Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
4-1_d077b298-f0f0-4d17-90da-6939c8a6a0df (1).jpeg
Program Kemitraan Masyarakat DRTPM Mengusung Inovasi Teknologi Melalui Penerapan Internet of Things (IoT) dalam Sektor UMKM, Khususnya Pada Industri Kopi (Dok/Humas Teknokrat)

Intinya sih...

  • UMKM kopi Lampung menerapkan Smart Roaster berbasis IoT untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi.

  • Teknologi IoT memungkinkan pengaturan suhu dan deteksi asap secara otomatis, mengurangi risiko kegagalan proses sangrai.

  • Pemilik UMKM dan karyawan dibekali edukasi penggunaan sistem IoT untuk operasional yang lebih mudah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Aroma kopi yang menguar dari tungku sangrai kini tak lagi hanya bergantung pada insting dan pengalaman. Di Bandar Lampung, biji kopi mulai “berdialog” dengan teknologi sensor membaca panas, data mengatur ritme, dan Internet of Things (IoT) hadir sebagai penentu konsistensi rasa.

Cerita inspiratif pemanfaatan Internet of Things (IoT) tersebut menyasar pelaku UMKM kopi Lampung. Alasannya, inovasi kekinian menjadi kebutuhan mutlak dalam bisnis kopi masa kini yang tak hanya menuntut kualitas rasa stabil, tetapi juga teknologi yang mampu menghubungkan mesin, sensor, dan data secara real-time agar proses produksi berjalan lebih efisien.

Melalui penerapan IoT, sektor UMKM, khususnya industri kopi, mendapat sentuhan inovasi untuk meningkatkan kualitas produk sekaligus menekan risiko kerugian. Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) bersama Universitas Teknokrat Indonesia serta Institut Teknologi Sumatera membawa kabar gembira bagi UMKM kopi di Lampung.

Teknologi Smart Roaster berbasis IoT resmi diserahkan kepada salah satu pelaku usaha kopi di Bandar Lampung untuk menjawab persoalan klasik dalam proses sangrai yang selama ini masih dilakukan secara manual.

Sebelumnya proses sangrai masih mengandalkan metode manual

Mesin sangrai kopi berukuran jumbo buatan Belanda masih disimpan di Rumah Margo Redjo Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Ketua tim pelaksana kegiatan PKM, Styawati, menjelaskan konsep IoT adalah menghubungkan objek fisik dengan jaringan internet dan sistem komunikasi lain, sehingga data dapat dikumpulkan, diproses, serta direspons secara otomatis.

“Teknologi ini banyak dimanfaatkan di sektor industri, termasuk kopi, untuk memantau kondisi produksi. Salah satu penerapannya ada pada mesin roaster biji kopi yang mampu mengatur suhu serta ketebalan asap demi menjaga kualitas kematangan biji,” jelasnya, Selasa (16/12/2025).

UMKM Kopi Supri yang berlokasi di Jalan Mata Air Nomor 18, Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, menjadi mitra penerapan teknologi tersebut. Usaha ini memiliki kapasitas roaster hingga 90 kilogram dalam sekali proses sangrai.

Sebelumnya, proses sangrai masih mengandalkan metode manual yang kerap memicu masalah biji kopi gosong. “Dengan adanya inovasi IoT, kini pengaturan suhu hingga deteksi asap dapat dilakukan secara otomatis, sehingga hasil sangrai lebih konsisten dan minim risiko kegagalan,” ujar Styawati.

Pemilik UMKM beserta karyawan dibekali edukasi penggunaan sistem IoT

ilustrasi sosialisasi (pexels.com/fauxels)

Dalam kegiatan serah terima teknologi, pemilik UMKM beserta karyawannya juga dibekali edukasi penggunaan sistem IoT agar lebih mudah mengoperasikan mesin roaster sekaligus menekan potensi kegagalan produksi.

“Smart Roaster ini dilengkapi Sensor Termokopel untuk mengukur suhu roaster secara akurat agar tetap sesuai standar. Selain itu, terdapat Sensor Asap MQ135 yang berfungsi mendeteksi ketebalan asap, memastikan proses sangrai berjalan optimal,” terangnya.

Tak hanya berhenti pada teknologi roasting, tim PKM juga menyerahkan aplikasi manajemen penjualan guna membantu UMKM mengelola stok, transaksi, hingga laporan usaha secara lebih efisien.

Bagi Supri, pelaku UMKM kopi, kehadiran teknologi ini bukan sekadar alat produksi, melainkan pijakan untuk melompat lebih jauh dalam persaingan. “Harapannya, program seperti ini bisa berlanjut dan terus dikembangkan ke depannya,” ujarnya.

Cegah curanmor, warga bikin portal otomatis berbasis fingerprint IoT

Finger print untuk portal warga di Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)

Memanfaatkan IoT juga dilakukan warga Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Enggal. Mereka punya cara unik sekaligus modern untuk melindungi lingkungannya dari maraknya pencurian sepeda motor (curanmor). Mereka membangun portal otomatis berbasis fingerprint di pintu masuk gang yang hanya bisa diakses oleh warga terdaftar.

Inisiatif ini muncul setelah dua sepeda motor warga raib sekaligus dalam satu malam. Sejak itu, warga sepakat patungan membeli peralatan portal lengkap dengan sistem sidik jari.

“Sampai sekarang, sudah ada tiga dari empat titik akses yang dilengkapi portal fingerprint, ditambah CCTV di beberapa sudut jalan,” ujar Satriawan Kencana, mahasiswa KKN Universitas Lampung (Unila) yang ikut membantu pemasangan.

Berdasarkan pantauan, portal selalu dalam kondisi tertutup. Solusinya, warga yang ingin masuk harus menempelkan jari di mesin fingerprint agar portal terbuka. Jika sidik jari tidak terdaftar, pintu otomatis tidak akan terbuka.

“Kalau ada tamu, wajib lapor ke Pak RT. Nanti dibuatkan akses fingerprint sementara biar bisa masuk ke kampung,” jelas Satriawan.

Kolaborasi ketua RT dan mahasiswa KKN

Finger print untuk portal warga di Bandar Lampung. (IDN Times/Muhaimin)

Program keamanan ini berawal dari ide Ketua RT yang memiliki latar belakang teknik elektro. Untuk urusan teknis pemrograman sistem, ia dibantu mahasiswa KKN Unila.

“Itu inisiatif pak RT. Saya hanya bantu bikin kodingnya karena beliau kesulitan di bagian itu. Tantangannya memang di coding, sempat berhari-hari ngerjain,” tambah Satriawan.

Ketua RT 11, Edi Herwanto, mengatakan sudah ada tiga portal fingerprint terpasang di lingkungan mereka. “Ada 3 unit. Awalnya portal hanya dikunci pakai gembok. Tapi demi keamanan, kami sempurnakan dengan teknologi fingerprint,” ungkapnya.

Edi berharap, langkah ini bisa menekan angka pencurian motor di lingkungannya. “Semoga dengan adanya inovasi ini, aksi pencurian motor bisa berkurang,” ujarnya.

Indosat Ooredoo Hutchison mengambil peran strategis sebagai penggerak ekosistem AI nasional

AI-RAN Research Center kini resmi beroperasi di Indonesia. (Dok. Indosat).

Transformasi digital Indonesia kini memasuki babak baru. Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan tidak lagi sekadar wacana masa depan, tetapi sudah menjadi fondasi bagi layanan, industri, hingga keamanan digital. Di tengah perubahan itu, Indosat Ooredoo Hutchison mengambil peran strategis sebagai penggerak ekosistem AI nasional.

Indosat menegaskan komitmennya untuk bertransformasi dari perusahaan telekomunikasi menjadi AI-driven TechCo yang mendukung percepatan ekonomi digital Indonesia. Indosat memandang AI bukan hanya sebagai teknologi pendukung, tetapi sebagai tulang punggung inovasi.

“Artificial Intelligence menjadi kunci bagi Indosat dalam menghadirkan layanan yang relevan, efisien, dan berdampak nyata bagi masyarakat Indonesia,” kata Vikram Sinha, President Director & Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison. dalam pernyataan resminya.

Salah satu langkah konkret Indosat adalah pengembangan AI-RAN, jaringan berbasis kecerdasan buatan yang pertama di Asia Tenggara. Teknologi ini memungkinkan jaringan telekomunikasi bekerja lebih cerdas, adaptif, dan efisien.

Integrasi AI dalam jaringan membuka peluang baru, tidak hanya bagi operator, tetapi juga bagi sektor industri, startup, dan pengembang teknologi di Indonesia. “Pemanfaatan AI di jaringan kami menjadi fondasi untuk inovasi lintas sektor, dari 5G hingga layanan digital masa depan,” kata Vikram.

Di sisi pelanggan, AI dihadirkan melalui fitur pencarian cerdas dan personalisasi layanan pada aplikasi myIM3 dan bima+. Teknologi ini membantu pengguna mendapatkan layanan yang lebih cepat dan sesuai kebutuhan. Tak kalah penting, Indosat juga mengembangkan sistem anti-spam dan anti-scam berbasis AI.

“Keamanan digital pelanggan adalah prioritas. Teknologi AI memungkinkan kami mendeteksi dan memitigasi potensi penipuan secara real-time,” kata dia.

Indosat menyadari teknologi tanpa sumber daya manusia hanya akan menjadi potensi yang tertunda. Karena itu, pengembangan talenta menjadi pilar penting melalui program seperti IDCamp dan kolaborasi dengan berbagai kampus.

Selain itu, kehadiran AI Center of Excellence dan AI Experience Center di Papua menegaskan upaya pemerataan akses teknologi, agar AI tidak hanya terpusat di kota besar, tetapi menjangkau seluruh Indonesia.

Rangkaian inisiatif ini menunjukkan dukungan Indosat terhadap AI tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ekosistem—dari infrastruktur, keamanan, talenta, hingga inklusi wilayah. “AI adalah investasi jangka panjang untuk membangun Indonesia yang lebih kompetitif dan inklusif,” ujar Vikram.

Editorial Team