Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? 

Masih ingat Radio OZ, Andalas, Rasubha, Yudisthira?

Bandar Lampung, IDN Times - Sederet stasiun radio hits di Kota Bandar Lampung saat kamu masih berseragam putih-biru atau putih abu-abu selalu setia menemani hari-hari para pendengar setia. Sebut saja seperti Oz Radio Lampung, Radio Suara Bhakti (Rasubha), Radio Andalas, Radio Yudisthira, dan sebagainya.

Kendati demikian, ketenaran radio-radio hits lokal tersebut seakan mulai tergerus. Itu seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia digital, khusus media sosial (medos). Bagaimana nasib mereka kini? Apakah kamu dulu menjadi pendengar setia radio tersebut?

Melalui artikel berikut, IDN Times akan mengulas kondisi terkini radio-radio hits di Bandar Lampung, tantangan dihadapi dan sebagainya melalui perspektif para nara sumber. 

1. Dari OZ Radio Lampung jadi D! Radio Lampung

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? Ilustrasi Radio OZ Bandar Lampung. (radiobrandingmaterials.blogspot.com)

Kisah menarik datang dari salah satu stasiun radio kenamaan di Kota Bandar Lampung yaitu, D! Radio Lampung dibentuk pada 2013 dan masih konsisten hingga saat ini.

Jauh sebelum D! Radio Lampung mengudara, stasiun radio ini tadinya mengusung brand franchise OZ Radio. Namun lantaran adanya permasalahan tata kelola internal manajemen, akhirnya, mereka pun sepakat memisahkan diri dari nama OZ Radio dan membentuk D! Radio Lampung.

"Aku masuk OZ (Lampung) di 2006, sampai di 31 Agustus 2013 kita tidak pakai lagi nama OZ. Sistem manajemen franchise, sehingga pemiliknya ada dua. Satu brand OZ dan satu lagi pemilik aset di Lampung," kata Novita Eka Wahyuni, salah satu karyawan D! Radio Lampung, Jumat (20/8/2021).

Ia menambahkan, masih di tahun sama atau tepatnya di 10 November, D! Radio Lampung pun akhirnya resmi mengudara, dengan mengusung konsep dan suasana baru. "Jadi masa peralihan dari OZ ke D! itu kurang lebih hanya tiga bulan dan pasti ini gak mudah," kata Novi sapaan akrabnya.

Baca Juga: Lampung Peringkat Terendah Pertama Nasional Vaksinasi Tahap I 

2. D! Radio Lampung tawarkan musik akrab di telinga pendengar

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? D! Radio Lampung (instagram/@dradio944fmlampung)

Alih nama dari OZ Radio Lampung ke D! Radio Lampung diakui Novi tak berjalan mudah. Itu dikarenakan embel-embel nama besar OZ selalu membayangi D! Radio. Bahkan hal tersebut berlangsung cukup lama setidaknya dua tahun pasca usungan nama  baru di frekuensi 94,4 FM tersebut.

"Awalnya kita tidak memikirkan bisa besar kembali, yang penting bisa stasiun ini bisa jalan dulu. Beratnya baik dari perolehan iklan secara marketing dan kembali mengenalkan nama baru kepada khalayak ramai," imbuhnya.

Kendati demikian, perlahan namun pasti masyarakat umum khusus pendengar OZ Radio, mulai menerima dan akrab dengan hadirnya D! Radio Lampung.

"Langkah awal yang kita benahi dari segi musik, kita berupaya menyajikan musik yang akrab di telinga. Terutama untuk masyarakat Lampung," tukasnya.

Novi mengatakan, sejak awal terbentuknya, D! Radio Lampung selalu berusaha konsisten menyasar telinga kaum millennials atau kalangan anak muda. Itu selaras penamaan huruf D!, yang diambil dari kata Delight atau menyenangkan.

"Segmennya 15 sampai 35 tahun, tapi tidak semua segitu. Kadang ada juga pendengar kita dari kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu," ucap dia.

Setu hal ditanamkan manajemen D! Radio Lampung yaitu, selalu mendekatkan diri dengan masyarakat daerah. "Sajian konten kita berbau lokal Lampung, tapi tetap menawarkan rasa nasional," kata Novi.

3. Radio Andalas sempat 'mati suri'

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? Radio Andalas Lampung (Instagram/@andalaskece)

Radio hits namanya sempat berkibar di Bandar Lampung adalah Radio Andalas Lampung berlokasi di Jalan Sultan Agung, Way Halim Bandar Lampung. Radio ini sempat 'mati suri' dan kini kembali siaran menemani para pendengar.

Warsiah, Station Manajer Andalas Radio mengatakan, Radio Andalas Lampung pernah 'mati suri', meski berstatus sebagai radio hits pada zamannya dan radio FM pertama di Provinsi Lampung lantaran pendapatan kian menurun.

"Tapi owner kita berpikir ulang untuk meninggalkan aset besar yang ada. Maka kami berupaya mencari orang-orang loyal untuk sama-sama kembali membangun Andalas," lanjut Asih sapaan akrabnya.

Ia mengatakan, dari sisi bisnis industri radio saat ini miris."Iklan sudah tidak bisa lagi diandalkan. Radio saat ini hanya sebatas media pendengar lagu, tapi ketika iklan atau penyampaian pemberitaan. Maka chanel langsung dipindah," jelasnya.

4. Perkembangan dunia teknologi kini tak berpihak ke radio

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? Radio Andalas Lampung (Instagram/@andalaskece)

Menurut dia, perkembangan dunia teknologi dimasa sekarang tengah tidak berpihak pada dunia radio. Itu lantaran menutup biaya operasional sudah cukup kesusahan, belum lagi ditambah biaya perizinan seperti ITP, ISR, dan lain-lainnya.

"Tidak heran beberapa radio lokal banyak yang koleb, kalau bukan karena si pemilik punya hobi dan punya kerjaan sampingan," sambung dia.

Ia menjelaskan, agar eksistensi stasiun radio dapat bertahan, sudah seharusnya perlu berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Semisal, upaya radio streaming atau dapat didengar via internet dan melakukan siaran ala-ala podcast.

"Itu semua memerlukan biasa yang tidak murah. Tapi saya berkeyakinan tidak menutup kemungkinan pihak pengiklan bakal lebih memilirik radio kembali," katanya.

Asih menyampaikan, dukungan SDM menuangkan ide-ide kreatif dan menawarkan konsep siaran menarik ikut memengaruhi konsistensi stasiun radio tetap mengudara.

"Dari awalnya kita membawa konsep young and family, maka lagu-lagunya pun menyasar kalangan menengah ke bawah," ucap dosen Universitas Muhammadiyah Lampung itu .

Selain itu, Radio Andalas Lampung juga tengah menyusun rencana guna menyediakan fasilitas streaming dan podcast. "Kita sudah ke arah sana tapi ini masih tahap persiapan, karena masih banyak kekurangan dan perlu dievaluasi kembali. Dengan harapan tentunya bisa semakin meningkat," imbuh Asih.

Baca Juga: Kisah Penyintas COVID-19 di Bandar Lampung, Bersyukur Terima Bantuan

5. Pengiklan lebih memilih medsos dibandingkan radio

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? mashable.com

Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Lampung, Sunarminto menyebut, kehadiran radio di masa sekarang lebih dikesampingkan. Itu lantaran masyarakat umumnya lebih menikmati berselancar di media sosial (medsos).

Dipicu ditinggal pendengar imbuhnya, kondisi ini ikut berdampak terhadap sumber pemasukan dari sisi iklan. Pasalnya, para pengiklan lebih memilih memasarkan produknya via medsos dibandingkan radio.

"Sebelumnya ada televisi, tapi sekarang sudah ada Instagram, Facebook, dan lain-lain. Akhirnya, kita mencari jalan agar radio bisa tetap survive di tengah gempuran dunia digitalisasi," ujarnya.

Guna menutup biaya operasional agar 'dapur' tetap ngebul, stasiun-stasiun radio mencoba peruntungan lain yaitu, menawarkan sekaligus menjual obat-obatan produk herbal. "Ini cukup efektif, sudah berjalan jauh sebelum pandemik dan bukan cuma di Lampung, tapi juga di radio luar daerah lain," sambung dia.

Menurut Sunarminto, para pengelola station radio kini perlu mengedepankan sisi kreativitas. Hal tersebut bisa bersumber dari segi apapun. Contohnya, menawarkan produk herbal di siaran radio.

"Kita dipaksa mencari cara untuk tetap radio bisa berjalan, yang penting bisa mendatangkan income halal. Media radio bukan untuk menunggu gawang saja, karena ini tidak akan membuat hidup," ucapnya.

Ke depan, ia pun berkeyakinan bahwa dunia radio akan terus hidup dan mengudara dalam kurun waktu cukup lama. "Radio bakal tetap berjalan dan harus jalan," kata Sunarminto.

6. Survei Nielsen menunjukkan pendengar radio meningkat saat pandemik

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? westernjournal.com

Alih-alih merugi dengan hadirnya pandemik COVID-19, Sunarminto menyampaikan, justru pandemik menghadirkan hikmah tersendiri untuk geliat dunia radio di Tanah Air, khususnya Provinsi Lampung. Itu dikarenakan tren positif ditunjukan dari sisi pendengar.

"Kalau dari hasil survei Nielsen, pendengar radio justru semakin meningkat, karena orang lebih banyak di rumah, sehingga membutuhkan banyak hiburan," imbuh dia.

Catatan itu juga merujuk dari total 28 anggota stasiun radio aktif, dibawah naungan PRSSNI Lampung.

"Anggota sebelumnya 39, tapi menyusut 28. Ini karena selain mereka enggan mengurus perpanjangan izin, biasanya manajemen tidak berjalan baik. Tapi di luar PRSSNI sendiri, kita melihat radio masih cukup banyak yang aktif," tambah Sunarminto.

Disinggung terkait pasar radio lokal di masa sekarang, Sunarminto mengatakan, secara garis besar pendengar radio saat ini mayoritas dari kategori usia dewasa. Terlebih di daerah kabupaten-kabupaten tersebar di Lampung, pendengar rata-rata datang dari kalangan segi ekonomi menengah ke bawah.

"Untuk acaranya sendiri itu multi, artinya ada dangdut, campursari, gending jawa, lagu adat Lampung, wayang kulit," terang dia.

Lain hal di lingkungan perkotaan, station radio juga ikut menyasar kaum millennials dan kalangan menengah ke atas. "Programnya pun berbeda, sajian lebih ke lagu hits hingga lagu-lagu barat," lanjutnya.

7. Masih ada potensi

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? wisegeekedu.com

Pengamat dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Lampung (Unila), Hestin Oktiani mengatakan, media radio di masa sekarang dapat dikatakan sudah teramat banyak. Itu tak heran berdampak pada penurunan pendengar radio yang beralih ke platform streaming hingga media sosial.

"Tidak heran, jika stasiun radio swasta yang tidak punya grup perusahaan besar, maka akan hilang dengan sendirinya. Ini karena zaman yang lebih mengandalkan dunia internet," terangnya.

Meski demikian, Hestin menyebut dunia radio masih memiliki potensi dikemudian hari, seiring wacana penyiaran yang bakal bermigrasi ke ranah digital. "Ya, walaupun sekarang masih di lembaga televisi dan radio belum diprioritaskan, ini bisa jadi peluang besar," tambah dia.

Oleh karenanya, pengelola media radio disarankan lebih kreatif, bukan hanya dari segi produksi konten dan segi pengelola secara manajemen.

"Mungkin mereka bisa menjalin kerja sama dengan media lain, seperti media cetak, online, atau mengembangkan format penyajian dengan paduan tren masa sekarang seperti podcast, sehingga bisa menjadi suatu trobosan baru," kata Hestin. 

8. 10 tahun jadi penyiar, bangun hubungan bersama pendengar jadi tantangan utama

Dulu Akrab di Telinga Pendengar, Apa Kabar Radio Hits Bandar Lampung? Penyiar Sai Radio, Dianarin Oktavia (Instagram/@dianarin_oktavia)

Bukan hanya perjalanan stasiun radio lokal di Lampung, IDN Times juga berbincang dengan salah satu penyiar radio dari Stasiun Sai Radio, Herdiani Oktavia. Ia aktif sebagai penyiar radio dari 2011 hingga saat ini.

Arin, sapaan akrabnya menjelaskan, tidak sengaja berkecimpung di dunia radio. "Kebetulan kuliah ambil jurusan komunikasi di Unila dan ikut pelatih broadcast dari situ belajar sampai akhir dapat kesempatan jadi penyiar. Walaupun awalnya sekedar cari kegiatan, tapi fashion di dunia siaran tubuh sendirinya," ujar dia.

Penyiar sekaligus News Director Sai Radio ini pun mengatakan, membangun hubungan dengan pendengar merupakan tantangan tersulit bagi seorang penyiar radio. Selain itu, penyiar juga dituntut peka terhadap situasi dan selalu memperbarui wawasan.

"Semua kekuatan pada radio adalah audio. Jadi penyiar harus benar-benar memperhatikan tatanan bahasa, untuk bisa masuk ke semua umur dari pendengar," kata Arin.

Wanita 28 tahun ini juga mengatakan, komunikasi dan pengetahuan merupakan dua kemampuan dasar harus dimiliki seorang penyiar.

"Ini masih bisa diasah asalkan punya kemauan untuk belajar, mungkin skil tambahan seperti kepekaan pada audio," kata dia.

Baca Juga: Nikmatnya Sate Tuhuk Khas Krui Lampung, Olahan Ikan Blue Marlin

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya