Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet Mahasiswa

Berinovasi demi "dapur" tetap mengepul

Bandar Lampung, IDN Times - Berbagai sektor ikut merasakan dampak pandemik COVID-19. Tak terkecuali para pegiat usaha bisnis kos-kosan di Provinsi Lampung.

Para pebisnis properti itu terpaksa berinovasi demi bertahan di tengah masa pandemik COVID-19. Berikut IDN Times rangkum beberapa pendapat pemilik usaha kosan khususnya berlokasi di area kampus berinovasi di tengah pandemik demi "dapur" tetap mengepul. 

Hal itulah yang dilakukan oleh Jhon Ramadan Silitonga, satu di antara pelaku usaha bisnis kos-kosan di daerah perkuliahan Institut Teknologi Sumatra (Itera), Way Huwi, Kecamatan Jati Agung, Lampung.

1. Sistem pembayaran termin membuat kosan tetap penuh meski pandemik

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaKosan Arga 1 di Jalan TVRI, Way Huwi, Jati Agung, Lampung Selatan milik Jhon Ramadhona Silitonga. (IDN Times/istimewa).

Jhon Ramadhona Silitonga, pemilik kos di area Institut Teknologi Sumatera (Itera), Way Huwi, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan, turut merasakan imbas pandemik terhadap usaha bisnisnya tersebut. Alhasil, ia mengakalinya dengan sistem pembayaran tempo atau pembayaran termin.

Tujuannya, para penghuni kos tidak merasa terbebani dari biaya sewa yang disepakati. "Kalau saya pribadi harga masih sama seperti sebelum pandemik, tapi pembayarannya bisa tempo. Contoh di awal bayar setengah, baru sisanya bisa nyusul setelah tiga bulan tinggal di sana," ucap Jhon, Kamis (18/2/2021).

Strategi perubahan sistem pembayaran tersebut terbukti berhasil. Alhasil, kos-kosan milik Jhon sebanyak 32 pintu di Jalan TVRI, gang Mawar, Kelurahan Wai Huwi, Kecamatan Jati Agung terisi penuh.

"Kosan saya namanya Kost Arga 1 dan 2 masing-masing 16 pintu, syukurnya masih terisi semua dan saat ini saya sedang bangun unit baru lagi," kata Jhon.

2. Masih ada penghuni minta keringanan pembayaran

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaKosan Arga 2 milik Jhon Ramadhona Silitonga di dekat Kampus Itera, Lampung Selatan. (IDN Times/istimewa)

Kendati demikian, kesepakatan itu tidak sepenuhnya menjadi patokan. Pasalnya, beberapa penghuni meminta keringanan untuk melunasi pembayaran kosan dengan cara mencicil.

Jhon mengaku tidak merasa keberatan, dikarenakan dirinya tau betul betapa sulitnya bertahan hidup di masa-masa Covid-19. "Ada juga orang tua wali penghuni kosan yang telepon saya langsung menanyakan diskon atau keringanan biaya kos, cuma saya bilang tidak apa-apa kalau memang mau dicicil," imbuh pria berdarah Batak ini.

3. Berlakukan tarif flat setiap tahun

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaKosan Arga 1 di Jalan TVRI, Way Huwi, Jati Agung, Lampung Selatan milik Jhon Ramadhona Silitonga. (IDN Times/istimewa).

Selain itu, Jhon juga memberlakukan beban biaya kosan yang stabil dari tahun pertama sang penghuni datang, hingga beberapa tahun berikutnya. Alhasil, biaya masing-masing kamar kos miliknya berbeda-beda.

Tergantung tahun masuk si penyewa. Sebagai contoh, jika si A masuk 2021 maka ia akan dikenakan biaya kos Rp6 juta per tahun. Biaya tersebut jelas akan berbeda bagi penghuni kos baru di tahun berikutnya.

"Biaya kos ditempat kita itu flat per tahunnya, kalau dulu waktu awal-awal mulai bisnis kosan ini saya ngikutin inflasi. Jadi setiap tahunnya ada kenaikan harga lima sampai enam persen. Tapi itu malah repot sendiri dan anak-anak kos banyak yang keluar masuk tidak betah tinggal lama-lama," terang lulusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara ini.

Baca Juga: OJK Klaim Ekonomi Lampung Era Pandemik Kian Membaik, Ini Data Faktanya

4. Pandemik picu pemasukan bisnis kosan turun 50 persen

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaKosan Bahtera Indah di Sukarame, Bandar Lampung, Kamis (18/2/2021) (IDN Times/Tama Yudha Wiguana)

Kondisi berbeda dirasakan Darma Ali, pemilik kosan sekitaran wilayah kampus UIN Raden Intan Lampung, Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung. Ia mengatakan, pandemik COVID-19 berimbas berkurangnya pemasukan dari bisnis usahanya tersebut.

Pasalnya, dari sepuluh kamar kos-kosan bernama Bahtera Indah yang berada di Jalan Mawar, Kelurahan Sukarame, Bandar Lampung itu hingga kini hanya terisi 5 kamar.

"Pemasukan dari kosan saya berkurang hampir setengah, setahun ke belakang ini, itu yang biasa penuh sekarang hampir setengah kosong. Ya, anak-anak kos pilih pulang kampung, sebab kampus juga masih belajar online," ujar Ali sapaan akrabnya.

5. Pebisnis kosan berharap pemerintah bisa lebih cepat mengakhiri masa pandemik

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaRumah kos Bahtera Indah, Sukarame, Bandar Lampung Kamis (18/2/2021)

Merujuk hal itu, Ali berharap agar wabah virus Corona dapat segera berakhir. Selain itu, upaya intens pemerintah memutus mata rantai penularan COVID-19 bisa berjalan dengan baik.

"Mengingat pendemik ini sudah berlangsung cukup lama dan sebagai orang ikut merasakan sulitnya mencari penghasilan. Mudah-mudah vaksin yang dikeluarkan pemerintah bisa mengatasi Corona secepat mungkin," imbuh Ali.

6. Pentingnya menerapkan protokol kesehatan bagi setiap pemilik kosan

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet Mahasiswascrippsamg.com

Jhon mengatakan, usaha kosan dikelolanya menerapkan protokol kesehatan COVID-19, sesuai anjuran pemerintah pusat maupun daerah. Ia mencontohkan, memberlakukan peraturan satu kamar untuk satu penghuni sejak lama.

Kosan miliknya juga menyediakan sabun dan tempat cuci tangan. Bahkan, ia rutin bekerjasama sama dengan pihak RT/RW, guna menyemprotkan disinfektan.

"Malah ada satu dua orang yang baru datang dari luar kota atau luar daerah melapor ke pihak desa untuk karantina mandiri," kata Jhon

7. Mahasiswa pilih pulang kampung dan tidak lanjut ngekos

Cara Pemilik Kosan Lampung Bertahan Kala Pandemik dan Gaet MahasiswaPexels

Muhammad Rizki Lazuardi, salah satu mahasiswa tingkat akhir UIN Raden Intan Lampung, menuturkan, ia memilih tetap tinggal di kosan. Alasannya, memudahkan mobilitas menyelesaikan skripsi.

Selain itu, dosen pembimbing skripsi  memintanya untuk melakukan tatap muka secara langsung saat bimbingan skripsi. "Mau tidak mau harus tetap di kosan, mau pulang kampung juga jauh di Lampung Barat," ucap Rizki

Ia menambahka, mayoritas teman kosannya yang satu kampus memilih pulang kampung. Bahkan, ada memutuskan tidak lanjut kos lantaan perkuliahan dilaksanakan secara online atau daring.

"Awalnya mereka pulang kampung tiga sampai empat bulan. Terus dilihat-lihat masa belajar online diperpanjang. Kebayang kan mereka misal tetap ngekos tapi kuliah daring sayang biaya," tandasnya.

Baca Juga: Imbas Pandemik, Tingkat Hunian Kosan Bandar Lampung Turun 70 Persen

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya