Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang Masker

Pekerja lepas masih alami masa sulit imbas pandemik

Bandar Lampung, IDN Times - Pandemik COVID-19 tak kunjung usai, berimbas bagi para pencari nafkah. Itu turut dirasakan sejumlah bidang di Lampung. Misalnya saja pekerja lepas (freelance) Event Organizer (EO) dan penata rias atau Makeup Artist (MUA).

Sejumlah pelaku MUA dan EO umumnya kelimpungan bahkan 'menjerit', lantaran banyak kegiatan terpaksa harus dibatalkan karena virus Corona. Tak ayal, penundaan dan pembatalan pekerjaan itu, tak ubahnya menjadi mimpi buruk bagi mereka diiringi pendapatan yang kian tersendat.

Pasalnya, bidang pekerjaan mereka geluti tanpa kontrak dan penghasilan tetap bulanan. Alhasil, kaum pekerja lepas menjadi salah satu bidang yang paling rentan kehilangan pekerjaan.

Berikut IDN Times rangkum curahan hati mereka. 

1. MUA asal Lampung berbagai cerita bertahan hidup di tengah pandemik

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerMakeup Artist (MUA) Lampung, Rangga Juans. (Instagram.com/ranggajuans).

Rangga Juans, MUA Bandar Lampung, membagikan kisahnya untuk bertahan hidup di tengah masa pandemik COVID-19. Ia mengatakan, awal pandemik tidak begitu berimbas, karena masih bisa terakomodir tabungan miliknya.

Namun, pada akhirnya kondisi ini secara perlahan mulai menggerus industri bisnis ia digeluti. Mengingat, sejumlah kesepakatan yang sebelumnya telah disetujui, terpaksa harus di reschedule ulang bahkan ada yang mesti dibatalkan.

"Tapi setelah tiga sampai empat bulan terlebih mendekati bulan puasa (2020) dampak pandemik ini makin terasa. Baik sebelum puasa dan sesudah lebaran Idul Fitri," ucap Rangga, Kamis (11/3/2021).

Baca Juga: Cerita Wilson Dimas Dirikan Aneka Sari Rasa, Toko Oleh-Oleh Terbesar Lampung

2. Penyelenggara wedding enggan memakai jasa MUA

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerMakeup Artist (MUA) Lampung, Rangga Juans. (Instagram.com/ranggajuans).

Rangga mengatakan, pembatalan kesepakatan antara pihaknya dengan pengguna jasa bukan tanpa alasan. Pasalnya, kalaupun ada acara wedding, hanya sekadar melaksanakan prosesi ijab kabul, tanpa ada resepsi atau pesta.

Terlebih, setiap acara wedding tidak mengundang tamu, dalam kapasitas jumlah yang banyak. Imbasnya, klien enggan memakai jasa MUA dan dekorasi yang berlebihan.

"Mereka gak mau pakai yang mahal-mahal, karena acaranya juga memang simple dan terbatas. Dampaknya memang perlahan dari mulai reschedule, sampai ke pembatalan," tutur Rangga. 

3. Sempat alih profesi sebagai Youtuber

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang Maskerunsplash/rachitank

Rangga melanjutkan, demi bertahan hidup ditengah imbas pandemik COVID-19, sempat alih profesi menjadi konten kreator di media sosial. Ia menyajikan video-video tutorial makeup di channel beauty Youtube miliknya RANGGA JUANS.

"Jadi kita kemarin sempat ngonten. Kita melakukan make-up konten di diri sendiri, seperti membuat masker tengkorak di wajah. Alhamdulillah viewernya juga lumayan," imbuhnya.

Selain itu, kegiatan tersebut ia lakukan guna mengisi kekosongan aktivitas selama Ramadhan 2020. Itu karena, private makeup yang rutin dilakukan setiap tahun, terpaksa urung dilaksanakan.

"Mungkin karena ketakutan akan COVID-19, minimnya pemasukan keuangan, peserta dari luar kota juga susah untuk datang ke sini," terang Rangga.

4. Terpaksa melakukan preloved untuk menopang gaji karyawan

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerPexels.com/cottonbro

Bukan hanya menjadi Youtuber, Rangga juga melakukan preloved atau menjual koleksi baju pengantin miliknya. Itu ia lakukan, guna menopang gaji para karyawan yang ikut bekerja di tempatnya.

Namun itu semua tak bisa terbendung, sehingga ia harus tetap mengatur jam masuk kerja karyawannya. "Itu semua harus dilakukan demi mengakomodir pengeluaran gaji anak-anak (karyawan) dari pada kita berhentikan sama sekali kan kasian juga," tukas Rangga.

Baca Juga: Cerita Millennial Lampung, Modal Nekat Ikut Indonesia Mengajar di Maluku

5. Penyelenggara EO pindah profesi jualan APD dan masker

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerMengambil foto sendiri

Senada, seorang pelaku usaha industri event organizer di Kota Bandar Lampung, Steven BAS, mengatakan, awal pandemik COVID-19 menjadi masa tersulit bagi para pelaku penyelenggaraan acara tersebut. Ia bahkan terpaksa harus mengikuti tren bisnis di masa pandemik, seperti memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), masker, hingga face shield.

"Baru di bulan September kegiatan EO bisa dibilang balik lagi, dengan beberapa kegiatan yang kita jalanin. Tapi sekarang kita tinggal mengikuti protokol kesehatan yang ada saja," tuturnya. 

Tidak hanya dirinya, Steven mengatakan, temen-teman seprofesinya juga banyak yang memilih alih profesi untuk bertahan hidup dengan bidang bisnis barunya masing-masing. "Macam-macam ada yang mulai bisnis kuliner, hingga jualan tembakau," imbuhnya.

6. Enggan mengambil acara outdoor dan mulai beradaptasi even virtual

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang Maskerteamworxbuilding.com

Meski tengah memasuki masa new normal, Steven mengatakan, industri bisnis EO masih terus berdampak. Itu karena even di acara outdoor masih sulit dilaksanakan.

Alhasil, penyedia jasa EO umumnya hanya memburu even indoor. Itu semua tak lepas karena adanya protokoler kesehatan COVID-19 teramat ketat, dan cenderung sulit dilakukan seperti pembatasan pengunjung, jam operasional, dan sebagainya. 

"Kemarin kita sempat menjalani even outdoor kuliner di Elephant Park, tapi itu sangat sulit buat dilaksanakan karena beberapa pertimbangan lain hal," ucap Steven.

Kendati, penyelenggara EO umumnya saat ini sudah mulai beradaptasi dengan situasi pandemik COVID-19, mereka dituntut untuk melaksanakan kegiatan secara virtual (online), layaknya webminar dan konser mini. "Ya kita sudah mulai sudah bergerak ke even-even virtual dari instansi-instansi pemerintah," beber Steven. 

7. Sebanyak 800 anggota salon dan ahli kecantikan menjerit diambang kebangkrutan

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerKetua Asosiasi Pengusaha Salon dan Ahli Kecantikan Indonesia pengurus Lampung, Bhastian Hendra. (Instagram.com/bhastianhendra).

Ketua Asosiasi Pengusaha Salon dan Ahli Kecantikan Indonesia pengurus Lampung, Bhastian Hendra, mengatakan, secara umum industri tata rias dan ahli kecantikan mengalami penurunan omzet signifikan. Ia menyatakan, hal itu ikut dialami 800 anggota asosiasinya secara keseluruhan.

"Mereka semua menjerit, artinya tidak ada sama sekali pemasukan. Itu berpengaruh pada pendapatan kami yang tadinya bisa 100 persen, menjadi 10 hingga 0 persen. Malah hampir bangkrut," tukas Om Bhas, sapaannya.

Tidak hanya itu, imbuhnya, sebagain anggotanya bahkan terpaksa menjual aset bisnis miliknya. "Seperti kain tapis, periasan pengantinnya, dan lain-lain," kata pria berkacamata ini. 

8. Berharap agar Eva Dwiana memberikan penyesuaian peraturan baru untuk protokoler COVID-19

Jeritan Hati EO dan MUA Lampung, Jual Aset hingga Dagang MaskerCalon wali kota Bandar Lampung nomor urut 03, Eva Dwiana memberikan pernyataan kepada awak media, Rabu (6/1/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Om Bhas berharap, Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, memberikan penyesuaian terhadap peraturan COVID-19 yang berlaku saat ini. Tujuannya,  industri tata rias dan ahli kecantikan di Kota Bandar Lampung kembali bergeliat. 

"Mudah-mudahan ini bertahan kemarin kan sudah untuk jam operasional mal dan tempat-tempat hiburan. Kita berharap selanjutnya peraturan baru untuk penyelenggaraan acara resepsi dan lain-lainnya," ujarnya. 

Baca Juga: Cerita Pejuang Talasemia Lampung dan Penanganan Medisnya

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya