Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi Jurnalis

Masuk SSB sejak kelas 4 SD

Bandar Lampung, IDN Times - Pernah bermimpi menjadi pesepakbola profesional, hingga serius menekuni olahraga 'Si Kulit Bundar' dengan bergabung ke sekolah sepak bola (SSB) kenamaan di Kota Bandar Lampung pada zamannya. Namun nasib berkata lain, ia kini justru banting setir menggeluti profesional di dunia jurnalistik.

Itu adalah kisaj Sony Lumban Gaol (26), pemuda asal Kota Bandar Lampung, sekaligus pemilik sepenggal mimpi sempat terlintas di benaknya sekitar kurang lebih 15 tahun lalu.

Asanya menjadi bintang lapangan hijau diakui lambat laun kian memudar. ifu seiring waktu mulai memahami dan mempelajari bahwa meniti karier di dunia sepak bola bukan perkara mudah, terlebih dilakukan di Tanah Air.

"Perkembangannya (karier sepak bola di Indonesia) tidak sesignifikan klub-klub di Eropa, mungkin itu juga (menjadi pesepakbola profesional) sebatas mimpi waktu kecil. Iya jauh, profesi sekarang justru di bidang jurnalis," ujarnya seraya tertawa kecil, Jumat (26/11/2022).

1. Gabung SSB sejak kelas 4 SD

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisBadak Lampung FC Soccer School. (Instagram/@blfc_soccerschool).

Perkenalan dan keakraban Sony dengan sepak bola diakui sudah terjalin sejak kecil. Olahraga kesebelasan tersebut banyak mengisi hari-harinya di sekolah formal maupun lingkungan sekitar tempat tinggal.

Keberuntungan kedua orang tua Sony terbilang peka terhadap minat sang buah hati. Walhasil, keinginan Sony untuk bergabung ke sekolah sepak bola di Kota Bandar Lampung disambut dan didukung penuh oleh kedua orang tuanya.

"Gabung SSB waktu itu di kelas 4 sampai 6 SD. Pertama di SSB PUMA, tapi orang tua lihat fasilitasnya kurang mendukung. Akhirnya disuruh pindah ke SSB Pahoman United (PU), yang latihan sudah pakai Stadion Sumpah Pemuda PKOR," kenangnya.

Mulai memiliki kegiatan baru dengan bergabung ke SSB tersebut, Sony mulai rajin dan serius berlatih sepak bola hingga akhirnya masuk ke dalam skuad inti SSB PU sekaligus tim sepak bola di sekolah formal. "Sebelum masuk SSB sempat gak dilirik sekolah buat ikut tim. Nah, itu berubah pas gabung SSB, jadi lebih sering main dan wakili sekolah. Pernah juga, waktu itu juara futsal antar sekolah tingkat daerah," sambung dia.

2. Jadi pesepakbola profesional diakui keinginan euforia sesaat

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisPesepak bola PSM Makassar Patrice Nzekou (kiri) berebut bola dengan pesepak bola Mitra Kukar, David Maulana (kanan) dalam pertandingan Babak Penyisihan Grup B Sepak Bola Piala Jenderal Sudirman di Stadion Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (14/11/2015). (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Alih-alih melanjutkan dan mendalami kegemarannya terhadap sepak bola, kemesraan Sony dengan SSB PU tak bertahan lama hanya sekitar 2 tahun dan lambat laun mulai meninggalkan mimpi kecilnya menjadi pesepakbola profesional. Ia pun mengakui, keinginan tersebut hanya sebatas euforia sesaat.

Meski demikian, kedua orang tuanya kala itu tetap mengarahkan dan memberikan wewenang penuh di tangan Sony, untuk terus melanjutkan atau justru meninggalkan olahraga sepak bola digadang-gadang menjadi profesor utama di waktu dewasa.

"Mereka bilang kamu mau nerusin ini (sepak bola) atau yang lain, terus saya pikir kayanya udah gak deh," ucapnya.

Baca Juga: Cerita Dalang Muda Lampung Semangat Lestarikan Wayang Meski Diremehkan

3. Belajar disiplin dan kerja keras

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisBadak Lampung FC Soccer School. (Instagram/@blfc_soccerschool).

Meskipun memiliki waktu terbilang singkat, namun Sony tetap bersyukur pernah mendalami dan mempelajari ilmu-ilmu sepak bola di SSB. Di sana, diakui ia banyak belajar soal kedisiplinan dan kerja keras hingga cukup bermanfaat bagi kehidupannya di masa sekarang.

"Bersyukur punya orang tua yang banyak mendukung dan membantu saya sejak kecil, yang sudah besar ternyata sibuk sama urusan jurnalistik bukan sepak bola," kelakarnya.

4. SSB kenamaan di Lampung, Badak Lampung FC Soccer School

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisBadak Lampung FC Soccer School. (Instagram/@blfc_soccerschool).

Terkait keberadaan SSB di Provinsi Lampung, terkhusus Kota Bandar Lampung, sekolah khusus sepak bola tersebut terbilang masih dapat dihitung jari. Salah satu terbesar dan ternama dalam beberapa tahun kebelakang yaitu, Badak Lampung FC Soccer School hasil akuisisi SSB Lampung Sakti sejak 2019.

Namun sayangnya sejak Juli 2022 lalu, Badak Lampung FC Soccer School kini tengah vakum sementara waktu. Mengingat, tim utama Badak Lampung FC sedang tidak berkompetisi di liga nasional, ditambah terkendala lokasi latihan sebelumnya digelar di Stadion Sumpah Pemuda PKOR, Way Halim.

"Pengelola lapangan PKOR bukan kita lagi, kalaupun mau cari lapangan lain kemungkinan kurang, sebab banyak dari mereka (siswa SSB) inginnya di PKOR. Jadi sementara kita vakum dulu, ya memang sedang tidak ada orang juga," kata Media Officer Badak Lampung FC, Imam Rizaldi.

Semasa pengelolaan manajemen Badak Lampung FC Soccer School, Imam menyebut, pihaknya murni menopang dana operasional secara independen, sehingga secara keuangan di luar manejemen tim senior dan juga mengandalkan biaya sekolah masing-masing orang tua murid SSB.

"Dari sponsor tidak ada. Dulu kalau tidak salah uang masuk pertama sekitar 500 ribuan, kalau bulanan sekitar 150-200 ribu," sambung dia.

5. Upaya memberi ruang bagi anak-anak pecinta sepak bola

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisBadak Lampung FC Soccer School. (Instagram/@blfc_soccerschool).

Meski operasional Badak Lampung FC Soccer School dilakukan secara independen, Imam mengaku, cara mensjemen keuangan tersebut masih mendatangkan keuntungan. Walaupun, dalam urusan penerimaan murid, pihaknya tetap mengedepankan kualitas bukan kuantitas banyaknya murid.

"Kita bedanya dibatasi, jadi setiap batasan kelompok umur murid tidak lebih dari 30-50 siswa, karena ditakutkan bisa tidak terkontrol. Jadi kalaupun ada yang mau gabung harus waiting list, supaya lebih maksimal," kata dia.

Alasannya, manajemen sadar betul SSB tersebut kala itu terbilang masih seumur jagung. Maka akan lebih bijak, awal-awal untuk memberikan ruang kepada tiap siswa belajar sepak bola, bukan mengejar prestasi mentereng bagi Badak Lampung FC Soccer School.

"Makanya kemarin saat kompetensi kita selalu membagi 2 grup, jangan sampai semuanya tidak dapat kesempatan, karena pembinaan harus merata ke semua siswa," lanjut Imam.

6. Minim perhatian pemerintah daerah

Mimpi Jadi Pesepakbola, Pemuda di Lampung Banting Setir jadi JurnalisBadak Lampung FC Soccer School. (Instagram/@blfc_soccerschool).

Imam menambahkan, antusiasme para orang tua untuk memasukkan anaknya ke SSB di Provinsi Lampung terbilang cukup tinggi. Walaupun demikian, harus diakui perhatian pemerintah daerah untuk menunjang fasilitas SSB dikatakan masih sangat minim, bahkan dapat disebut tidak memiliki ruang banyak terkhusus urusan ketersediaan lapangan umum.

"Lapangan itu nomor satu, kalau sudah urusan main bola, pelatih dan lebel SSB prestasi itu faktor nomor sekian," tandas Imam.

Baca Juga: Potensi Politik Identitas Bayangi Pemilu 2024 di Lampung

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya