Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap Tahun

Pernah sepekan hidup berdampingan dengan rob

Bandar Lampung, IDN Times - Pasrah. Itu kata pertama terlontar dari mulut Annisa, warga Pulau Pasaran yaitu sebuah pulau terletak di Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung tiap kali harus menghadapi musim hujan atau gelombang tinggi air laut.

Pasalnya, bangunan rumah permanen berdiri di atas lahan kurang lebih berukuran 70 meter persegi ditempati Annisa bersama sang ayah dan kedua adiknya tersebut, selalu menjadi langganan bencana banjir rob tiap kali air laut pasang dan naik ke permukaan daratan.

"Pasrah. Kalau warga sini sudah gak heran lagi sama banjir rob, hujan berjam-jam air laut otomatis naik. Ya kita tinggal siap-siap aja amanin barang, jaga-jaga air laut masuk rumah," keluh Annisa IDN Times, Jumat (5/8/2022).

Meski sudah cukup terbiasa dan kini banjir rob belum menggentayangi warga setempat, namun Annisa dan keluarga mengaku tetap harap-harap cemas menyambut musim hujan mulai mengguyur kota berjuluk Tapi Berseri. "Tanda-tanda rob sekarang belum ada, tapi ya mudah-mudahan jangan," sambungnya.

1. Demi sekolah adik terpaksa lewati rob setinggi 1 meter lebih

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap TahunPasca kejadian banjir rob di pemukiman Pulau Pasaran, di Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Annisa melanjutkan, lokasi tempatnya tinggal memang tak berjauhan dan hanya berjarak kurang lebih sekitar 10-15 meter dari bibir pantai setempat. Dulu, fenomena banjir rob datang masih tergolong 1-2 periode dalam satu tahun, namun kini bencana tersebut bisa dikatakan datang diluar dugaan alias tidak terprediksi.

Misalnya pertengahan Mei 2022 kemarin, sepekan lebih pagi hingga malam dirinya bersama keluarga harus melewatkan kehidupan ditemani banjir rob. Alhasil, mobilitas kehidupan warga setempat harus terganggu. Terlebih pulau tersebut hanya dihubungkan dengan satu jembatan membentang di atas laut untuk mencapai daratan seberang menuju Kota Bandar Lampung.

"Kemarin itu air laut tinggi sampai satu meter, ya kisaran sepinggang orang dewasa di jembatannya. Kalau di rumah ya lumayan juga, setengah betis saya," imbuhnya.

Meski berhadapan dengan banjir rob, warga Pulau Pasaran kala itu kebanyakan tetap memilih melanjutkan aktivitas sehari-hari. Termasuk saat fajar tiba, warga berbondong-bondong memaksa menyeberangi jembatan setempat. Itu dilakukan mereka hendak ke pasar, bekerja, hingga sekolah.

"Adik bungsu perempuan saya masih sekolah SMA, ya mau tidak mau harus tetap nyeberang karena memang sekolahnya juga sudah mulai tatap muka. Jadi dia bawa baju salin nyeberangi pantai, sambil didampingi ayah," sambung Annisa.

2. Tak terpikirkan pindah pemukiman

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap TahunBanjir rob di Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Walaupun tiap tahun harus menerjang banjir rob, Annisa bersama keluarga tak sekalipun pernah terpikir untuk pindah ke lokasi lebih aman. Menurutnya, Pulau Pasaran sudah menjadi bagian dan indentitas kehidupannya dan anggota keluarga lain.

Apalagi, sang kakek dan kini ayahnya berprofesi sebagai nelayan memang menggantung hidup lewat mata pencarian dari hasil laut. Oleh karena itu, ia justru berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung mampu memberikan solusi bagi warga setempat untuk terhindar dari bencana banjir rob.

"Alhamdulillah jembatan yang layak sudah mulai dibangun, ya harapannya bisa cepat selesai. Terus kalau bisa bibir pantai dikelilingi tanggul-tanggul penahan air, supaya tidak mudah pasang atau mungkin ada solusi lainlah dari pemerintah," harapnya.

Baca Juga: Stadion PKOR Way Halim Area Publik Sumber PAD, tapi Tak Dipelihara

3. Banjir rob terjadi di sepanjang Pesisir Teluk Bandar Lampung hingga Pantai Timur

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap TahunBanjir rob masih acapkali menghantui para warga tinggal di pemukiman sekitar wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Istimewa)

Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri mengamini langganan sebaran banjir rob di Kota Bandar Lampung dapat dikatakan terjadi di sepanjang daerah Pesisir di Teluk Betung hingga Panjang, tak terkecuali di Pulau Pasaran dan sekitarnya. Sementara untuk di Provinsi Lampung lainnya terletak di wilayah Pantai Timur, mulai dari sebagian Tulang Bawang hingga Lampung Selatan.

"Untuk intensnya (banjir rob) memang lebih banyak terjadi di Pesisir Bandar Lampung, apalagi di luar daerah itu perkampungannya bukan pemukiman padat penduduk seperti di Pesisir Teluk Betung," katanya.

Alhasil, dampak banjir rob di Kota Bandar Lampung lebih tinggi dari daerah Lampung lainnya. Terkait penyebab banjir rob, itu disebabkan beberapa faktor seperti karakteristik sejarah wilayah yang memang sebelum terbentuk pemukiman merupakan daratan rendah berbatasan dengan pesisir, terjadi siklus penurunan tanah, hingga kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.

"Kalau penyebab reklamasi secara besar-besaran sepertinya belum ada dan kecil kemungkinan di Lampung, tapi tentu ini harus kita pastikan agar tidak terjadi," sambung dia.

4. Soroti Perda RZWP3K hingga UU 23 Tahun 2014

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap Tahunilustrasi rancangan undang-undang (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain sebagai fenomena alam, Walhi Lampung menilai banjir rob di wilayah setempat merupakan bagian dari bencana ekologis, yang hingga detik ini belum ada inisiatif khusus dari pemerintah daerah hingga pusat, untuk memitigasi dan mengadaptasi terhadap masyarakat di wilayah pesisir.

"Kondisi ini justru banyak pihak yang menyalahkan masyarakat pesisir dan mempertanyakan keberadaan mereka di sana. Padahal, mereka punya kedekatan sejarah, sosial, ekonomi antara masyarakat dengan wilayah laut, sehingga menjadi satu kesatuan tidak bisa dipisahkan," imbuh Irfan.

Selain itu, akibat keterbatasan dan keterjangkauan lahan di darat turut menyebabkan masyarakat pesisi enggan berekspansi ke lokasi lebih aman. "Di dalam Perda RZWP3K, kami pernah meminta agar pemerintah mengakui pemukiman-pemukiman wilayah nelayan, yang diharapkan bisa menerjunkan progam-program turunan lain, salah satunya memperkuat posisi dan peran masyarakat pesisir terhadap potensi bencan," lanjut dia.

Namun sayangnya, ternyata pemukiman nelayan diakui hanya berada di Kota Bandar Lampung, padahal provinsi ini memiliki garis pantai amat panjang. Sehingga pihaknya mencatat pasca penerbitan UU 23 Tahun 2014 tentang pemerintah, munculnya ego sektoral antra pemerintah tingkat kabupaten/kota dengan provinsi. Mengingat, kewenangan pengelolaan wilayah pesisir ditarik ke tingkat provinsi.

"Terkadang kalau kita bicara wilayah pesisir, pemerintah kabupaten/kita sedikit enggan merespons karena alasan kewenangan pengelolaan tersebut. Padahal, mereka bisa menyalurkan lewat aspek-aspek strategi lain, karena secara administrasi masuk wilayah masing-masing," ucap Irfan.

5. BPBD terpikir bangun tanggul sepanjang bibir pantai rawan banjir rob

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap TahunKantor Dinas BPBD Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Menyikapi bencana banjir rob masih menjadi momok wilayah pesisir di ibukota provinsi, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Bandar Lampung, Akrom mengatakan, telah menyiapkan pos siaga di tiap-tiap kecamatan, terkhusus daerah rawan banjir rob seperti di Kecamatan Panjang, Bumi Waras, hingga Telukbetung Timur.

Menurutnya, selama ini pihaknya selalu mengamati tingkat kenaikan air laut yang berpotensi banjir rob dan melaporkan ke Markas Komando Tandean. Itu guna dilakukan langkah-langkah antisipatif.

"Bersama dengan datangnya banjir, kami selalu siap siaga menyiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga, sekaligus menjaga harga benda warga," kata Akrom.

Selain itu, pihaknya juga telah memikirkan upaya antisipasi banjir rob jangka panjang, untuk membangun tanggul penahan air di sepanjang bibir pantai. Namun tentu, itu masih harus dikomunikasikan dan dikoordinasikan ke pemerintah kota hingga pusat.

"Kami rasa kalau itu terealisasi, tanggul-tanggul di bibir pantai juga bisa menjadi objek wisata dapat mendatangkan PAD bagi pemerintah kota," tambah Akrom.

6. Gandeng stakeholder terkait

Nestapa Warga Pulau di Bandar Lampung, Banjir Rob Langganan Tiap TahunBanjir rob di Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Akrom menambahkan, pihaknya juga selama ini terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait semisal BMKG, untuk memantau prakiraan cuaca hingga potensi-potensi becana banjir rob. Tujuannya, untuk menyiagakan personel bila datang bencana-bencana tidak diinginkan, termasuk banjir rob.

Meski sebagian besar wilayah kota belum terjadi banjir rob, BPBD Kota Bandar Lampung juga mengimbau agar masyarakat kota setempat dapat mewaspadai potensi bencana.

"Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat, mungkin karena keterbatasan dan faktor lain hingga mereka bermukim di daerah pesisir, tapi yang jelas tetap harus hati-hati," tandas dia.

Baca Juga: Catatan Kelam Kasus Kekerasan Anak di Lampung, 3 Tahun Tren Meningkat!

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya