu sekalipun negara Indonesia bukan merupakan bagian negara berkonflik.

"Tapi kita tetap sebut mereka adalah oknum, karena bagaimanapun itu adalah institusi. Kita berharap ini menjadi evaluasi buat internal jangan sampai terulang kembali, karena aparat yang harus memberantas terorisme jangan sampai aparat justru ikut terpapar," ingat Ken.

Baca Juga: 2 Polisi Lampung Ditangkap Diduga Teroris, Divhumas Polri: Tanya Densus

2. Kelompok radikal biasa berkamuflase di permukiman warga

Penangkapan 2 Polisi Lampung Terduga Teroris Jadi Alarm Semua PihakIlustrasi - Penangkapan Teroris oleh Densus 88 (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Lebih lanjut Ken turut mengajak masyarakat untuk empati dalam mencegah berkembang luasnya paham radikalisme. Hal itu untuk mewaspadai kelompok jaringan terlarang menyusup ke dalam lingkungan tempat tinggal sehari-hari.

Pasalnya, kelompok radikal biasa berkamuflase di permukiman warga dengan menyebarkan paham ajaran bertentangan dengan ideolagi bangsa Indonesia. Seperti dengan menggunakan metode dakwah, seminar, serta membentuk kelompok pengajian kecil.

Biasanya kelompok tersebut menargetkan kawula muda dan orang dewasa, yang sedang mencari jati diri serta mendalami suatu ajaran keagamaan. Bahkan, kelompok ini juga menargetkan aparatur negara untuk masuk kedalam kelompok atau ajaran terlarang tersebut.

“Secara fisik memang kelompok radikal ini tidak memiliki ciri ciri khusus. Namun secara perilaku mereka cenderung tidak bisa menerima suatu perbedaan. Mereka selalu menggangap paling benar, serta antiterhadap pemerintahan yang sah,” katanya.

3. Merambah dengan memanfaatkan fasilitas sarana ibadah

Penangkapan 2 Polisi Lampung Terduga Teroris Jadi Alarm Semua PihakMasjid Agung Al-Furqon (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Ken menambahkan, penyebaran paham kelompok radikalisme tersebut kini diakui sudah merambah dengan memanfaatkan fasilitas sarana ibadah. Itu biasanya melalui metode dakwah dan kajian bernuansa agama, yang sejatinya untuk menyebarkan paham terlarang tersebut.

“Tujuannya untuk mengkampanyekan politik identitas. Menebarkan ujaran kebencian, hasutan, serta caci maki yang mengarah kepada anti pemerintah serta menolak suatu perbedaan,” terang dia.

Dalam menyebarkan ajarannya, disampaikan Ken, kelompok radikal selalu mengedepankan konsep hijrah dan sunah, guna menarik simpati dan minat masyarakat untuk tergabung dalam kelompok tersebut. “Padahal inti ajaran sebenarnya bukanlah itu. Mereka hanya menyamar sebagai agamawan menggunakan suatu agama sebagai kedok saja,” sambung Ken.

4. Penyebar radikalisme mampu menyesuaikan target lingkungan

Penangkapan 2 Polisi Lampung Terduga Teroris Jadi Alarm Semua PihakIlustrasi radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Ken berpendapat, kelompok radikal membawa paham ajaran terlarang saat ini tidak lagi identik dengan ciri khas seperti dahulu yakni berjenggot, menggunakan celana cingkarang, serta mengenakan pakaian keagamaan lainnya.

“Mereka saat ini sudah menyesuaikan dengan lingkungan telah ditargetkannya. Termasuk kepada kalangan kawula muda melalui pelatihan entrepreneur dan seminar bernuansa keagamaan,” katanya.

Oleh karenanya, ia lebih menekankan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dan selalu memantau kegiatan setiap anggota keluarga, jangan sampai anggota keluarga terpapar dengan paham atau ajaran kelompok radikal.

“Ciri-cirinya mulai memiliki sikap intoleransi atau merasa paling benar sendiri. Setelah itu mulai beranjak memiliki pemikiran radikal dapat berujung kepada aksi terorisme. Untuk itu masyarakat harus lebih cerdas dan bijak, setiap kali menerima informasi jangan sampai terjebak kelompok terlarang tersebut,” tandasnya.

Baca Juga: Polisi Terduga Teroris di Lampung, Ketua RT: Pantas Gak Kelihatan Lagi

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya